Banyak perusahaan sering kali mengabaikan akumulasi penyusutan. Padahal, tanpa pencatatan yang tepat, laporan keuangan bisa menimbulkan masalah serius, mulai dari perhitungan laba yang tidak akurat hingga beban pajak yang salah.
Masalah utama biasanya muncul karena perusahaan tidak memiliki sistem yang mampu memantau penyusutan aset secara konsisten. Akibatnya, nilai aset tetap dalam laporan keuangan tidak mencerminkan kondisi sebenarnya.
Untuk itu, penting bagi setiap perusahaan untuk mengelola akumulasi penyusutan secara lebih terstruktur menggunakan software akuntansi. Dengan sistem yang tepat, perusahaan dapat memastikan nilai aset tercatat secara akurat hingga risiko kesalahan berkurang.
Key Takeaways
|
Daftar Isi:
Apa Itu Akumulasi Penyusutan?
Akumulasi penyusutan adalah total biaya penyusutan yang telah dibebankan pada aset tetap sejak mulai digunakan hingga periode tertentu. Dalam laporan keuangan, akun ini dikategorikan sebagai akun kontra aset dengan saldo kredit yang mengurangi nilai buku aset.
Pencatatan dilakukan setiap kali beban penyusutan didebit, sehingga nilai tercatat aset di neraca semakin berkurang seiring pemakaian. Saldo kredit akun akumulasi penyusutan tidak boleh lebih besar dari biaya perolehan aset; pada akhir masa manfaat, nilai buku aset akan sama dengan nilai sisa.
Sebagai contoh, jika mesin dibeli Rp100 juta dan disusutkan Rp10 juta per tahun, maka setelah tiga tahun akumulasi penyusutan Rp30 juta. Nilai buku mesin tersebut di neraca menjadi Rp70 juta, yang mencerminkan nilai wajar sesuai penggunaannya.
Cara Menghitung Akumulasi Penyusutan
Terdapat beberapa metode umum yang digunakan untuk menghitung akumulasi penyusutan, yang nantinya akan ditulis di jurnal penyusutan. Berikut tiga metode yang paling sering dipakai:
1. Metode garis lurus (Straight Line Method)
Metode ini mengasumsikan aset memberikan manfaat yang sama setiap tahun sepanjang umur ekonomisnya. Penyusutan dibagi rata sehingga beban setiap periode konsisten.
Rumus untuk menghitungnya adalah sebagai berikut:
D = (AC – SV)/LT
Keterangan:
- D = beban penyusutan per tahun
- AC = harga perolehan (acquisition cost)
- SV = nilai residu (salvage value)
- LT = umur ekonomis (useful life)
Contoh:
Sebuah mesin senilai Rp100 juta, nilai residu Rp10 juta, umur ekonomis 9 tahun.
D = (100.000.000 – 10.000.000)/9 = Rp10 juta per tahun
2. Metode saldo menurun (Declining Balance Method)
Metode ini mengasumsikan aset lebih banyak berkontribusi pada awal pemakaian. Beban penyusutan lebih besar di tahun pertama, lalu menurun pada tahun berikutnya. Rumus untuk menghitung saldo menurun ini adalah sebagai berikut:
D = d% x BV
d% = 1 – ⁿ√(SV / AC)
Keterangan:
- D = beban penyusutan
- D% = tingkat penyusutan (misalnya 2/LT untuk saldo menurun ganda)
- BV = nilai buku (book value) tahun sebelumnya
Contoh:
Perusahaan membeli kendaraan Rp150 juta, nilai residu Rp30 juta, umur ekonomis 5 tahun. Dengan saldo menurun ganda (double declining balance):
- Tahun 1: (2/5 x 150 juta) = Rp60 juta
- Tahun 2: (2/5 x 90 juta) = Rp36 juta
Penggunaan yang terdapat di dalam penghitungan beban dan juga akumulasi penyusutan akan lebih baik bila mampu sesuai dengan jenis aktiva yang perhitungan tersebut gunakan.
3. Saldo menurun ganda (Double Declining Balance / DDB)
Double Declining Balance adalah bentuk percepatan dari saldo menurun. Tarif garis lurus dikalikan dua, lalu diterapkan pada nilai buku awal periode. Rumusnya adalah:
D = (2 / LT) x BV
Keterangan:
- LT = umur ekonomis aset
- BV = nilai buku awal periode
Contoh:
Mesin senilai Rp100 juta, nilai residu Rp10 juta, umur ekonomis 5 tahun.
- Tahun 1: (2/5) x 100 juta = Rp40 juta
- Tahun 2: (2/5) x (100 – 40) = Rp24 juta
- Tahun 3: (2/5) x (60 – 24) = Rp14,4 juta
Perhitungan berlanjut hingga nilai buku mendekati nilai residu. Dengan cara ini, beban penyusutan lebih besar di awal dan semakin kecil menjelang akhir masa manfaat.
Selain itu, penggunaan metode yang terintegrasi dalam aplikasi laporan keuangan juga akan menjadikan beban penyusutan lebih terukur dan pencatatan yang ada di dalam laporan keuangan akan menjadi lebih akurat lagi.
Contoh Akumulasi Penyusutan
Misalkan sebuah perusahaan membeli mesin produksi dengan rincian berikut:
- Harga perolehan (AC) = Rp100.000.000
- Nilai residu (SV) = Rp20.000.000
- Umur ekonomis (n) = 5 tahun
1. Menentukan Tingkat Penyusutan (d%)
Gunakan rumus:
d% = 1 – ⁿ√(SV/AC)
d% = 1 – ⁵√(20.000.000 / 100.000.000)
d% = 1 – ⁵√0,2
d% = 1 – 0,7248
d% = 0,2752 = 27,52%
Artinya, tingkat penyusutan tahunan ditetapkan sebesar 27,52%.
2. Menghitung Beban Penyusutan per Tahun
Rumus: D = d% x BV
- Tahun 1: 27,52% x 100.000.000 = Rp27.520.000
- Tahun 2: 27,52% x (100.000.000 – 27.520.000) = Rp19.958.000
- Tahun 3: 27,52% x (72.480.000 – 19.958.000) = Rp14.475.000
- Tahun 4: 27,52% x (52.522.000 – 14.475.000) = Rp10.490.000
- Tahun 5: 27,52% x (38.047.000 – 10.490.000) ≈ Rp7.557.000
3. Hasil Akumulasi Penyusutan
Hasil akhirnya, di tahun ke-5 nilai buku mesin sama dengan nilai residunya Rp20.000.000, sesuai asumsi awal.
| Tahun | Beban Penyusutan | Akumulasi Penyusutan | Nilai Buku (BV) |
|---|---|---|---|
| 1 | Rp27.520.000 | Rp27.520.000 | Rp72.480.000 |
| 2 | Rp19.958.000 | Rp47.478.000 | Rp52.522.000 |
| 3 | Rp14.475.000 | Rp61.953.000 | Rp38.047.000 |
| 4 | Rp10.490.000 | Rp72.443.000 | Rp27.557.000 |
| 5 | Rp7.557.000 | Rp80.000.000 | Rp20.000.000 |
Jenis Penyusutan Aktiva
1. Depresiasi
Depresiasi adalah contoh akumulasi penyusutan yang sudah banyak perusahaan gunakan dan metodenya juga sama dengan metode garis lurus atau straight-line pada beban penyusutan. Caranya adalah dengan melakukan penjumlahan yang sistematik lalu dengan membagi periode pemanfaatan aktiva tersebut.
Umumnya, depresiasi ini teraplikasikan pada berbagai aset yang memiliki wujud fisik, seperti komputer, laptop, mobil, motor, meja, kursi, printer, mesin produksi, mesin fotokopi, dan berbagai aset lainnya.
2. Amortisasi
Berbeda dengan depresiasi, metode amortisasi bisa teraplikasikan pada berbagai aset yang tidak memiliki wujud, seperti merek paten, trademark, franchise sampai dengan goodwill.
Berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK), masa pemanfaatan pada berbagai aset yang terkena efek amortisasi ini tidak boleh lebih waktu 20 tahun.
Alasannya sederhana, karena waktu selama 20 tahun adalah waktu yang sangat panjang sekali, sehingga kemungkinan aset yang bernilai di dalam periode waktu ini sudah tidak memiliki nilai ekonomi lagi setelah melewati umur 20 tahun tersebut.
3. Deplesi
Bila pada penjelasan akumulasi penyusutan sebelumnya kita sudah memahami penjelasan antara aset yang berwujud juga yang tidak berwujud. Maka pada jenis penyusutan deplesi, aset mengalami suatu penurunan berwujud yang habis secara manfaat dan juga fisiknya.
Contoh sederhana dari aset yang mengalami deplesi adalah sumber daya alam milik suatu perusahaan. Di dalam perhitungan akuntansi, aset adalah sumber daya alam yang mengalami suatu penyusutan nilai dan pada periode waktu yang sama aset ini terus-menerus mengalami penurunan secara fisik.
Tunggu dulu. Ambil jeda jika Anda mengalami kebingungan. Kini, Anda dapat mempermudah siklus kerja Anda berkaitan dengan akuntansi perusahaan hanya dengan satu klik. Bagaimana caranya? Klik banner ini saja!
Variabel dalam Perhitungan Akumulasi Penyusutan
Menghitung penyusutan dapat terjadi dalam berbagai metode. Namun, terdapat metode yang paling familiar, yaitu metode garis lurus dan saldo menurun. Kedua metode ini memiliki variabel-variabel penting yang wajib Anda ketahui, yaitu:
- Harga perolehan: biaya yang perusahaan keluarkan untuk pengadaan aktiva tetap, yang mencakup harga beli dengan menambah berbagai biaya langsung lainnya, seperti biaya transportasi, pemasangan, perakitan, dll.
- Nilai residu: Taksiran atau nilai sisa atas aktiva tetap setelah Anda gunakan. Nilai residu ini nilainya tidak tetap, sehingga aktiva tetap tidak mempunyai nilai residu.
- Harga buku atau nilai historis: Harga saat mendapatkan aktiva, yang mana harga perolehan dengan mengurangi akumulasi penyusutan aktiva tetap selama umur ekonomis dari aktiva tetap tersebut.
- Umur ekonomis: Taksiran usia pemakaian aktiva tetap ataupun batas waktu menggunakan aktiva tetap tersebut. Hal ini terkategorikan menjadi dua, yakni umur fisik dan juga umur fungsional.
Faktor yang Memengaruhi Penyusutan
Memahami faktor-faktor ini penting untuk menentukan nilai aset secara akurat serta menyusun laporan keuangan yang mencerminkan kondisi riil perusahaan. Berikut beberapa faktor utama yang memengaruhi penyusutan:
1. Harga perolehan aset
Harga perolehan merupakan dasar utama dalam menghitung penyusutan. Nilai ini mencakup harga beli aset ditambah biaya tambahan seperti pengiriman, instalasi, dan pengujian. Semakin tinggi harga perolehan, semakin besar nilai penyusutan yang akan dicatat sepanjang umur aset.
2. Umur manfaat aset
Umur manfaat adalah estimasi periode waktu aset dapat digunakan secara produktif. Semakin lama umur manfaatnya, semakin kecil beban penyusutan per periode, dan sebaliknya. Penentuan umur manfaat biasanya berdasarkan pengalaman, standar industri, atau kebijakan perusahaan.
3. Nilai residu (Nilai sisa)
Nilai residu adalah perkiraan nilai suatu aset di akhir umur manfaatnya. Nilai akumulasi penyusutan ini akan dikurangkan dari harga perolehan untuk menentukan total biaya penyusutan. Semakin tinggi nilai residu, semakin kecil penyusutan yang dicatat tiap periode.
4. Metode penyusutan
Terdapat beberapa metode penyusutan, seperti metode garis lurus, saldo menurun ganda, atau jumlah angka tahun. Setiap metode menghasilkan beban penyusutan yang berbeda tiap periode. Pemilihan metode harus disesuaikan dengan pola manfaat ekonomi dari penggunaan aset tersebut.
5. Penggunaan dan perawatan aset
Tingkat penggunaan dan perawatan aset juga memengaruhi umur manfaat dan kecepatan penyusutan. Aset yang digunakan secara intensif atau kurang dirawat akan mengalami penyusutan lebih cepat dibandingkan aset yang digunakan secara optimal dan dirawat dengan baik.
Tahukah Anda?
Dengan dukungan sistem akuntansi berbasis AI milik HashMicro, AI membantu Anda menindaklanjuti dan membuat invoice kapan saja, serta mempermudah komunikasi dengan vendor. Tingkatkan efisiensi keuangan bisnis Anda dengan sistem akuntansi HashMicro!
Dapatkan demo gratis sekarang!
Pentingnya Akumulasi Penyusutan
- Penilaian Aset yang Lebih Tepat: Akumulasi penyusutan mengurangi nilai awal aset untuk menunjukkan nilai tercatat yang lebih mencerminkan kondisi sebenarnya di laporan keuangan.
- Dampak terhadap Laba Bersih: Penyusutan menurunkan pendapatan kena pajak, yang berpengaruh pada besarnya laba bersih perusahaan.
- Mendukung Pengambilan Keputusan Manajerial: Data akumulasi penyusutan membantu manajemen membuat keputusan penting terkait aset, misalnya saat mempertimbangkan pembelian atau penggantian aset.
- Mempermudah Evaluasi Keuangan: Investor dan pemegang saham dapat memanfaatkan informasi penyusutan untuk menilai kinerja dan kesehatan keuangan perusahaan.
- Mengurangi Nilai Tercatat Aset Secara Bertahap: Akumulasi penyusutan menunjukkan total biaya penyusutan sejak aset digunakan, sehingga mengurangi nilai buku aset secara perlahan.
- Menerapkan Prinsip Pencocokan Akuntansi: Penyusutan memastikan bahwa biaya penggunaan aset disesuaikan dengan pendapatan yang dihasilkan, sesuai prinsip akuntansi.
- Meningkatkan Kualitas Laporan Keuangan: Penyusutan memberikan pandangan yang lebih akurat mengenai kondisi aset perusahaan dan membantu mendeteksi masalah lebih awal jika penyusutan tidak dilakukan dengan tepat.
Perbedaan Beban Penyusutan dan Akumulasi Penyusutan
Akumulasi penyusutan dan beban penyusutan adalah dua konsep yang saling berkaitan dalam akuntansi, tetapi memiliki fungsi yang berbeda.
Akumulasi penyusutan merupakan total biaya penyusutan yang telah perusahaan akui sejak aset tetap mulai bisnis gunakan hingga tanggal tertentu. Ini akuntan catat sebagai akun kontra aset di neraca dan berfungsi untuk mengurangi nilai buku aset tetap.
Sementara itu, beban penyusutan adalah biaya penyusutan yang perusahaan akui dalam periode tertentu, seperti bulanan atau tahunan, yang Anda catat dalam laporan laba rugi sebagai beban operasional.
Berikut adalah rangkuman dari perbedaan keduanya:
| Aspek | Akumulasi Penyusutan | Beban Penyusutan |
| Definisi | Total biaya penyusutan yang telah Anda akui | Biaya penyusutan untuk periode tertentu |
| Lokasi di Laporan | Neraca (akun kontra aset) | Laba Rugi (beban operasional) |
| Waktu Pengakuan | Akumulasi sejak aset perusahaan gunakan | Selama periode tertentu (bulanan/tahunan) |
| Tujuan | Mengukur total pengurangan nilai aset | Mengukur pengurangan nilai aset untuk periode spesifik |
Otomatisasikan Penghitungan Depresiasi Bisnis Anda dengan Software Akuntansi HashMicro

Bank of China, Bank Mega, dan Pertamina adalah sedikit dari klien HashMicro yang mampu melewati tantangan bisnis, termasuk dalam penghitungan akumulasi penyusutan. Melalui demo gratis, konsultasi bisnis gratis, dan bebas biaya tambah user, vendor ini mendorong bisnis Anda ke arah kesuksesan.
Namun, apa yang membuat HashMicro berbeda? Pelajari fitur-fitur lengkapnya melalui poin-poin berikut:
- Multi-level analytical: Mengetahui trend atau insight dari seluruh transaksi keuangan yang ada secara real-time dan dapat Anda filter berdasarkan berbagai kategori (project, branch, dan lainnya)
- Profit & loss report: Laporan yang membandingkan antara nilai keuntungan dan kerugian dengan anggaran awal dan perkiraan sebelumnya.
- Cash flow reports: Memantau arus kas masuk dan keluar perusahaan guna memastikan likuiditas yang cukup, membuat perencanaan keuangan yang tepat, dan mengidentifikasi serta mengatasi potensi masalah keuangan.
- Automated currency update: Memberikan informasi mengenai nilai tukar uang yang sedang berlaku secara otomatis dan real-time.
- Bank integration–auto reconciliation: Proses pencocokan otomatis antara data transaksi yang tercatat di bank dengan pembukuan internal dalam sistem.
Kesimpulan
Depresiasi atau akumulasi penyusutan adalah kumpulan beban penyusutan yang akuntan catat secara periodik. Memahami konsep ini penting bagi setiap perusahaan karena berdampak langsung pada nilai aset dan kesehatan finansial perusahaan.
Jika Anda merasa proses ini terlalu rumit, HashMicro menyediakan sistem akuntansi yang mempermudah pencatatan laporan keuangan, termasuk laporan neraca dan lebih dari 200 jenis laporan lainnya.
Dapatkan demo gratis dan pelajari lebih lanjut bagaimana solusi kami dapat mendukung pertumbuhan bisnis Anda, atau unduh skema harga sekarang!
Pertanyaan Seputar Akumulasi Penyusutan
-
Akumulasi penyusutan masuk dimana?
Akumulasi penyusutan dicatat dalam neraca untuk mengurangi nilai aset tetap, sehingga aset tersebut mencerminkan nilai bukunya.
-
Apa contoh biaya penyusutan?
Menurut definisinya, beberapa jenis biaya penyusutan yang biasanya dicatat dalam laporan laba rugi meliputi penyusutan mesin, kendaraan, gedung dan bangunan, serta peralatan kantor.
-
Apakah depresiasi sama dengan penyusutan?
Depresiasi, atau dalam Bahasa Indonesia sering disebut dengan penyusutan, adalah konsep akuntansi yang digunakan untuk menggambarkan penurunan nilai aset tetap karena penggunaan, keusangan, atau kemajuan teknologi.
-
Kapan aset bisa disusutkan?
Aset tetap mulai dapat disusutkan ketika aset tersebut siap digunakan untuk operasional, bukan saat pembelian dilakukan. Menurut PSAK 16 (Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan) dan pedoman pajak seperti UU Pajak Penghasilan Pasal 11, penyusutan dimulai saat: Aset telah siap digunakan, meskipun belum dipakai. Contohnya, jika mesin dibeli pada 1 Januari tetapi baru siap digunakan pada 1 Maret, maka penyusutan dimulai dari bulan Maret.








