Split Shift sering menjadi solusi ketika bisnis kewalahan menghadapi lonjakan pelanggan di jam tertentu. Tanpa strategi yang tepat, tim bisa kelelahan dan operasional menjadi tidak stabil.
Banyak perusahaan kesulitan menerapkan metode ini karena aturan kerja yang kompleks dan jadwal yang sering berubah. Software HRM HashMicro membantu mengelola shift, memastikan kepatuhan, dan mempermudah penjadwalan secara otomatis.
Panduan ini akan membahas pengertian, legalitas, dan cara eksekusi yang benar agar bisnis Anda tetap efisien. Saatnya menerapkan strategi penjadwalan yang lebih cerdas dan terukur.
Key Takeaways
|
Daftar Isi:
Apa Itu Split Shift?
Split shift adalah metode penjadwalan di mana jam kerja harian karyawan dibagi menjadi dua sesi atau lebih yang terpisah oleh jeda istirahat panjang (biasanya lebih dari satu jam) yang tidak dibayar.
Berdasarkan pengalaman saya menangani manajemen operasional, split shift berbeda secara fundamental dari jam kerja reguler atau lembur biasa. Karyawan mungkin bekerja dari pukul 10.00 hingga 14.00, pulang ke rumah, lalu kembali bekerja pukul 18.00 hingga 22.00. Jeda waktu di antara kedua sesi tersebut memberikan fleksibilitas sekaligus tantangan tersendiri bagi manajemen waktu pekerja.
Metode ini sangat umum ditemukan dalam industri yang memiliki dua puncak kesibukan dalam satu hari. Sebagai contoh, sebuah restoran yang sangat ramai saat makan siang dan makan malam, namun sepi di sore hari. Dengan menerapkan sistem ini, perusahaan dapat mengoptimalkan biaya tenaga kerja tanpa mengorbankan kualitas layanan saat peak hours.
Bagaimana Mekanisme Kerja Split Shift?
Mekanisme ini melibatkan pembagian total jam kerja (misal 8 jam) menjadi dua blok terpisah dengan jeda istirahat 2-4 jam yang bersifat unpaid (tidak dibayar).
Penerapan jadwal kerja terpisah tidak bisa dilakukan secara sembarangan tanpa perencanaan yang matang. Manajer harus memastikan bahwa total jam kerja tetap mematuhi kontrak dan tidak melanggar batas fisik karyawan. Berikut adalah rincian teknis bagaimana mekanisme ini berjalan di lapangan:
1. Pembagian Jam Kerja
Dalam praktiknya, total jam kerja karyawan tetap mengacu pada standar normal, yaitu sekitar 7 hingga 8 jam per hari. Perbedaannya hanya terletak pada alokasi waktu yang tidak berurutan atau terputus di tengah hari. Misalnya, resepsionis hotel bekerja saat check-out pagi dan kembali saat check-in tamu di sore hari.
2. Jeda Waktu Istirahat (Unpaid Break)
Jeda waktu antara dua sesi kerja dalam split shift biasanya berlangsung lebih lama daripada jam istirahat makan siang biasa. Periode ini dianggap sebagai waktu bebas karyawan dan umumnya tidak dihitung sebagai jam kerja berbayar. Namun, perusahaan wajib memastikan durasi jeda ini cukup panjang agar karyawan bisa beristirahat efektif.
Kelebihan dan Kekurangan Penerapan Split Shift
Split shift menguntungkan perusahaan dari sisi efisiensi biaya saat jam sibuk, namun berisiko menurunkan kepuasan karyawan dan memicu burnout jika tidak dikelola dengan bijak.
Setiap kebijakan manajemen SDM pasti memiliki dua sisi mata uang yang perlu dipertimbangkan secara matang. Sebagai pemimpin bisnis, Anda harus menimbang dampak operasional melawan kesejahteraan tim Anda. Berikut adalah analisis mendalam mengenai pro dan kontra sistem kerja terpisah ini:
1. Keuntungan bagi Perusahaan
Manfaat utama dari sistem ini adalah efisiensi biaya operasional yang signifikan, terutama dalam mengurangi biaya lembur yang tidak perlu. Anda dapat menempatkan staf terbanyak hanya pada saat dibutuhkan, sehingga tidak ada tenaga kerja yang idle saat jam sepi. Hal ini secara langsung meningkatkan rasio produktivitas per jam kerja yang dibayarkan.
2. Tantangan bagi Karyawan
Di sisi lain, karyawan sering kali menghadapi tantangan berat terkait keseimbangan kehidupan kerja atau work-life balance. Waktu jeda yang panjang seringkali tidak cukup untuk pulang ke rumah jika jaraknya jauh, membuat mereka merasa “terjebak” di tempat kerja seharian. Ini berpotensi meningkatkan risiko kelelahan dan turnover jika tidak ada kompensasi yang sepadan.
Aturan dan Regulasi Split Shift di Indonesia
Meski istilah “split shift” tidak eksplisit disebut dalam UU, pelaksanaannya harus tunduk pada aturan jam kerja maksimal 40 jam/minggu dan waktu istirahat sesuai UU Cipta Kerja.
Memahami aspek legalitas adalah fondasi utama sebelum Anda menerapkan jadwal ini di perusahaan pada tahun 2025. Di Indonesia, Undang-Undang Ketenagakerjaan No. 13 Tahun 2003 dan perubahannya dalam UU Cipta Kerja menetapkan standar waktu kerja 7 jam/hari (untuk 6 hari kerja) atau 8 jam/hari (untuk 5 hari kerja). Split shift harus dirancang agar akumulasi jam kerjanya tidak melebihi batasan tersebut tanpa perhitungan lembur.
Selain itu, regulasi mewajibkan adanya waktu istirahat antar jam kerja yang memadai untuk pemulihan tenaga. Perusahaan wajib menuangkan ketentuan split shift ini secara transparan dalam Perjanjian Kerja Bersama (PKB) atau kontrak kerja individu. Kegagalan dalam mengatur ini bisa berujung pada sengketa hubungan industrial atau kewajiban membayar upah lembur yang membengkak.
Industri yang Paling Cocok Menggunakan Split Shift
Industri seperti F&B, Perhotelan, Transportasi, dan Layanan Kesehatan adalah sektor yang paling ideal menerapkan pola jam kerja terpisah ini.
Tidak semua model bisnis cocok dan mampu mengadopsi sistem kerja terpisah ini secara efektif. Metode ini paling optimal diterapkan pada sektor yang menghadapi fluktuasi permintaan pelanggan yang ekstrem di jam-jam tertentu. Berikut adalah rincian industri yang paling diuntungkan:
1. Industri Food & Beverage (F&B)
Restoran dan kafe adalah pengguna utama sistem ini karena pola konsumsi masyarakat yang terpusat. Mereka membutuhkan kekuatan penuh saat jam makan siang dan makan malam, namun sangat sepi di jam 3 hingga 5 sore. Split shift memastikan layanan cepat saat ramai tanpa membuang biaya gaji saat sepi.
2. Transportasi dan Logistik
Sektor transportasi, khususnya penyedia layanan antar-jemput sekolah atau karyawan, memiliki pola kerja yang sangat terpisah. Pengemudi sangat sibuk di pagi hari dan sore hari, namun memiliki waktu kosong panjang di siang hari. Model ini sangat efisien untuk memaksimalkan utilitas armada dan pengemudi.
3. Layanan Pelanggan (Customer Service)
Pusat layanan pelanggan yang melayani zona waktu berbeda sering menggunakan metode ini untuk menutupi jam sibuk global. Agen mungkin bekerja di pagi hari untuk pasar Asia dan malam hari untuk pasar Eropa. Ini membantu perusahaan memberikan dukungan 24 jam tanpa harus merekrut tim malam khusus.
Strategi Mengelola Split Shift Agar Efektif dan Adil
Kunci efektivitas ada pada komunikasi transparan, kompensasi yang layak, dan penggunaan teknologi penjadwalan otomatis seperti software hrm.
Mengelola jadwal yang terpecah memiliki kompleksitas administrasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan shift reguler biasa. Untuk menjaga tingkat retensi karyawan dan memastikan operasional berjalan mulus, manajer perlu menerapkan pendekatan yang strategis. Berikut adalah langkah-langkah praktis yang bisa Anda ambil:
1. Komunikasi dan Kesepakatan Awal
Transparansi sejak tahap rekrutmen adalah hal yang tidak bisa ditawar dalam penerapan sistem ini. Calon karyawan harus memahami konsekuensi jam kerja terpisah sebelum mereka menandatangani kontrak kerja. Jelaskan secara rinci mengenai jam kerja, durasi istirahat, dan ekspektasi ketersediaan agar tidak ada kesalahpahaman di kemudian hari.
2. Memberikan Kompensasi atau Insentif Tambahan
Mengingat ketidaknyamanan yang mungkin dirasakan karyawan, pertimbangkan untuk memberikan split shift premium. Ini bisa berupa tunjangan transportasi tambahan atau bonus harian khusus untuk mereka yang menjalani shift terpisah. Insentif ini akan meningkatkan moral kerja dan membuat karyawan merasa dihargai atas fleksibilitas mereka.
3. Menggunakan Software HR untuk Penjadwalan Otomatis
Mengatur roster split shift secara manual menggunakan spreadsheet sangat rentan terhadap human error dan bentrok jadwal. Penggunaan teknologi seperti rekomendasi cloud HCM software menjadi krusial untuk mengotomatisasi proses ini. Sistem yang baik dapat mendeteksi potensi kelelahan karyawan dan memastikan kepatuhan terhadap regulasi jam kerja.
Optimalkan Manajemen Bisnis Anda dengan Solusi dari HashMicro
HashMicro menyediakan sistem ERP terintegrasi yang dirancang khusus untuk mengotomatisasi dan menyederhanakan proses bisnis, termasuk tantangan manajemen tenaga kerja yang kompleks. Dengan solusi yang komprehensif, perusahaan dapat mengatasi masalah seperti penjadwalan yang bentrok, perhitungan gaji yang rumit, dan pemantauan produktivitas karyawan yang tidak efisien.
Melalui modul Human Resource Management (HRM) yang canggih, HashMicro membantu bisnis mengelola split shift dengan presisi tinggi dan kepatuhan regulasi penuh. Fitur-fitur otomatisasi yang tersedia memungkinkan tim HR untuk mengurangi beban administrasi manual secara signifikan, sehingga dapat lebih fokus pada strategi pengembangan talenta dan retensi karyawan.
Sistem HashMicro dirancang dengan integrasi penuh antar modul, sehingga data dari departemen HR dapat terhubung langsung dengan keuangan dan operasional. Hal ini memberikan visibilitas menyeluruh terhadap biaya tenaga kerja dan dampaknya terhadap profitabilitas perusahaan secara real-time, memastikan keputusan bisnis yang lebih cerdas.
Fitur Software HR HashMicro:
- Roster and Dynamic Scheduling: Mempermudah pembuatan jadwal kerja kompleks termasuk split shift, memastikan cakupan operasional optimal tanpa membebani admin HR.
- Face Recognition & GPS Attendance: Memastikan akurasi data kehadiran karyawan di berbagai lokasi dan sesi waktu, mencegah kecurangan absensi secara efektif.
- Fully Localized Payroll: Mengotomatiskan perhitungan gaji, pajak (PPh 21), dan BPJS sesuai regulasi Indonesia, termasuk komponen tunjangan shift yang rumit.
- Overtime Management: Memantau dan menghitung jam lembur secara otomatis berdasarkan data kehadiran riil, menjaga kepatuhan terhadap batas jam kerja undang-undang.
- Employee Self-Service (ESS): Memberikan akses mandiri bagi karyawan untuk melihat jadwal, mengajukan cuti, dan mengakses slip gaji, meningkatkan transparansi dan kepuasan kerja.
Dengan HashMicro, perusahaan Anda dapat meningkatkan efisiensi operasional HR, transparansi data, dan kepuasan karyawan melalui sistem yang handal. Untuk melihat bagaimana solusi kami dapat membantu bisnis Anda mengelola jadwal kerja secara revolusioner, jangan ragu untuk mencoba demo gratisnya sekarang juga.
Kesimpulan
Split shift membantu bisnis menyeimbangkan efisiensi biaya dan kebutuhan operasional, terutama di industri dengan fluktuasi permintaan. Dengan pengelolaan yang tepat, jadwal ini dapat meningkatkan produktivitas tanpa mengorbankan kenyamanan karyawan.
Keberhasilan strategi ini bergantung pada komunikasi yang jelas, kepatuhan terhadap regulasi, dan kompensasi yang adil. Teknologi juga memastikan proses penjadwalan berjalan lebih akurat dan transparan.
Software HRM HashMicro menyediakan otomatisasi penjadwalan, pemantauan shift, dan pengelolaan kompensasi secara real time. Coba demo gratis untuk melihat bagaimana sistem ini membantu operasional Anda.
Pertanyaan Seputar Split Shift
-
Apakah split shift dihitung lembur?
Tidak otomatis dihitung lembur, kecuali total jam kerja melebihi 40 jam per minggu atau melebihi ketentuan jam kerja harian yang disepakati.
-
Berapa jam jeda istirahat ideal untuk split shift?
Idealnya, jeda istirahat split shift berlangsung antara 2 hingga 4 jam, memberikan waktu yang cukup bagi karyawan untuk pulang atau beristirahat total.
-
Bagaimana cara menghitung gaji karyawan split shift?
Gaji dihitung berdasarkan total jam kerja efektif, ditambah tunjangan shift atau insentif transportasi jika diatur dalam kebijakan perusahaan.
-
Apakah split shift legal di Indonesia?
Ya, split shift legal selama mematuhi batasan jam kerja maksimal dan waktu istirahat yang diatur dalam UU Ketenagakerjaan dan Cipta Kerja.








