Nadia

Nadia
Balasan dalam 1 menit

Nadia
Ingin Demo Gratis?

Hubungi kami via WhatsApp, dan sampaikan kebutuhan perusahaan Anda dengan tim ahli kami
6281222846776
×

Nadia

Active Now

Nadia

Active Now

Lihat Artikel Lainnya

Daftar Isi:

    Chapter Berikutnya:

      Pengertian Reorder Point dan Cara Menghitungnya

      Jika perusahaan Anda sering menemui tantangan dalam hal keterlambatan pemasok, fluktuasi permintaan yang tidak terduga, perubahan harga yang tiba-tiba, dan penilaian yang kurang tepat terhadap permintaan pelanggan, maka sudah saatnya bagi Anda untuk memperkuat strategi manajemen persediaan dengan melakukan reorder point.

      Selain itu, salah satu langkah yang juga dapat diambil untuk memperkuat strategi manajemen persediaan adalah dengan menerapkan sistem manajemen inventory. Dengan menggunakan software ini, Anda dapat dengan lebih efisien melacak dan mengelola persediaan Anda.

      Hal ini dapat membantu mengurangi risiko kekurangan stok atau bahkan kelebihan stok yang tidak perlu, yang dapat menghemat biaya dan meningkatkan efisiensi operasional perusahaan Anda.

      DemoGratis

      Key Takeaways

      • Reorder point adalah posisi di mana perlu dilakukan penambahan persediaan untuk sebuah barang di gudang sebelum mencapai kehabisan.
      • Cara yang tepat untuk menghitung berapa jumlah barang yang harus perusahaan pesan dari supplier adalah dengan menggunakan rumus reorder point.
      • Terdapat dua cara dalam menghitung reorder point, yaitu dengan lead time demand dan safety stock sebagai antisipasi.
      • Dengan menggunakan software inventory HashMicro, Anda bisa menghemat waktu untuk menghitung reorder point karena seluruh prosesnya sudah dikalkulasi secara otomatis oleh sistem.

      Klik di Sini untuk Demo Gratisnya!

      Daftar Isi:

        Definisi Reorder Point

        Reorder Point

        Re-order point adalah sebuah titik di mana sebuah barang yang ada di gudang harus ditambah persediaannya sebelum kehabisan. Yang sering jadi pertanyaan adalah; kapankah waktu yang tepat untuk memesan barang tersebut?

        Banyak pebisnis retail pemula yang hanya mengandalkan insting mereka untuk menambah persediaan. Di saat mereka lihat permintaan meningkat, mereka buru-buru menambah jumlah barang di gudang. Sebaliknya saat sepi permintaan, mereka tak melakukan reorder karena melihat persediaan masih banyak di gudang.

        Buat yang berpengalaman, mereka menumpuk barang di gudang untuk mengantisipasi high season seperti lebaran atau tahun baru. Prinsipnya, habis tak habisnya barang tidak masalah yang penting penjualan sudah mencapai kuota.

        Sebenarnya ada cara yang tepat untuk menghitung berapa jumlah barang yang harus perusahaan pesan dari supplier, lengkap dengan kapan waktu terbaik bagi Anda untuk melakukan pemesanan, yakni dengan menggunakan rumus re-order point.

        Ketika menghitung stok dengan menggunakan rumus reoder point, Anda mungkin kebingunan dan tidak mengerti bagaimana cara menghitunya dengan benar. Tetapi dengan bantuan sistem manajemen inventaris, Anda dapat melakukannya dengan mudah bahkan otomatis.

        Jika Anda masih ragu untuk mengadopsi sistem inventaris yang memudahkan perkejaan Anda. Sebagai bahan pertimbangan, Anda dapat melihat dan mengetahui estimasi biaya pembelian sistem manajemen inventaris denga meng-klik skema harga di bawah ini.

        download skema harga software erp
        download skema harga software erp

        Menghitung Reorder Point

        Kenapa Point of Sales itu Penting? 

        EOQ dan reorder point adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Economic order quantity (EOQ) adalah suatu konsep dalam manajemen persediaan yang mencari jumlah pesanan optimal yang harus dilakukan untuk barang tertentu agar biaya persediaan dapat diminimalkan. Dalam istilah sederhana, EOQ adalah jumlah barang yang harus dipesan setiap kali untuk mencapai efisiensi biaya maksimum dalam manajemen persediaan. Untuk lebih jelasnya, mari kita bahas parameter-parameter tersebut satu persatu.

        Lead Time demand (in days) + Safety Stock (in days) = Reorder Point

        Lead time demand

        Dalam pengertiannya, lead time adalah jeda waktu antara pemesanan sampai dengan barang tersebut masuk ke gudang. Lead time ini berkisar antara beberapa minggu, hingga beberapa bulan.

        Lamanya lead time tergantung dari tingkat kesulitan barang yang dipesan, jumlah, hingga jarak tempuh pengiriman barang tersebut. Jika supplier Anda dari luar negeri dan barang yang dipesan jumlahnya ribuan, jangan harap pesanan Anda akan datang esok atau lusa jika baru dipesan hari ini!

        Supaya lebih mudah, simak ilustrasi berikut ini. Katakanlah Anda menjual dompet kulit impor dari Cina. Mari kita andaikan sang supplier tak pernah mengalami masalah stok barang dan siap mengirimkan barang kapan saja. Namun untuk pengambilan dan pengepakan barang, mereka butuh waktu dua hari.

        Setelah itu, pesanan Anda akan masuk ke dalam truk dan menempuh perjalanan selama lima hari ke pelabuhan. Dari pelabuhan, pesanan Anda mengarungi Samudra Pasifik dari China ke Indonesia selama 30 hari. Sesampainya di pelabuhan, barang Anda harus melalui proses pemeriksaan dulu di bea cukai yang butuh waktu seminggu lamanya, baru kemudian dikirimkan ke toko Anda lewat jalan darat selama 5 hari.

        Total lead time: 2 + 5 + 30 + 7 + 5 = 49 hari

        Data ini mengungkapkan bahwa Anda harus memiliki stok dompet kulit untuk dijual sampai pengiriman barang yang berikutnya tiba. Anda juga harus mengantisipasi demand dari pelanggan terhadap barang tersebut. Jangan sampai Anda kehabisan persediaan sebelum barang yang dipesan dari supplier datang.

        Baca juga: 6 Cara Aplikasi Gudang Membantu Manajemen Inventori Anda

        Ada cara khusus untuk menghitung demand ini, yakni dengan mengalikan angka lead time dengan rata-rata penjualan per-hari. Kita ibaratkan Anda menjual 10 dompet kulit per hari, maka lead time demand bisnis Anda adalah:

        Lead Time Demand = Lead Time x Rata-Rata Penjualan per-Hari
        49 x 10 = 490

        Ini artinya Anda harus menyediakan 490 dompet kulit untuk mengantisipasi pesanan dari pelanggan Anda sampai barang yang dikirim supplier tiba. Mudah? Nanti dulu! Perhitungan ini hanya bisa berjalan, jika tak ada hal-hal yang di luar dugaan terjadi.

        Safety stock – sebagai antisipasi

        Dalam manajemen inventory, Anda harus mengantisipasi kemungkinan terburuk yang mungkin terjadi dan berpotensi mengganggu persediaan barang. Kita ambil contoh, ada artis yang tiba-tiba menggunakan dompet kulit yang Anda jual dan membuat Anda kebanjiran pesanan, atau ada musibah angin topan yang bertiup kencang dari Samudra Pasifik dan membuat pengiriman barang terganggu.

        Faktor-faktor tak terduga ini harus Anda perhitungkan sebelumnya dengan menyediakan safety stock, atau lebih dikenal sebagai persediaan tambahan. Masalahnya, berapa jumlah persediaan tambahan yang harus anda siapkan? Berikut rumus menghitung safety stock:

        Safety stock = (Penjualan Harian Tertinggi x Lead Time Terlama) – (Rata-Rata Penjualan Harian x Rata-Rata Lead Time)

        Mari kita lanjutkan contoh bisnis dompet kulit Anda. Dari data sebelumnya kita sudah mengetahui bahwa Anda berhasil menjual dompet kulit kurang lebih 10 per hari, namun di hari sabtu minggu angka penjualan naik sampai 20 per hari. Untuk lead time, biasanya pengiriman dompet kulit dari China makan waktu 49 hari. Namun karena terjadi musibah yang mengakibatkan truk yang mengantar barang pesanan Anda ke pelabuhan di China mengalami kecelakaan, pengiriman jadi molor hingga 54 hari.

        Jika dimasukkan ke rumus di atas, maka kita akan mendapatkan safety stock sebagai berikut:

        (20 x 54) – (49 x 10) = 590

        Ini artinya Anda harus menyiapkan 590 dompet kulit sebagai safety stock untuk mengantisipasi hal-hal yang tak perusahaan inginkan terjadi. Dengan demikian Anda masih tetap bisa melayani pelanggan, apapun yang terjadi.

        Dengan dua hasil perhitungan tersebut, kita bisa mendapatkan nilai reorder point dengan menjumlahkan lead time demand dan safety stock. Berikut hasil perhitungannya:

        490 (lead time demand) + 590 (safety stock) = 1080 (reorder point)

        Ini artinya Anda harus mulai membuat pesanan kepada supplier jika sisa dompet kulit yang ada di gudang berjumlah 1080 buah. Dengan ini Anda memastikan persediaan dompet kulit Anda akan cukup sampai pesanan berikutnya sampai, apapun yang terjadi. Jika terjadi musibah atau hal-hal di luar dugaan, Anda masih memiliki persediaan yang cukup dan tetap melayani pelanggan tanpa ada rasa khawatir.

        Baca Juga : Pentingnya Manajemen Pergudangan untuk Kelancaran Operasional Bisnis

        Kesimpulan

        Menghitung re-order point adalah hal yang penting dalam manajemen inventory. Hal ini sebenarnya bisa dihindarkan dengan menggunakan Sistem Manajemen Inventory. Hadirnya Sistem Manajemen Inventory mampu menghitung reorder point dengan otomatis berkat kemampuannya untuk memantau  data persediaan secara real-time. IMS menggunakan data historis penjualan dan penggunaan persediaan untuk mengidentifikasi kapan jumlah persediaan harus dipesan kembali agar tidak kehabisan stok.

        Transformasikan bisnis Anda dengan beragam sistem modul yang tersedia dari HashMicro. Ubah segala proses menjadi lebih praktis dan otomatis. Buat keputusan yang lebih akurat dengan dukungan software manajemen bisnis tercanggih. Dapatkan demo gratis software manajemen inventory HashMicro untuk ketahui lebih lanjut bagaimana solusi kami bisa membantu bisnis Anda.

        InventoryManagement

        Pertanyaan Seputar reorder point

        • Kapan sebaiknya menggunakan metode ROP?

          Metode ROP digunakan untuk menghitung kapan perusahaan melakukan pemesanan barang kembali, apabila perhitungan ROP tidak cermat maka akan terjadi kemungkinan kekurangan stok dan dapat menambah biaya penyimpanan tambahan (Exstra Carrying Cost).

        • Apa manfaat dari ROP?

          Reorder Point (ROP) memiliki keuntungan sebagai berikut: Salah satu manfaat utama dari sistem ini adalah memungkinkan aliran inventaris yang lancar tanpa jeda di antaranya. Ini selanjutnya membangun disiplin inventaris bisnis Anda.

        • Metode apa saja yang digunakan dalam pengendalian persediaan?

          Beberapa metode pengendalian persediaan yang paling populer digunakan adalah metode Economic Order Quantity (EOQ), metode Periodic Order Quantity (POQ), dan metode Min-Max.

        • Kesalahan apa yang sering terjadi dalam manajemen persediaan?

          (1).Kurangnya Pengukuran Kinerja (2).Karyawan Tidak Memenuhi Syarat Untuk Mengelola Persediaan Barang (3).Perencanaan Tidak Dapat Dilakukan, Apabila Kurangnya Perkiraan (4).Menggunakan Cara Manual (5).Tidak Melakukan Penghitungan Persediaan Barang.

        Apakah artikel Ini bermanfaat?
        YaTidak
        Hash Retail Innovation
        Fun Fact