Apa itu siklus akuntansi? Dalam bidang keuangan, siklus periode akuntansi adalah satu hal yang esensial untuk menjadi acuan mengenai kondisi keuangan di perusahaan Anda. Melalui Software Akuntansi, siklus ini berupaya untuk menghindarkan bisnis Anda dari financial corruption, fraud, dan beberapa kondisi lain yang tidak Anda inginkan.
Dengan melihat seberapa tingginya kualitas aplikasi akuntansi yang Anda gunakan, Anda pun dapat mengukur sejauh mana Anda mampu menjalankan siklus akuntansi biaya secara keseluruhan.
Lebih jelas, siklus akuntansi adalah proses berulang untuk mengumpulkan dan mengolah data secara sistematik dalam rangka menyusun laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan. Berpegang pada kompetensi Sistem Akuntansi, semua informasi yang dihasilkan dapat Anda gunakan untuk membuat dan mengambil keputusan bisnis.
Daftar Isi:
Tujuan Siklus Akuntansi
Siklus akuntansi bukan hanya sekadar rutinitas mencatat transaksi, tetapi fondasi penting untuk menjaga kesehatan keuangan perusahaan. Lewat tahapan ini, data keuangan bisa diproses dengan rapi, akurat, dan bermanfaat bagi berbagai pihak.
Beberapa tujuan utamanya adalah:
1. Pencatatan yang Sistematis
Siklus akuntansi memastikan setiap transaksi, misalnya pembelian bahan baku atau pembayaran gaji, tercatat secara kronologis. Dengan pencatatan terstruktur, perusahaan dapat melacak aliran uang tanpa kehilangan detail penting.
2. Pelaporan Keuangan yang Akurat
Melalui tahapan siklus akuntansi, laporan seperti laba rugi atau neraca dapat disusun dengan benar. Hasilnya, manajemen tidak hanya tahu berapa besar laba, tapi juga bisa membandingkan dengan periode sebelumnya untuk menilai kinerja.
3. Penyediaan Informasi Keuangan
Informasi dari siklus akuntansi bisa dipakai untuk mengambil keputusan strategis, seperti menentukan anggaran pemasaran atau rencana ekspansi. Investor dan kreditur pun mendapat data yang dapat dipercaya sebelum menanamkan modal atau memberi pinjaman.
4. Pengawasan dan Pengendalian
Siklus akuntansi membantu manajemen mendeteksi penyimpangan. Misalnya, jika biaya operasional lebih tinggi dari target, laporan yang dihasilkan akan segera menunjukkan hal tersebut sehingga bisa dilakukan evaluasi cepat.
Tahapan dalam Siklus Akuntansi
Setelah memahami pengertian siklus akuntansi, langkah selanjutnya adalah mengenali 11 tahap di dalamnya. Berikut penjelasan tiap tahap dalam siklus akuntansi.
Tahap Siklus Akuntansi | Deskripsi |
---|---|
Identifikasi Transaksi | Mengidentifikasi semua transaksi atau arus kas yang memengaruhi posisi keuangan perusahaan. Melibatkan pengumpulan bukti transaksi seperti kuitansi, faktur, nota, dan dokumen sah lainnya untuk memastikan pencatatan yang valid. |
Analisis Transaksi | Menganalisis dampak transaksi terhadap posisi keuangan menggunakan persamaan dasar akuntansi (Aktiva = Kewajiban + Ekuitas). Umumnya dilakukan dengan sistem pencatatan ganda (double-entry system). |
Pencatatan Jurnal | Mencatat semua transaksi ke dalam jurnal umum atau jurnal khusus secara kronologis. Proses ini memastikan debit dan kredit selalu seimbang. |
Posting ke Buku Besar | Memindahkan catatan dari jurnal ke buku besar (general ledger) yang memuat rekening pembukuan perusahaan, memudahkan pengecekan transaksi. |
Penyusunan Neraca Saldo | Menggabungkan saldo rekening dari buku besar ke neraca saldo untuk memastikan total debit dan kredit seimbang. Jika tidak, dilakukan koreksi atau pencatatan ulang. |
Penyusunan Jurnal Penyesuaian | Menyusun jurnal untuk menambahkan atau memperbaiki transaksi yang belum tercatat atau salah catat sebelum laporan keuangan dibuat. |
Neraca Saldo Setelah Penyesuaian | Memindahkan saldo yang telah disesuaikan ke neraca saldo baru. Neraca harus seimbang agar proses bisa lanjut ke laporan keuangan. |
Penyusunan Laporan Keuangan | Menyusun laporan keuangan lengkap: laba rugi, perubahan modal, neraca, arus kas, dan catatan tambahan. |
Penyusunan Jurnal Penutup | Menutup rekening nominal di akhir periode agar siap digunakan pada periode berikutnya. |
Neraca Saldo Setelah Penutupan | (Opsional) Menyusun neraca saldo baru yang hanya memuat akun permanen setelah penutupan. |
Penyusunan Jurnal Pembalik | (Opsional) Membuat jurnal pembalik di awal periode berikutnya untuk memudahkan pencatatan berulang. |
1. Identifikasi transaksi
Tahap pertama adalah mengidentifikasi transaksi yang memengaruhi posisi keuangan perusahaan. Setiap transaksi harus memiliki bukti transaksi sah, seperti kuitansi, faktur, nota, bukti kas keluar, atau memo penghapusan piutang. Bukti inilah yang menjadi dasar pencatatan akuntansi agar data yang dihasilkan valid.
Sebagai contoh, pembelian bahan baku senilai Rp10 juta secara tunai akan dicatat menggunakan faktur pembelian dan bukti kas keluar.
2. Analisis transaksi dalam siklus akuntansi
Setelah transaksi teridentifikasi, tahap berikutnya adalah menganalisis dampaknya terhadap posisi keuangan dengan menggunakan persamaan dasar akuntansi:
Umumnya digunakan sistem pencatatan ganda (double-entry system) yang memastikan setiap transaksi dicatat pada debit dan kredit dengan jumlah sama.
Jika perusahaan membeli komputer senilai Rp15 juta secara kredit, maka aset (peralatan) bertambah Rp15 juta, sekaligus kewajiban (utang usaha) bertambah Rp15 juta.
3. Pencatatan transaksi pada jurnal
Tahap ketiga adalah mencatat transaksi ke dalam jurnal akuntansi secara kronologis, proses ini dikenal sebagai penjurnalan (journalizing). Ada dua jenis jurnal yang digunakan:
- Jurnal umum, untuk transaksi yang tidak berulang atau bersifat beragam.
- Jurnal khusus, untuk transaksi yang sifatnya berulang, misalnya penjualan kredit atau pembelian.
Setiap pencatatan harus memuat sisi debit dan kredit dengan nilai yang sama agar tetap seimbang.
Contoh jurnal umum adalah sebagai berikut.
- Debit: Persediaan Rp10.000.000
- Kredit: Kas Rp10.000.000
4. Posting ke buku besar
Tahap keempat adalah memindahkan catatan dari jurnal ke buku besar (general ledger). Buku besar berisi kumpulan rekening (akun) yang dikelompokkan dalam chart of accounts dengan kode unik.
Misalnya 101 untuk Kas atau 201 untuk Utang Usaha. Tujuannya adalah memudahkan akuntan menelusuri transaksi, melakukan cross reference, dan mengecek keseimbangan catatan.
5. Penyusunan neraca saldo
Neraca saldo (trial balance) adalah daftar saldo seluruh akun dalam buku besar pada akhir periode. Neraca saldo disusun dengan menjumlahkan sisi debit dan kredit dari setiap akun. Total debit harus sama dengan total kredit; jika tidak seimbang, berarti ada kesalahan pencatatan atau transaksi yang terlewat.
Contoh: Jika total debit Rp250 juta dan kredit Rp248 juta, berarti ada selisih Rp2 juta yang harus ditelusuri penyebabnya.
6. Penyusunan jurnal penyesuaian
Jurnal penyesuaian dibuat untuk mencatat transaksi yang belum tercatat, salah catat, atau perlu disesuaikan agar saldo akun mencerminkan kondisi sebenarnya. Umumnya dilakukan di akhir periode sebelum laporan keuangan disusun.
Contohnya, perusahaan membayar sewa kantor Rp12 juta untuk 12 bulan. Jika 3 bulan sudah terpakai, maka perlu dibuat penyesuaian: Beban Sewa (debit Rp3 juta), Sewa Dibayar di Muka (kredit Rp3 juta).
7. Penyusunan neraca saldo setelah penyesuaian
Tahap ini adalah menyusun kembali neraca saldo dengan saldo yang sudah disesuaikan. Tujuannya memastikan akun-akun yang telah diperbaiki tercermin dengan benar. Neraca saldo setelah penyesuaian harus tetap seimbang antara debit dan kredit.
Contoh: Setelah penyesuaian sewa dibayar di muka Rp3 juta, neraca saldo baru akan menunjukkan beban sewa Rp3 juta dan sisa sewa dibayar di muka Rp9 juta.
Untuk memastikan neraca saldo sesuai tanpa perlu bolak balik mengecek data di banyak lokasi, Anda bisa menggunakan software akuntansi yang secara otomatis mengecek seluruh data Anda!
8. Penyusunan laporan keuangan
Laporan keuangan disusun setelah neraca saldo seimbang, dengan tujuan memberikan gambaran menyeluruh tentang kinerja dan posisi keuangan perusahaan. Dokumen ini terdiri dari beberapa bagian utama:
- Laporan laba rugi (income statement): menunjukkan pendapatan, beban, dan laba atau rugi bersih.
- Laporan perubahan ekuitas (owner’s equity): mencatat perubahan modal akibat laba, rugi, atau penarikan pemilik.
- Neraca (balance sheet): memuat aset, kewajiban, dan ekuitas perusahaan pada akhir periode.
- Laporan arus kas (cash flow): menjelaskan pergerakan kas masuk dan keluar.
- Catatan atas laporan keuangan: memberikan detail tambahan atau penjelasan khusus atas angka-angka yang disajikan.
Bertumpu pada aplikasi laporan keuangan, laporan keuangan dapat Anda susun hanya dalam hitungan detik.
9. Penyusunan jurnal penutup
Jurnal penutup dibuat di akhir periode akuntansi untuk menutup akun nominal rekening laba rugi, seperti pendapatan dan beban, agar saldonya kembali nol. Tujuannya adalah memisahkan transaksi periode berjalan dari periode berikutnya.
Contoh: Akun Pendapatan Rp500 juta akan ditutup ke Ikhtisar Laba Rugi (debit Rp500 juta), dan akun Beban Rp350 juta ditutup ke Ikhtisar Laba Rugi (kredit Rp350 juta).
10. Penyusunan neraca saldo setelah penutupan
Tahap ini bersifat opsional dan dilakukan setelah jurnal penutup selesai. Neraca saldo setelah penutupan hanya memuat akun permanen (aset, kewajiban, dan ekuitas), karena semua akun nominal sudah ditutup. Tujuannya adalah memastikan saldo akhir benar dan siap digunakan pada periode berikutnya.
Contoh: Neraca saldo setelah penutupan hanya akan menampilkan Kas Rp120 juta, Utang Usaha Rp40 juta, dan Modal Rp80 juta. Anda dapat menggunakan sistem akuntansi untuk menyusun neraca ini.
11. Penyusunan jurnal pembalik
Jurnal pembalik dibuat pada awal periode berikutnya, bersifat opsional, dan bertujuan menyederhanakan pencatatan transaksi berulang. Transaksi yang biasanya dibalik adalah beban dibayar di muka, pendapatan diterima di muka, atau beban yang masih harus dibayar.
Contoh: Jika ada jurnal penyesuaian pada akhir periode: Beban Gaji Rp10 juta (debit), Utang Gaji Rp10 juta (kredit), maka pada awal periode berikutnya dibuat jurnal pembalik: Utang Gaji Rp10 juta (debit), Beban Gaji Rp10 juta (kredit).
Baca juga: Sistem Akuntansi Pembelian: Strategi Optimalisasi Pengadaan Barang
Optimalkan Siklus Akuntansi dengan HashMicro
Mengelola siklus akuntansi dengan 11 tahap bisa memakan waktu dan rawan kesalahan jika masih manual. HashMicro Accounting Software hadir sebagai solusi untuk mengotomatisasi setiap proses, dari pencatatan transaksi hingga laporan keuangan akhir.
Dengan sistem ini, perusahaan dapat memastikan setiap langkah akuntansi berjalan lebih cepat, akurat, dan transparan.
Beberapa fitur utama yang mendukung kelancaran siklus akuntansi antara lain:
- Automated Journal Entries: Setiap transaksi otomatis dicatat ke jurnal dan diposting ke buku besar tanpa input manual.
- Real-Time Trial Balance: Neraca saldo diperbarui otomatis setelah ada transaksi baru, meminimalkan risiko selisih.
- Adjustment Tools: Membantu membuat jurnal penyesuaian secara cepat dengan data yang sudah terintegrasi.
- Comprehensive Financial Reports: Laporan laba rugi, neraca, arus kas, hingga catatan tambahan dapat dihasilkan instan.
- Closing & Reversing Entries Automation: Proses jurnal penutup dan pembalik bisa dilakukan otomatis sesuai periode.
- Multi-Currency & Tax Compliance: Mendukung pencatatan transaksi lintas mata uang serta sesuai regulasi perpajakan Indonesia.
Kesimpulan
Siklus akuntansi adalah aktivitas mendasar dalam rangka memantau keuangan di perusahaan Anda. Proses siklus akuntansi dilakukan bertahap dengan melibatkan bukti transaksi, jurnal, buku besar, neraca saldo, jurnal penyesuaian, laporan keuangan, dan jurnal penutup.
Di sinilah pentingnya implementasi Software Akuntansi HashMicro. Anda tidak perlu lagi khawatir dengan perhitungan yang kompleks karena fitur canggih pada accounting system HashMicro mampu memproses setiap tahapan secara otomatis dengan hasil yang akurat.
Anda dapat merekonsiliasi seluruh transaksi dan monitor kondisi keuangan dengan mudah kapan pun dan di mana pun. Dapatkan demo gratis untuk ketahui lebih lanjut bagaimana solusi kami bisa membantu bisnis Anda!