Nadia

Nadia
Balasan dalam 1 menit

Nadia
Perlu bantuan atau mau lihat demo singkat dari kami? 😊

Chat di sini, akan langsung terhubung ke WhatsApp tim kami.
6281222846776
×
close button
Violet

Nadia

Active Now

Violet

Nadia

Active Now

Chapter Selanjutnya

CNBC Awards

Contoh, Strategi, dan Otomatisasi Termin Pembayaran Proyek

Diterbitkan:

Pengelolaan keuangan adalah nadi dari setiap proyek konstruksi yang berhasil, di mana termin pembayaran proyek memegang peranan sentral dalam menjaga stabilitasnya. Skema pembayaran yang tidak terstruktur seringkali menjadi sumber utama masalah arus kas, yang dapat menghambat kemajuan bahkan menghentikan proyek sepenuhnya. Memahami cara kerja termin pembayaran secara mendalam bukan lagi pilihan, melainkan sebuah keharusan strategis bagi setiap manajer proyek dan pemilik bisnis.

Dengan menyusun jadwal pembayaran yang terencana menggunakan software termin pembayaran proyek, perusahaan dapat memitigasi risiko finansial sambil membangun fondasi kepercayaan dengan klien dan subkontraktor. Artikel ini akan mengupas tuntas semua yang perlu Anda ketahui tentang termin pembayaran, mulai dari konsep dasar hingga implementasi praktisnya. Mari kita selami lebih dalam bagaimana Anda dapat mengubah metode pembayaran menjadi alat strategis untuk kesuksesan proyek Anda.

Key Takeaways

Klik di Sini untuk Demo Gratisnya!

DemoGratis

Daftar Isi:

    Daftar Isi

      Apa Itu Termin Pembayaran Proyek?

      Pernahkah Anda bertanya bagaimana proyek bernilai miliaran rupiah dapat berjalan lancar tanpa kendala finansial? Jawabannya terletak pada termin pembayaran proyek, sebuah skema pembayaran bertahap yang disesuaikan dengan progres pekerjaan. Sistem ini memecah total nilai kontrak menjadi beberapa pembayaran kecil yang dicairkan seiring tercapainya milestone tertentu.

      Pengaturan ini berfungsi sebagai alat ukur kemajuan dan komitmen antara klien dan kontraktor. Setiap termin terikat pada penyelesaian tahapan spesifik, seperti fondasi atau pemasangan atap, yang harus diverifikasi sebelum pembayaran dilakukan. Dengan demikian, termin pembayaran menjadi fondasi finansial yang sehat dalam manajemen proyek.

      Bagi kontraktor, skema ini memastikan mereka memiliki modal kerja yang cukup untuk melanjutkan operasional tanpa menanggung seluruh biaya di muka. Di sisi lain, klien mendapatkan kendali dan jaminan bahwa pembayaran hanya dilakukan untuk pekerjaan yang telah terverifikasi. Hal ini menciptakan kerangka kerja yang adil dan transparan, menyeimbangkan risiko finansial bagi kedua belah pihak.

      Mengapa Termin Pembayaran Sangat Krusial dalam Proyek?

      Dalam dunia bisnis yang dinamis, termin pembayaran yang terstruktur bukanlah sekadar formalitas, melainkan pilar strategis keberhasilan proyek. Tanpa skema yang jelas, proyek berisiko mengalami kendala arus kas, penurunan motivasi, hingga sengketa hukum. Berdasarkan pengalaman saya, banyak proyek mangkrak justru karena masalah finansial, bukan teknis.

      Struktur termin yang solid memberikan prediktabilitas finansial yang sangat dibutuhkan oleh semua pemangku kepentingan. Hal ini memungkinkan perusahaan merencanakan alokasi sumber daya dengan lebih akurat dan membangun fondasi kepercayaan yang kuat. Pada dasarnya, termin pembayaran berfungsi sebagai detak jantung finansial proyek, memastikan aliran dana stabil untuk menjaga proyek tetap berjalan.

      1. Menjaga stabilitas arus kas (cash flow)

      Arus kas adalah darah kehidupan bagi setiap kontraktor dalam menjalankan operasional proyek sehari-hari. Termin pembayaran memastikan adanya aliran pemasukan dana yang teratur dan dapat diprediksi seiring dengan progres pekerjaan. Ini memungkinkan kontraktor untuk membayar upah pekerja, membeli material, dan menyewa peralatan tanpa harus mengandalkan modal pribadi atau pinjaman berbunga tinggi.

      Tanpa skema termin, kontraktor mungkin harus menanggung seluruh biaya awal, yang dapat menguras sumber daya finansial mereka sebelum proyek selesai. Menurut data dari PwC Indonesia, manajemen arus kas yang buruk merupakan salah satu penyebab utama kegagalan dalam industri konstruksi. Dengan pembayaran bertahap, risiko kehabisan dana di tengah jalan dapat diminimalisir, menjaga proyek tetap berjalan sesuai jadwal.

      2. Membangun kepercayaan dan transparansi

      Kepercayaan adalah fondasi dari setiap hubungan bisnis yang sukses, termasuk dalam proyek konstruksi. Termin pembayaran yang didefinisikan dengan jelas menciptakan kerangka kerja yang transparan, di mana setiap pihak memahami hak dan kewajibannya. Klien tahu persis pekerjaan apa yang harus diselesaikan untuk setiap pembayaran, sementara kontraktor memiliki kepastian kapan mereka akan menerima pembayaran.

      Ketika setiap pembayaran terikat pada milestone yang dapat diverifikasi, ruang untuk ambiguitas dan kesalahpahaman menjadi jauh lebih kecil. Transparansi ini mengurangi potensi konflik dan membangun hubungan kerja yang kolaboratif dan positif. Klien merasa lebih aman karena mereka hanya membayar untuk hasil nyata, yang pada gilirannya meningkatkan kepercayaan mereka terhadap kontraktor.

      3. Mengurangi risiko finansial

      Setiap proyek memiliki potensi risiko, baik bagi klien maupun kontraktor, dan termin pembayaran adalah alat mitigasi yang efektif. Dari sisi klien, risiko membayar penuh di muka untuk pekerjaan yang mungkin tidak selesai atau tidak memenuhi standar kualitas dapat dihilangkan. Jika kontraktor gagal memenuhi kewajibannya, kerugian finansial klien terbatas pada jumlah yang telah dibayarkan sesuai progres.

      Sebaliknya, dari sisi kontraktor, risiko tidak dibayar setelah menyelesaikan seluruh pekerjaan juga dapat dikurangi secara signifikan. Pembayaran bertahap memastikan mereka menerima kompensasi secara reguler atas pekerjaan yang telah dilakukan. Sistem ini secara adil mendistribusikan risiko finansial, menciptakan lingkungan kerja yang lebih seimbang dan aman bagi kedua belah pihak.

      4. Memotivasi penyelesaian pekerjaan tepat waktu

      Termin pembayaran berfungsi sebagai insentif yang kuat bagi kontraktor untuk menyelesaikan setiap tahapan proyek sesuai jadwal yang telah disepakati. Karena setiap pembayaran bergantung pada penyelesaian milestone tertentu, kontraktor termotivasi untuk bekerja secara efisien. Mereka tahu bahwa semakin cepat mereka mencapai target, semakin cepat pula arus kas mereka kembali terisi.

      Struktur ini menciptakan hubungan langsung antara kinerja dan kompensasi, yang secara alami mendorong produktivitas di lapangan. Keterlambatan dalam satu tahap dapat menunda pembayaran, yang berdampak langsung pada operasional kontraktor. Oleh karena itu, skema termin secara tidak langsung membantu menjaga proyek tetap berada di jalurnya dan selesai tepat waktu.

      5. Menjadi dasar hukum yang kuat

      Dokumen termin pembayaran yang menjadi bagian dari kontrak kerja memiliki kekuatan hukum yang mengikat. Di dalamnya, tercantum secara detail jadwal pembayaran, syarat pencairan, dan konsekuensi jika terjadi wanprestasi dari salah satu pihak. Ini memberikan perlindungan hukum yang jelas jika terjadi sengketa di kemudian hari.

      Misalnya, jika klien menolak membayar padahal progres pekerjaan telah terverifikasi, kontraktor memiliki dasar hukum yang kuat untuk menuntut haknya. Sebaliknya, jika kontraktor tidak menyelesaikan pekerjaan sesuai kesepakatan, klien dapat menahan pembayaran termin berikutnya. Adanya dokumen yang sah ini memastikan bahwa setiap perselisihan dapat diselesaikan melalui jalur yang jelas, sesuai dengan regulasi yang berlaku seperti yang diatur dalam Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (LKPP) untuk proyek pemerintah.

      Jenis-Jenis Termin Pembayaran yang Umum Digunakan

      Jenis-Jenis Termin Pembayaran yang Umum DigunakanPemilihan jenis termin pembayaran sangat bergantung pada sifat, durasi, dan kompleksitas proyek. Memahami perbedaan setiap model akan membantu Anda memilih pendekatan yang paling sesuai untuk mengoptimalkan arus kas. Secara umum, termin pembayaran dapat dikategorikan berdasarkan model kontrak dan tahapan progres pekerjaan.

      Pendekatan yang berbeda ini menawarkan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan proyek, baik untuk proyek bernilai tetap maupun dinamis. Dengan memilih struktur yang relevan, perusahaan dapat memastikan skema pembayaran selaras dengan realitas di lapangan. Berikut adalah jenis-jenis termin pembayaran yang paling sering diterapkan dalam berbagai industri.

      1. Termin Pembayaran Lump Sum (Fixed Price)

      Model ini digunakan untuk proyek dengan ruang lingkup yang sangat jelas dan total biaya yang telah disepakati di awal (harga tetap). Pembayaran dibagi menjadi beberapa termin berdasarkan persentase penyelesaian atau milestone yang telah ditentukan. Contohnya, 20% uang muka, 30% setelah penyelesaian tahap A, 30% setelah tahap B, dan 20% setelah serah terima.

      2. Termin Pembayaran Harga Satuan (Unit Price)

      Jenis termin ini cocok untuk proyek di mana volume pekerjaan sulit diestimasi secara akurat di awal, seperti proyek jalan atau penggalian. Pembayaran didasarkan pada jumlah unit pekerjaan yang telah diselesaikan (misalnya, per meter kubik, per meter panjang) dikalikan dengan harga satuan yang telah disepakati. Penagihan biasanya dilakukan secara periodik, misalnya setiap bulan, berdasarkan pengukuran volume pekerjaan di lapangan.

      3. Termin Pembayaran Biaya Plus Jasa (Cost Plus Fee)

      Model ini sering digunakan pada proyek yang ruang lingkupnya belum terdefinisi sepenuhnya atau memiliki tingkat ketidakpastian tinggi. Kontraktor dibayar untuk semua biaya aktual yang dikeluarkan (material, tenaga kerja, sewa alat) ditambah dengan biaya jasa (fee) sebagai keuntungan. Pembayaran termin dilakukan secara periodik, misalnya bulanan, setelah kontraktor menyerahkan bukti-bukti pengeluaran yang sah.

      4. Uang Muka (Down Payment)

      Uang muka adalah pembayaran awal yang dilakukan oleh klien kepada kontraktor setelah penandatanganan kontrak, biasanya berkisar antara 10% hingga 30% dari total nilai proyek. Tujuannya adalah untuk memberikan modal kerja bagi kontraktor agar dapat memulai proyek, seperti untuk mobilisasi alat, pembelian material awal, dan biaya operasional lainnya. Pembayaran ini sangat penting untuk kelancaran tahap awal proyek.

      5. Termin Progres Fisik (Progress Payment)

      Ini adalah jenis termin yang paling umum, di mana pembayaran dilakukan berdasarkan persentase progres fisik pekerjaan yang telah dicapai di lapangan. Progres ini biasanya diverifikasi oleh konsultan pengawas atau tim manajemen konstruksi melalui opname pekerjaan. Setiap kali progres mencapai persentase tertentu (misalnya 25%, 50%, 75%), kontraktor berhak mengajukan tagihan termin.

      6. Pembayaran Akhir dan Retensi (Final Payment & Retention)

      Pembayaran akhir adalah termin terakhir yang dibayarkan setelah semua pekerjaan selesai 100% dan proyek diserahterimakan (BAST). Namun, dari pembayaran ini biasanya akan dipotong dana retensi sekitar 5% dari nilai kontrak. Dana retensi ini ditahan oleh klien selama periode pemeliharaan (misalnya 3-6 bulan) sebagai jaminan bahwa kontraktor akan memperbaiki setiap kerusakan atau cacat yang muncul setelah proyek selesai.

      Contoh Praktis Termin Pembayaran Proyek Konstruksi

      Untuk memberikan gambaran konkret, mari kita simulasikan termin pembayaran proyek konstruksi ruko dua lantai. Proyek ini memiliki nilai kontrak Rp 2 miliar dengan durasi pengerjaan 6 bulan. Skema pembayaran dibagi menjadi lima termin berdasarkan progres fisik untuk menjamin kelancaran arus kas.

      Setiap termin dijabarkan dalam surat perjanjian, lengkap dengan persentase, nilai nominal, dan syarat pencairan. Misalnya, Termin I (Uang Muka) sebesar 20% atau Rp 400 juta dibayarkan setelah penandatanganan kontrak. Skema ini berlanjut hingga Termin V, di mana pembayaran akhir dilakukan setelah serah terima kunci, dengan menyisakan dana retensi 5%.

      • Termin I (Uang Muka – 20%): Sebesar Rp 400.000.000, dibayarkan setelah penandatanganan kontrak. Dana ini digunakan untuk mobilisasi alat berat, persiapan lahan, dan pembelian material awal seperti besi dan semen. Syarat pencairannya adalah kontrak yang telah ditandatangani dan surat perintah kerja (SPK) yang sudah diterbitkan.
      • Termin II (Progres 30%): Sebesar Rp 600.000.000, dicairkan setelah pekerjaan struktur pondasi, kolom, dan balok lantai satu selesai 100%. Verifikasi progres dilakukan melalui berita acara pemeriksaan (BAP) yang disetujui oleh konsultan pengawas.
      • Termin III (Progres 60%): Sebesar Rp 600.000.000, dibayarkan setelah pekerjaan struktur lantai dua, pemasangan dinding, dan rangka atap selesai. Tahap ini menandakan bahwa bentuk fisik bangunan sudah mulai terlihat jelas dan siap untuk pekerjaan arsitektural.
      • Termin IV (Progres 95%): Sebesar Rp 300.000.000, dicairkan setelah seluruh pekerjaan arsitektural, mekanikal, elektrikal, dan plumbing (MEP) selesai. Ini termasuk pemasangan lantai, pengecatan, instalasi listrik, dan sanitasi, di mana bangunan sudah hampir siap huni.
      • Termin V (Serah Terima – 5% Retensi): Sisa pembayaran sebesar Rp 100.000.000 dibayarkan setelah serah terima pertama (PHO). Dari jumlah ini, dana retensi sebesar 5% (Rp 100.000.000) ditahan selama masa pemeliharaan (misalnya 6 bulan) dan akan dicairkan setelah serah terima akhir (FHO).

      Cara Membuat Dokumen Termin Pembayaran yang Efektif

      Membuat dokumen termin pembayaran yang solid adalah langkah krusial untuk mencegah ambiguitas dan sengketa. Dokumen ini harus berfungsi sebagai panduan yang jelas, mengikat secara hukum, dan mudah dipahami oleh semua pihak. Penyusunan yang cermat tidak hanya melindungi kepentingan finansial, tetapi juga membangun citra profesionalisme dan transparansi.

      Dokumen yang efektif harus menjawab pertanyaan “siapa, apa, kapan, dan bagaimana” terkait setiap siklus pembayaran. Mulai dari nilai kontrak hingga mekanisme penyelesaian jika terjadi keterlambatan, setiap detail harus dituangkan secara eksplisit. Ikuti langkah-langkah berikut untuk menyusun dokumen termin pembayaran yang profesional dan komprehensif.

      1. Tentukan detail proyek dan nilai kontrak

      Langkah pertama adalah mendefinisikan secara jelas ruang lingkup proyek, termasuk nama proyek, lokasi, dan identitas klien serta kontraktor. Pastikan total nilai kontrak disepakati dan tertulis dengan jelas dalam angka dan huruf untuk menghindari kesalahan interpretasi. Detail ini menjadi dasar dari semua perhitungan termin yang akan dibuat selanjutnya.

      2. Sepakati persentase setiap tahapan

      Bagilah total nilai proyek ke dalam beberapa tahapan pembayaran berdasarkan milestone atau progres fisik yang logis. Diskusikan dan sepakati persentase untuk setiap termin, termasuk uang muka dan dana retensi. Persentase ini harus mencerminkan bobot pekerjaan dan kebutuhan modal kerja di setiap tahapannya.

      3. Definisikan syarat dan ketentuan pembayaran

      Untuk setiap termin, jelaskan secara spesifik pekerjaan apa yang harus diselesaikan sebagai syarat pencairan. Tentukan dokumen pendukung yang diperlukan, seperti berita acara pemeriksaan (BAP) atau foto dokumentasi. Cantumkan juga jangka waktu pembayaran setelah dokumen tagihan diterima, misalnya 14 hari kerja.

      4. Sertakan mekanisme penanganan keterlambatan

      Untuk melindungi kedua belah pihak, dokumen harus mencantumkan klausul mengenai keterlambatan, baik dari sisi pekerjaan maupun pembayaran. Tentukan denda keterlambatan bagi kontraktor jika progres tidak sesuai jadwal, dan sebutkan konsekuensi bagi klien jika pembayaran termin terlambat. Ini menciptakan rasa tanggung jawab dan keadilan.

      5. Tuangkan dalam dokumen resmi

      Setelah semua poin disepakati, tuangkan skema termin pembayaran ke dalam dokumen kontrak resmi atau surat perjanjian kerja (SPK). Pastikan dokumen tersebut ditandatangani oleh perwakilan yang sah dari kedua belah pihak di atas meterai. Dokumen ini akan menjadi landasan hukum yang kuat selama proyek berlangsung.

      Atasi Tantangan Pengelolaan Termin dengan Otomatisasi

      Mengelola termin pembayaran secara manual, terutama pada proyek berskala besar, seringkali menjadi sumber inefisiensi dan risiko. Keterlambatan penagihan, kesalahan perhitungan progres, dan kurangnya visibilitas anggaran adalah tantangan umum yang dapat mengganggu arus kas. Proses manual yang mengandalkan spreadsheet sangat rentan terhadap human error, yang berujung pada pembayaran tidak akurat.

      Untuk mengatasi tantangan ini, otomatisasi melalui software konstruksi terintegrasi menjadi solusi strategis. Teknologi memungkinkan pemantauan akurat, pembuatan dokumen cepat, dan visibilitas data secara real-time. Berikut adalah bagaimana teknologi dapat membantu Anda mengoptimalkan setiap aspek pengelolaan termin pembayaran.

      1. Pemantauan progres proyek dengan Kurva S

      Software konstruksi modern memungkinkan manajer proyek untuk memvisualisasikan progres aktual di lapangan dan membandingkannya dengan rencana awal melalui grafik Kurva S. Fitur ini memberikan gambaran yang jelas dan akurat mengenai persentase penyelesaian proyek. Data progres yang valid ini menjadi dasar yang kuat untuk mengajukan penagihan termin, mengurangi risiko penolakan invoice karena data yang tidak akurat.

      2. Pembuatan invoice otomatis berdasarkan progres

      Salah satu keunggulan utama otomatisasi adalah kemampuan sistem untuk menghasilkan invoice termin secara otomatis. Begitu progres pekerjaan pada suatu milestone tercapai dan diverifikasi dalam sistem, invoice dapat dibuat dengan sekali klik. Ini menghilangkan proses manual yang memakan waktu, mengurangi risiko kesalahan input data, dan mempercepat siklus penagihan secara signifikan.

      3. Integrasi dengan sistem akuntansi

      Pengelolaan keuangan proyek menjadi jauh lebih efisien ketika sistem konstruksi terintegrasi langsung dengan software akuntansi. Setiap invoice termin yang dibuat akan secara otomatis tercatat dalam pembukuan, memudahkan tim keuangan untuk melacak pendapatan, piutang, dan status pembayaran. Integrasi ini memastikan data finansial selalu sinkron dan akurat tanpa perlu rekonsiliasi manual yang rumit.

      4. Pengelolaan anggaran secara real-time

      Dengan platform terpusat, Anda dapat memantau realisasi anggaran proyek secara real-time setiap kali pembayaran termin dilakukan atau biaya baru dicatat. Manajer proyek dapat dengan mudah melihat perbandingan antara anggaran yang direncanakan dengan biaya aktual yang dikeluarkan. Visibilitas ini memungkinkan deteksi dini terhadap potensi pembengkakan biaya, sehingga tindakan korektif dapat diambil lebih cepat. Banyak penyedia yang menawarkan beragam rekomendasi aplikasi kontraktor yang dapat disesuaikan dengan kebutuhan spesifik proyek Anda.

      Optimalkan Manajemen Proyek Konstruksi Anda dengan Solusi dari HashMicro

      Optimalkan Manajemen Proyek Konstruksi Anda dengan Solusi dari HashMicroHashMicro menyediakan sistem ERP terintegrasi yang dirancang khusus untuk mengotomatisasi dan menyederhanakan proses bisnis, termasuk pengelolaan proyek konstruksi yang kompleks.

      Melalui modul software konstruksi HashMicro yang canggih, perusahaan dapat memproses penagihan termin lebih cepat, mengurangi human error, serta mendapatkan data progres dan keuangan yang akurat.

      Sistem HashMicro dirancang dengan integrasi penuh antar modul, sehingga data dari berbagai departemen seperti akuntansi, inventaris, pengadaan, dan manajemen proyek dapat saling terhubung. Hal ini memberikan visibilitas yang lebih baik terhadap seluruh operasional bisnis dan memastikan setiap keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan terkini.

      Fitur Software Konstruksi HashMicro:

      • Budget S-Curve Management: Menyediakan visualisasi Kurva S untuk memantau perencanaan dan realisasi anggaran proyek secara akurat, membantu mengidentifikasi potensi penyimpangan biaya lebih dini.
      • In-Depth Job Estimates (RAB): Memudahkan pembuatan Rencana Anggaran Biaya (RAB) yang detail dan terstruktur, memastikan setiap komponen biaya terhitung dengan cermat sejak awal.
      • Progressive Invoice & Bill for Project: Mengotomatiskan pembuatan faktur dan tagihan berdasarkan kemajuan proyek, mempercepat siklus penagihan dan meningkatkan kesehatan arus kas.
      • Integrated with Accounting: Terintegrasi langsung dengan sistem akuntansi untuk melacak laporan laba rugi dan neraca setiap proyek, memastikan data finansial selalu sinkron dan valid.
      • Real-time Project Dashboard: Memberikan tampilan visual dan data real-time mengenai kinerja proyek, anggaran, dan penggunaan material untuk membantu manajer mengambil keputusan lebih cepat.

      Dengan HashMicro, perusahaan Anda dapat meningkatkan efisiensi operasional, transparansi data, dan otomatisasi proses bisnis yang lebih baik. Untuk melihat bagaimana solusi kami dapat membantu bisnis Anda secara nyata, jangan ragu untuk mencoba demo gratisnya sekarang juga.

      download skema harga software erp
      download skema harga software erp

      Kesimpulan

      Termin pembayaran proyek adalah komponen fundamental yang menentukan stabilitas finansial dan kelancaran sebuah proyek. Dengan menetapkan jadwal yang jelas dan adil, perusahaan dapat menjaga kesehatan arus kas, memitigasi risiko, serta membangun hubungan kerja yang transparan. Pemilihan jenis termin yang tepat dan penyusunan dokumen yang komprehensif adalah kunci untuk menyelaraskan ekspektasi semua pihak.

      Meskipun metode manual telah lama digunakan, era digital menuntut efisiensi dan akurasi yang lebih tinggi. Mengadopsi solusi teknologi seperti software konstruksi HashMicro dapat menyederhanakan kompleksitas pengelolaan termin, mulai dari pemantauan progres hingga analisis anggaran. Coba demo gratisnya sekarang untuk membantu Anda dalam menguasai termin pembayara sehingga perusahaan Anda tidak hanya mengamankan profitabilitas proyek tetapi juga memperkuat reputasinya sebagai mitra yang andal.

      HashConstructionSuite

      Pertanyaan Tentang Termin Pembayaran Proyek

      • Apa itu dana retensi dalam termin pembayaran?

        Dana retensi adalah sebagian kecil pembayaran (biasanya 5%) yang ditahan oleh klien hingga masa pemeliharaan berakhir. Tujuannya adalah sebagai jaminan bagi kontraktor untuk memperbaiki cacat atau kerusakan yang mungkin muncul setelah proyek selesai.

      • Bagaimana cara menghitung progres pembayaran proyek?

        Progres pembayaran dihitung berdasarkan persentase penyelesaian fisik di lapangan yang diverifikasi melalui opname pekerjaan. Persentase progres tersebut kemudian dikalikan dengan total nilai kontrak untuk menentukan jumlah tagihan termin

      • Apa yang terjadi jika klien terlambat membayar termin?

        ika klien terlambat membayar, kontraktor berhak mengenakan denda keterlambatan sesuai klausul yang tertera dalam kontrak. Keterlambatan pembayaran yang signifikan juga dapat menjadi dasar bagi kontraktor untuk menghentikan sementara pekerjaan.

      Dewi Sartika

      Senior Content Writer

      Berbekal pengalaman selama 6 tahun dalam industri SaaS, Dewi telah menjadi praktisi untuk penulisan artikel terkait accounting dan bidang keuangan. Ia berfokus menulis artikel seputar Laporan keuangan (neraca, laba rugi, arus kas), standar akuntansi (PSAK, IFRS, GAAP), perpajakan (e-faktur, PPn, tax planning), dan manajemen biaya.



      HashMicro berpegang pada standar editorial yang ketat dan menggunakan sumber utama seperti regulasi pemerintah, pedoman industri, serta publikasi terpercaya untuk memastikan konten yang akurat dan relevan. Pelajari lebih lanjut tentang cara kami menjaga ketepatan, kelengkapan, dan objektivitas konten dengan membaca Panduan Editorial kami.


      TINGGALKAN KOMENTAR

      Silakan masukkan komentar anda!
      Silakan masukkan nama Anda di sini

      Solusi nyata sederhanakan kompleksitas bisnis

      Solusi nyata sederhanakan kompleksitas bisnis

      Dipercaya oleh 2,000+ klien

      Rasakan Keajaibannya Sendiri

      Saya Mau Coba Dulu!