Setiap bisnis yang menyimpan persediaan pasti menanggung biaya tambahan di baliknya. Biaya inilah yang disebut carrying cost, yaitu seluruh pengeluaran yang timbul karena menyimpan barang di gudang dalam jangka waktu tertentu.
Carrying cost mencakup banyak hal, mulai dari biaya sewa gudang, tenaga kerja, hingga risiko kerusakan atau penyusutan barang. Besarnya biaya ini sering kali tersembunyi, namun dapat berpengaruh besar terhadap profitabilitas perusahaan.
Dalam artikel ini, Anda akan menemukan penjelasan lengkap tentang pengertian, komponen, hingga cara menghitung dan mengurangi carrying cost agar bisnis dapat lebih efisien.
Daftar Isi:
Komponen Carrying Cost
arrying cost biasanya dibagi ke dalam tiga komponen utama: biaya modal, biaya simpan, dan biaya risiko. Ketiganya saling terkait dan perlu dihitung agar perusahaan tahu berapa besar biaya yang timbul dari penyimpanan persediaan.
1. Biaya modal
Biaya modal adalah opportunity cost dari modal yang tertahan di dalam persediaan. Modal yang seharusnya bisa digunakan untuk investasi lain atau kebutuhan operasional, justru terikat pada barang di gudang.
Biaya ini biasanya dihitung dalam bentuk bunga, return yang hilang, atau harga uang yang tertanam dalam stok.
2. Biaya simpan
Biaya simpan meliputi seluruh pengeluaran untuk menyimpan barang fisik di gudang. Termasuk sewa gudang, pemeliharaan, listrik, gaji staf gudang, asuransi, pajak, hingga penyusutan peralatan.
Biaya ini bisa bersifat tetap maupun variabel tergantung jumlah dan jenis persediaan yang disimpan.
3. Biaya risiko
Biaya risiko muncul akibat kemungkinan kerugian dari persediaan. Contohnya adalah kehilangan karena pencurian, kerusakan barang, produk kadaluarsa, penyusutan nilai, hingga kesalahan administrasi.
Biaya risiko sering kali sulit diprediksi, namun bisa berdampak besar pada profitabilitas perusahaan.
Contoh Perhitungan Carrying Cost
Misalkan sebuah perusahaan ritel punya persediaan barang senilai
Rp1.000.000.000 (1 miliar) per tahun. Carrying cost biasanya dihitung sebagai persentase dari nilai rata-rata persediaan, dengan tiga komponen utama:
biaya modal, biaya simpan, dan biaya risiko.
1. Biaya Modal
- Opportunity cost modal: 8% dari nilai persediaan (misalnya setara bunga deposito/investasi lain).
- Rp1.000.000.000 x 8% = Rp80.000.000 per tahun
2. Biaya Simpan
- Sewa gudang: Rp25.000.000
- Listrik & utilitas: Rp10.000.000
- Asuransi & pajak: Rp15.000.000
- Gaji staf gudang: Rp30.000.000
- Penyusutan peralatan: Rp10.000.000
- Total = Rp90.000.000 per tahun
3. Biaya Risiko
- Barang rusak/expired: Rp20.000.000
- Shrinkage/pencurian: Rp10.000.000
- Obsolescence (barang ketinggalan tren): Rp15.000.000
- Kesalahan administrasi: Rp5.000.000
- Total = Rp50.000.000 per tahun
Total Carrying Cost
- Biaya Modal = Rp80.000.000
- Biaya Simpan = Rp90.000.000
- Biaya Risiko = Rp50.000.000
- Total Carrying Cost = Rp220.000.000 per tahun
Artinya, perusahaan mengeluarkan 22% dari total nilai persediaan hanya untuk biaya penyimpanan. Angka ini bisa dipakai manajer untuk evaluasi apakah stok terlalu besar atau perlu strategi lain (misalnya VMI, JIT, atau software inventory).
Cara Efisiensikan Carrying Cost
Untuk inventory control yang baik, Anda juga perlu belajar mengelola seluruh inventaris dengan benar agar tidak terallu banyak membawa carrying cost.
Berikut beberapa strategi untuk menekan carrying cost Anda:
1. Percepat lead time
Bangun kerja sama dengan supplier lokal untuk memangkas waktu pengiriman dan kurangi ketergantungan pada pemasok jarak jauh.
Evaluasi ulang metode logistik: gunakan transportasi cepat untuk barang fast-moving, tapi pilih opsi lebih murah untuk produk non-urgent. Hindari menumpuk stok besar hanya karena takut kehabisan; lebih baik atur jadwal replenishment yang stabil.
2. Singkirkan stok usang
Lakukan audit berkala untuk mengidentifikasi barang slow-moving, rusak, atau mendekati kadaluarsa. Terapkan strategi diskon, bundling, atau flash sale untuk mempercepat perputarannya.
Setelah stok usang keluar, gunakan data penjualan historis untuk forecasting agar jumlah order berikutnya sesuai kebutuhan pasar.
3. Negosiasikan MOQ dengan pemasok
MOQ besar sering jadi beban biaya simpan. Diskusikan dengan pemasok untuk menurunkan minimum order atau tawarkan kontrak jangka panjang sebagai imbal balik. Jika MOQ tidak bisa diturunkan, pertimbangkan berbagi pesanan dengan partner bisnis lain agar stok tidak menumpuk di gudang Anda sendiri.
4. Terapkan consignment inventory
Gunakan model konsinyasi dengan retailer sehingga produk ditempatkan di outlet mereka, tapi biaya simpan tetap di vendor hingga barang terjual. Buat SLA yang jelas terkait retur barang, periode pembayaran, dan target penjualan. Dengan begitu, carrying cost bisa ditekan tanpa mengorbankan cash flow.
5. Implementasikan software inventory
Pasang aplikasi stok barang yang dapat memantau level stok real-time di semua gudang. Gunakan fitur batch & lot tracking untuk produk dengan expiry date, serta laporan otomatis untuk mengetahui biaya simpan per kategori barang.
Dengan visibilitas penuh, Anda bisa menentukan kapan harus reorder dan berapa jumlah ideal agar carrying cost tetap terkendali.
Berikut rangkuman cara-cara efisien dalam mengurangi carrying cost:
Pros | Cons |
Efektifkan Lead Time | Memilih supplier lokal dan metode pengiriman tepat agar proses pemesanan lebih cepat dan biaya penyimpanan berkurang. |
Habiskan Stok Sebelum Usang | Menjual produk mendekati kadaluarsa melalui diskon atau bundling untuk menghindari biaya penyimpanan berlebih. |
Minimalkan Jumlah Pesanan Minimum (MOQ) | Menyesuaikan jumlah pesanan agar perputaran barang lebih cepat dan stok tidak menumpuk di gudang. |
Terapkan Consignment Inventory | Menitipkan barang ke pengecer untuk mengurangi beban gudang meskipun pembayaran baru diterima setelah penjualan. |
Gunakan Software Inventory | Memanfaatkan aplikasi inventaris real-time untuk memantau stok, mengurangi kelebihan inventaris, dan menekan biaya penyimpanan. |
Gunakan Software Inventory HashMicro sebagai Solusi Pengelolaan Inventaris
Banyak perusahaan masih kesulitan melacak barang keluar-masuk secara akurat. Akibatnya, cycle count sering berbeda dengan stok fisik dan carrying cost jadi tidak terkendali.
HashMicro Inventory Software membantu memantau level persediaan secara real-time dan mengurangi risiko overstock maupun dead stock. Sistem ini juga sudah terintegrasi dengan modul pembelian, sehingga pengadaan barang lebih efisien dan transparan.
Melalui dashboard terpusat, warehouse manager dapat mengontrol stok di berbagai gudang sekaligus, mengatur batch & expiry, hingga menghasilkan laporan inventaris otomatis.
Fitur unggulan HashMicro Inventory Software meliputi:
- Real-time stock visibility → pantau pergerakan barang masuk/keluar di semua gudang.
- Batch & expiry tracking → pastikan produk lama keluar lebih dulu untuk mencegah dead stock.
- Multi-warehouse management → kelola beberapa lokasi penyimpanan dari satu sistem terintegrasi.
- Cycle count & audit otomatis → kurangi selisih stok dan percepat proses stock opname.
- Integration dengan procurement & finance → biaya inventaris lebih mudah dikendalikan.
- Automated reporting → laporan stok, carrying cost, dan pengadaan dapat diakses kapan saja.
Kesimpulan
Penting bagi perusahaan untuk mengurangi carrying cost karena dapat membantu perusahaan dalam meningkatkan produktivitas dan profitabilitas perusahaan.
Software Inventory dari HashMicro dapat membantu Anda dalam memantau dan meminimalkan carrying cost.
Selain itu, perusahaan dapat menggunakan software ini untuk mencatat dan mengelola seluruh barang inventaris yang perusahaan miliki secara otomatis. Coba demo gratis sekarang!