Nadia

Nadia
Balasan dalam 1 menit

Nadia
Jadwalkan Demo Sekarang!

Hubungi kami via WhatsApp, dan sampaikan kebutuhan perusahaan Anda dengan tim ahli kami
6281222846776
×
close button
Violet

Nadia

Active Now

Violet

Nadia

Active Now

Chapter Selanjutnya

CNBC Awards

Daftar Isi

plus minus

    Artikel Terkait:

    plus minus

    Artikel Terkait

    Merchandise Inventory 2025: Panduan Lengkap Valuasi & Cara Hitungnya

    Diterbitkan:

    Bagi perusahaan dagang, baik ritel maupun distributor, mengelola stok barang adalah jantung dari operasional bisnis. Namun, sering kali saya menemukan banyak bisnis yang masih kesulitan memahaminya secara mendalam, terutama terkait merchandise inventory atau persediaan barang dagang. Kesalahan dalam menilai dan mencatat aset vital ini bukan hanya menyebabkan laporan keuangan yang tidak akurat, tetapi juga berdampak langsung pada arus kas, profitabilitas, dan bahkan kepuasan pelanggan.

    Masalah seperti kelebihan stok (overstocking) yang menggerus modal kerja atau kekurangan stok (stockout) yang membuat pelanggan kecewa adalah tantangan nyata. Tanpa pemahaman yang solid tentang cara menghitung dan mengelola persediaan barang dagang, perusahaan akan sulit membuat keputusan strategis yang tepat. Melalui artikel ini, saya akan memandu Anda memahami seluk-beluk merchandise inventory, mulai dari konsep dasar, metode valuasi yang krusial, hingga bagaimana teknologi modern dapat menyederhanakan pengelolaannya di tahun 2025.

    Key Takeaways

    • Merchandise inventory adalah semua barang jadi yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dijual kembali dalam kegiatan operasional normal.
    • Peran krusial merchandise inventory sangat penting untuk menentukan kesehatan finansial, profitabilitas, dan efisiensi operasional perusahaan.
    • Tiga metode utama untuk menilai persediaan barang dagang adalah First-In, First-Out (FIFO), Last-In, First-Out (LIFO), dan Weighted-Average Cost.
    • Sistem manajemen inventaris HashMicro dapat membantu mengotomatiskan valuasi, melacak stok secara real-time, dan menyediakan analisis untuk pengelolaan merchandise inventory yang lebih efisien.
    Klik di Sini untuk Demo Gratisnya!


    DemoGratis

    Daftar Isi:

      Daftar Isi

        Apa Itu Merchandise Inventory?

        Jawaban singkatnya, merchandise inventory adalah semua barang jadi yang dimiliki perusahaan dengan tujuan untuk dijual kembali dalam kegiatan operasional normal. Barang-barang ini sudah dalam bentuk akhir dan tidak memerlukan proses produksi lebih lanjut. Bisa dibilang, ini adalah aset paling likuid setelah kas yang dimiliki oleh perusahaan dagang.

        Dalam laporan keuangan, persediaan barang dagang ini diklasifikasikan sebagai aset lancar (current asset) di neraca. Sebagai contoh, di sebuah toko pakaian, semua baju, celana, dan aksesori yang dipajang di rak adalah bagian dari merchandise inventory. Nilainya baru akan berpindah dari neraca ke laporan laba rugi sebagai Harga Pokok Penjualan (HPP) setelah barang tersebut berhasil terjual kepada pelanggan.

        Mengapa Merchandise Inventory Penting bagi Bisnis?

        Peran krusial merchandise inventory sangat penting untuk menentukan kesehatan finansial, profitabilitas, dan efisiensi operasional perusahaan. Pengelolaan yang tepat bukan sekadar urusan mencatat stok, tetapi merupakan fondasi strategis yang memengaruhi seluruh ekosistem bisnis. Mari kita bedah lebih dalam mengapa aset ini begitu vital.

        1. Dasar Perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP)

        Salah satu fungsi utama dari valuasi merchandise inventory adalah untuk menentukan Harga Pokok Penjualan (HPP). HPP adalah total biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang yang terjual selama satu periode. Nilai persediaan akhir yang akurat akan memastikan perhitungan HPP juga akurat, yang pada akhirnya memengaruhi laba kotor perusahaan. Kesalahan kecil dalam valuasi inventaris dapat menyebabkan distorsi besar pada laporan laba rugi dan memberikan gambaran profitabilitas yang keliru.

        2. Indikator Kesehatan Arus Kas

        Persediaan barang dagang yang menumpuk di gudang sama artinya dengan modal yang ‘tertidur’. Semakin cepat perputaran inventaris (inventory turnover), semakin cepat pula modal tersebut kembali menjadi kas. Tingkat perputaran yang tinggi menandakan efisiensi penjualan dan manajemen stok yang baik, yang berdampak positif pada kesehatan arus kas. Sebaliknya, perputaran yang lambat bisa menjadi sinyal adanya masalah pada penjualan atau strategi pembelian yang kurang tepat.

        3. Fondasi Pengambilan Keputusan Strategis

        Data merchandise inventory yang akurat adalah tambang emas informasi untuk pengambilan keputusan. Manajer dapat menganalisis produk mana yang paling laris (fast-moving) dan mana yang kurang diminati (slow-moving). Informasi ini sangat berharga untuk merencanakan strategi pembelian di masa depan, menentukan kapan harus mengadakan promosi atau diskon untuk menghabiskan stok lama, serta menetapkan harga jual yang kompetitif namun tetap menguntungkan. Tanpa data ini, semua keputusan strategis hanya akan berdasarkan asumsi.

        4. Memastikan Kepuasan Pelanggan

        Tidak ada yang lebih mengecewakan bagi pelanggan selain mendapati produk yang mereka inginkan ternyata habis. Kondisi stockout ini tidak hanya menyebabkan kehilangan potensi penjualan pada saat itu, tetapi juga berisiko merusak loyalitas pelanggan dalam jangka panjang. Dengan manajemen inventaris yang baik, perusahaan dapat memastikan ketersediaan produk yang memadai, memenuhi permintaan pasar secara konsisten, dan membangun reputasi sebagai penyedia yang andal.

        3 Metode Utama Valuasi Merchandise Inventory

        3 Metode Utama Valuasi Merchandise InventoryTiga metode utama untuk menilai persediaan barang dagang adalah First-In, First-Out (FIFO), Last-In, First-Out (LIFO), dan Weighted-Average Cost. Memilih metode valuasi yang tepat sangat penting karena akan berdampak langsung pada nilai HPP, laba kotor, dan nilai persediaan akhir yang dilaporkan, sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku di Indonesia.

        1. Metode First-In, First-Out (FIFO)

        Metode FIFO mengasumsikan bahwa barang yang pertama kali dibeli adalah barang yang pertama kali dijual. Dengan kata lain, biaya perolehan dari stok tertua akan dibebankan ke HPP terlebih dahulu. Metode ini mencerminkan aliran fisik barang yang paling umum terjadi, terutama untuk produk yang memiliki masa kedaluwarsa seperti makanan atau obat-obatan. Dalam kondisi ekonomi yang mengalami inflasi (harga cenderung naik), FIFO akan menghasilkan HPP yang lebih rendah dan laba kotor yang lebih tinggi karena biaya yang diakui adalah biaya lama yang lebih murah.

        2. Metode Last-In, First-Out (LIFO)

        Berkebalikan dengan FIFO, metode LIFO mengasumsikan bahwa barang yang terakhir dibeli adalah yang pertama kali dijual. Artinya, biaya perolehan dari stok terbaru yang akan dibebankan ke HPP. Metode ini sering digunakan untuk tujuan perpajakan di beberapa negara (meskipun tidak diizinkan oleh IFRS) karena dalam kondisi inflasi, LIFO menghasilkan HPP yang lebih tinggi. HPP yang tinggi akan membuat laba yang dilaporkan lebih rendah, sehingga beban pajak penghasilan perusahaan juga menjadi lebih kecil. Namun, metode ini sering dikritik karena tidak mencerminkan aliran fisik barang yang sebenarnya.

        3. Metode Weighted-Average Cost (Biaya Rata-Rata Tertimbang)

        Metode ini mengambil jalan tengah dengan menghitung biaya rata-rata tertimbang dari semua unit yang tersedia untuk dijual selama satu periode. Biaya rata-rata ini kemudian digunakan untuk menentukan nilai HPP dan persediaan akhir. Caranya adalah dengan membagi total biaya barang yang tersedia untuk dijual dengan total unit yang tersedia. Keunggulan utama metode ini adalah kesederhanaannya dan kemampuannya untuk meratakan fluktuasi harga beli, sehingga cocok untuk bisnis yang menjual produk homogen dalam volume besar.

        4. Studi Kasus: Perbandingan FIFO, LIFO, dan Average

        Untuk memahami perbedaannya, mari kita lihat contoh perhitungan menggunakan satu set data yang sama.

        Transaksi Unit Harga/Unit Total Biaya
        Persediaan Awal 100 Rp10.000 Rp1.000.000
        Pembelian 1 150 Rp12.000 Rp1.800.000
        Pembelian 2 200 Rp13.000 Rp2.600.000
        Penjualan 300 unit

        Hasil Perhitungan:

        Metode Perhitungan HPP (300 unit) Nilai HPP Nilai Persediaan Akhir (150 unit)
        FIFO (100 x 10.000) + (150 x 12.000) + (50 x 13.000) Rp3.450.000 150 x 13.000 = Rp1.950.000
        LIFO (200 x 13.000) + (100 x 12.000) Rp3.800.000 (50 x 12.000) + (100 x 10.000) = Rp1.600.000
        Average Harga rata-rata: Rp5.4jt / 450 unit = Rp12.000/unit. HPP: 300 x 12.000 Rp3.600.000 150 x 12.000 = Rp1.800.000

        2 Sistem Pencatatan Merchandise Inventory: Perpetual vs Periodik

        Perusahaan dapat mencatat merchandise inventory menggunakan sistem perpetual yang melacak setiap transaksi secara real-time atau sistem periodik yang menghitung stok pada akhir periode. Pemilihan sistem ini bergantung pada skala bisnis, jenis produk, dan sumber daya yang dimiliki.

        1. Sistem Perpetual

        Sistem pencatatan perpetual melakukan pembaruan data persediaan secara terus-menerus setiap kali ada transaksi, baik itu pembelian, penjualan, maupun retur. Setiap transaksi langsung dicatat ke dalam akun persediaan dan HPP. Keunggulan utamanya adalah data stok yang selalu up-to-date, memungkinkan kontrol inventaris yang ketat dan visibilitas real-time. Namun, implementasi sistem ini biasanya memerlukan teknologi seperti barcode scanner dan software akuntansi yang terintegrasi, sehingga biayanya bisa lebih tinggi.

        2. Sistem Periodik

        Berbeda dengan perpetual, sistem periodik tidak mencatat perubahan inventaris pada setiap transaksi. Perusahaan hanya mencatat pembelian ke dalam akun ‘Pembelian’. Nilai persediaan akhir dan HPP baru diketahui setelah dilakukan perhitungan fisik atau stock opname pada akhir periode akuntansi (misalnya, bulanan atau tahunan). Sistem ini lebih sederhana dan lebih murah untuk diimplementasikan, sehingga sering digunakan oleh bisnis kecil. Namun, kelemahannya adalah data stok yang tidak akurat sepanjang periode dan risiko kehilangan barang yang lebih sulit terdeteksi.

        Tantangan Umum dalam Mengelola Merchandise Inventory

        Tantangan utama dalam mengelola persediaan barang dagang meliputi risiko overstocking, stockout, kerusakan barang, dan ketidakakuratan data. Mengabaikan tantangan-tantangan ini dapat menyebabkan kerugian finansial yang signifikan dan merusak reputasi bisnis.

        1. Overstocking (Kelebihan Persediaan)

        Overstocking terjadi ketika jumlah persediaan jauh melebihi permintaan pasar. Kondisi ini mengikat modal kerja perusahaan pada aset yang tidak produktif dan meningkatkan biaya penyimpanan, seperti sewa gudang, asuransi, dan utilitas. Selain itu, barang yang disimpan terlalu lama berisiko menjadi usang, ketinggalan zaman, atau rusak, yang pada akhirnya harus dijual dengan kerugian atau bahkan dihapusbukukan.

        2. Stockout (Kekurangan Persediaan)

        Stockout adalah mimpi buruk bagi setiap peritel. Ketika pelanggan datang untuk membeli produk tetapi stoknya kosong, perusahaan tidak hanya kehilangan penjualan pada saat itu, tetapi juga berisiko kehilangan pelanggan tersebut selamanya. Pengalaman buruk ini dapat mendorong pelanggan untuk beralih ke kompetitor. Mencegah stockout memerlukan peramalan permintaan yang akurat dan manajemen rantai pasok yang efisien.

        3. Kerusakan dan Keusangan Barang

        Risiko kerusakan fisik, pencurian, atau keusangan (obsolescence) selalu mengintai merchandise inventory. Produk elektronik bisa menjadi usang karena perkembangan teknologi, produk fesyen bisa ketinggalan tren, dan produk makanan bisa kedaluwarsa. Mengelola risiko ini memerlukan strategi rotasi stok yang baik (seperti menerapkan prinsip FIFO secara fisik) dan kondisi penyimpanan yang memadai untuk mencegah kerusakan.

        4. Ketidakakuratan Data Manual

        Ketika pencatatan inventaris masih dilakukan secara manual, potensi kesalahan manusia (human error) sangat tinggi. Kesalahan input data, salah hitung saat stock opname, atau dokumen yang hilang dapat menyebabkan ketidaksesuaian antara data di buku dan stok fisik di gudang. Data yang tidak akurat ini akan mengarah pada pengambilan keputusan yang keliru, seperti melakukan pembelian yang tidak perlu atau gagal memesan ulang produk yang hampir habis.

        Optimalisasi Merchandise Inventory dengan Software Inventory HashMicro

        Dasbor analitik dari Sistem Inventory HashMicro menyediakan wawasan mendalam tentang tren penjualan dan perputaran inventaris, memberdayakan manajer untuk membuat keputusan yang lebih cerdas dan proaktif.

        Dengan sistem terotomatisasi, perhitungan HPP menggunakan metode FIFO, LIFO, atau Average dapat dilakukan secara instan dan akurat setiap kali terjadi penjualan. Pelacakan stok secara real-time menghilangkan kebutuhan akan stock opname yang sering dan melelahkan, serta memberikan peringatan otomatis ketika stok menipis.

        Berikut adalah fitur – fitur unggulan dari software inventory HashMicro:

        • Stock Optimizer: Membantu memastikan stok barang dagangan selalu berada pada level optimal, sehingga mengurangi biaya penyimpanan dan memaksimalkan perputaran barang.
        • Reordering Rules: Menetapkan aturan pemesanan ulang otomatis berdasarkan level minimum stok untuk mencegah kehabisan barang populer.
        • Stock Replenishment: Memudahkan proses pengisian kembali stok dari pemasok atau gudang pusat agar distribusi barang dagangan tetap lancar.
        • Product Forecast: Menggunakan data historis penjualan untuk memprediksi kebutuhan stok di masa depan sehingga pengadaan barang menjadi lebih tepat.
        • Product Moves Report: Menyediakan laporan rinci tentang pergerakan barang di setiap lokasi gudang untuk meningkatkan visibilitas dan akurasi pencatatan stok.

        download skema harga software erp
        download skema harga software erp

        Kesimpulan

        Merchandise inventory memegang peran penting dalam menjaga kelancaran operasional dan profitabilitas bisnis ritel maupun distribusi di Indonesia. Pengelolaan persediaan barang yang tepat membantu perusahaan memastikan stok selalu tersedia sesuai permintaan pasar serta mengurangi biaya penyimpanan yang tidak perlu.

        Software inventory HashMicro merupakan sistem yang modern dan terintegrasi, sehingga memudahkan perusahaan untuk memantau pergerakan stok secara real-time, menyusun laporan yang akurat, dan mengambil keputusan bisnis dengan lebih cepat dan tepat.

        Dapatkan efisiensi maksimal dan kontrol stok yang lebih baik dengan mencoba demo gratis HashMicro sekarang!

        InventoryManagement

        FAQ Merchandise Inventory

        Apa perbedaan antara merchandise inventory dan raw materials?
        Merchandise inventory adalah barang jadi yang siap dijual, sedangkan raw materials (bahan baku) adalah komponen yang akan digunakan dalam proses produksi untuk membuat barang jadi.
        Metode valuasi persediaan mana yang paling baik untuk bisnis saya?
        Pilihan tergantung jenis produk dan kondisi ekonomi. FIFO cocok untuk produk dengan masa kedaluwarsa. Metode Average menyederhanakan pencatatan dan cocok untuk barang yang sulit dilacak satu per satu. LIFO sendiri sudah tidak diizinkan oleh standar akuntansi internasional.
        Seberapa sering perusahaan harus melakukan stock opname?
        Frekuensinya bervariasi. Perusahaan yang menggunakan sistem periodik wajib melakukannya di akhir periode. Pengguna sistem perpetual tetap perlu melakukan stock opname (misalnya, per kuartal atau tahunan) untuk verifikasi dan mengidentifikasi selisih stok.
        Mengapa metode LIFO tidak diizinkan di beberapa negara?
        LIFO tidak diizinkan oleh Standar Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS) karena dianggap dapat mendistorsi laba dan tidak mencerminkan aliran fisik barang yang sebenarnya, terutama pada bisnis modern. Ini bisa digunakan untuk memanipulasi laporan laba.
        Bagaimana merchandise inventory ditampilkan dalam laporan keuangan?
        Merchandise inventory dilaporkan sebagai bagian dari 'Aset Lancar' (Current Assets) pada laporan neraca (balance sheet). Nilainya akan berubah menjadi Harga Pokok Penjualan (HPP) pada laporan laba rugi (income statement) ketika barang tersebut terjual.
        Jessica Wijaya

        Senior Content Writer

        Saya telah menjadi seorang spesialis untuk penulisan artikel dalam bidang inventory dan warehouse dan sudah berpengalaman selama kurang lebih 5 tahun. Artikel yang saya tulis berfokus pada manajemen stok dan persediaan, perencanaan kebutuhan, multi-warehouse management, dan integrasi sistem digital untuk pengelolaan barang, sehingga bisa menjadi solusi terbaik yang menjawab permasalahan operasional para pelaku bisnis.

        Anandia Denisha, MBA

        Regional Manager

        Expert Reviewer

        Saya adalah seorang profesional dengan pengalaman lebih dari 5 tahun dalam bidang Marketing. Saat ini saya memegang jabatan sebagai Regional Manager untuk Marketing Teams di HashMicro. Saya telah meraih gelar Master of Business Administration dari Universitas Bina Nusantara.



        HashMicro berpegang pada standar editorial yang ketat dan menggunakan sumber utama seperti regulasi pemerintah, pedoman industri, serta publikasi terpercaya untuk memastikan konten yang akurat dan relevan. Pelajari lebih lanjut tentang cara kami menjaga ketepatan, kelengkapan, dan objektivitas konten dengan membaca Panduan Editorial kami.


        TINGGALKAN KOMENTAR

        Silakan masukkan komentar anda!
        Silakan masukkan nama Anda di sini

        Inventory

        Solusi nyata sederhanakan kompleksitas bisnis

        Solusi nyata sederhanakan kompleksitas bisnis

        Dipercaya oleh 2,000+ klien

        Rasakan Keajaibannya Sendiri

        Saya Mau Coba Dulu!