Invoice fraud adalah salah satu bentuk penipuan keuangan yang paling sering terjadi tanpa disadari oleh perusahaan. Banyak bisnis kehilangan ratusan juta hingga miliaran rupiah hanya karena membayar tagihan yang seolah sah, padahal palsu.
Penipuan semacam ini tidak selalu berawal dari skema besar. Justru sering dimulai dari invoice kecil yang tidak dicek ulang. Nominalnya terlihat wajar, pengirimnya familiar, dan sistem manual tidak menganggapnya sebagai ancaman.
Jika tim keuangan Anda masih mengandalkan proses manual tanpa sistem yang terintegrasi, maka peluang invoice palsu lolos akan selalu terbuka. Artikel ini akan membahas penyebab, jenis, hingga cara mencegah invoice fraud agar bisnis tetap aman.
Key Takeaways
|

Daftar Isi:
Apa itu Invoice Fraud?
Invoice fraud merupakan bentuk penipuan yang dilakukan dengan mengirimkan tagihan palsu kepada sebuah perusahaan. Modusnya bisa berupa pembuatan invoice fiktif agar dana dialihkan ke rekening pribadi pelaku.
Dalam beberapa kasus, pelaku juga memanipulasi detail pembayaran, sehingga nominal yang dibayarkan tidak sesuai pesanan dan justru masuk ke rekening yang tidak semestinya. Jenis penipuan ini sering terjadi karena kelemahan dalam sistem pembayaran invoice dan tingginya tingkat kepercayaan terhadap karyawan.
Skema penipuannya pun beragam, dari yang paling sederhana seperti mengubah angka pada invoice yang sah, hingga yang rumit seperti menciptakan pemasok dan invoice palsu secara menyeluruh.
Apa Penyebab Timbulnya Invoice Fraud?
Invoice fraud sering kali terjadi akibat kombinasi beberapa faktor internal dan eksternal. Berikut adalah tiga penyebab utama yang perlu diwaspadai oleh perusahaan:
1. Rendahnya Kesadaran Akan Risiko
Banyak organisasi belum memahami dampak finansial serius dari penipuan invoice. Sekitar 25% profesional keuangan bahkan tidak bisa mengukur kerugian yang disebabkan oleh fraud jenis ini.
Minimnya kesadaran membuat perusahaan cenderung mengabaikan penguatan kontrol internal, sehingga peluang penipuan semakin besar.
2. Meningkatnya Ancaman Digital
Seiring berkembangnya teknologi pembayaran, metode penipuan juga makin canggih. Beberapa modus umum antara lain:
- Vendor Fiktif: Pelaku mengirim invoice kecil atas nama pemasok palsu. Tanpa proses verifikasi yang ketat, nilai totalnya bisa membengkak dari waktu ke waktu.
- Invoice Impersonation: Penipu meniru invoice asli namun mengubah informasi penting seperti rekening tujuan, yang sulit terdeteksi tanpa sistem yang memadai.
- Pemalsuan Cek Tradisional: Meski semakin jarang, cek masih digunakan. Penipu dapat memanipulasi informasi penerima pada cek fisik untuk mengalihkan dana.
3. Kurangnya Proses Verifikasi
Volume transaksi yang tinggi sering membuat perusahaan melewatkan verifikasi detail penting, terutama untuk nominal kecil. Tanpa mencocokkan tiga dokumen utama (invoice, purchase order (PO), dan goods received note (GRN)), penipuan berulang bisa terjadi dengan mudah.
Jenis-jenis Invoice Fraud
Berikut adalah jenis-jenis invoice fraud yang kerap ditemui di keseharian masyarakat:
1. Bill Padding (Penambahan Biaya Fiktif)
Vendor menaikkan harga, menambahkan biaya yang tidak disetujui, atau mencantumkan item fiktif dalam invoice. Sering diklaim sebagai “kesalahan,” sehingga sulit dideteksi tanpa pengecekan terhadap PO atau kontrak.
2. Duplicate Invoices (Invoice Duplikat)
Vendor mengirimkan invoice yang sama lebih dari sekali agar dibayar dua kali. Umum terjadi saat volume transaksi tinggi dan tidak ada sistem pengecekan pembayaran ganda.
3. Fake Orders (Pesanan Palsu)
Penipu mengajukan invoice untuk barang atau jasa yang tidak pernah dipesan atau diterima. Biasanya memanfaatkan informasi internal atau meniru proses pemesanan resmi.
4. Internal Fraud (Penipuan Internal)
Karyawan terlibat langsung dalam penipuan, misalnya dengan membuat vendor fiktif atau bekerja sama dengan pihak luar. Lebih sulit dideteksi karena dilakukan oleh orang dalam yang memiliki akses sistem.
5. Misdirection (Pengalihan Pembayaran)
Penipu mengganti detail rekening dalam invoice agar pembayaran masuk ke akun pribadi Sering melibatkan peretasan email atau social engineering dan dapat terjadi tanpa disadari.
Contoh Kasus Invoice Fraud
Berikut adalah contoh nyata kasus invoice fraud yang terjadi di sekitar kita. Selain dua kasus di bawah, sebetulnya penipuan faktur sering terjadi. Hanya saja tidak diberitakan, atau pelakunya tidak terdeteksi. Mari simak contoh kasus berikut:
Kasus 1: Perusahaan Komoditas – Penipuan Lewat Email Palsu
Pada Juli 2024, sebuah perusahaan komoditas besar di Singapura menjadi korban penipuan skema Business Email Compromise (BEC). Penipu berpura-pura sebagai mitra bisnis resmi dan mengirimkan email yang tampak sah, lengkap dengan invoice palsu.
Email tersebut memuat instruksi pembayaran ke rekening yang dikendalikan oleh pelaku. Tanpa curiga, staf keuangan perusahaan mentransfer dana dalam jumlah besar.
Untungnya, perusahaan segera menyadari kejanggalan dan melapor ke pihak berwenang. Dengan bantuan INTERPOL, sebagian besar dana berhasil dibekukan sebelum sampai ke tangan pelaku.
Kasus 2: Tay Kim Yong – Invoice Sayur Fiktif Senilai S$2,6 Juta
Pada 2019, Tay Kim Yong, direktur sebuah perusahaan hortikultura di Singapura, melakukan penipuan invoice besar-besaran terhadap tiga bank lokal.
Ia mengajukan invoice palsu atas pembelian sayuran yang tidak pernah dilakukan, dan berhasil mendapatkan dana senilai S$2,6 juta dari pinjaman berbasis invoice tersebut.
Selama beberapa bulan, ia memalsukan dokumen pengiriman dan faktur untuk memperkuat klaimnya. Kasus ini terbongkar setelah audit internal menemukan ketidaksesuaian data, dan Tay akhirnya dijatuhi hukuman penjara.
Bagaimana Cara Melindungi Perusahaan dari Invoice Fraud?
Invoice fraud dapat menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan, namun ada beberapa langkah preventif yang bisa diterapkan untuk menguranginya:
1. Lakukan Rekonsiliasi Setiap Invoice yang Masuk
Sebelum melakukan pembayaran, penting untuk mencocokkan invoice dengan dokumen pendukung seperti purchase order (PO), kontrak, nota pengiriman, atau bukti penerimaan barang. Terdapat beberapa metode rekonsiliasi yang dapat digunakan:
- Two-way matching: Memeriksa kesesuaian antara invoice dan purchase order.
- Three-way matching: Menambahkan verifikasi dengan dokumen penerimaan barang (goods receipt).
- Four-way matching: Menambahkan konfirmasi pembayaran sebagai elemen keempat.
2. Periksa Rincian Invoice dan Validasi Informasi Supplier
Setiap invoice harus dicek secara menyeluruh, mencakup elemen berikut:
- Nomor dan tanggal invoice
- Identitas pengirim dan penerima
- Deskripsi produk atau layanan
- Jumlah dan harga
- Metode serta informasi rekening pembayaran
- Biaya tambahan atau potongan (jika ada)
Selain itu, pastikan informasi vendor seperti nama perusahaan, alamat, dan nomor kontak sesuai dengan database internal. Ini penting untuk menghindari pengiriman dana ke pihak yang tidak sah.
3. Tetapkan Prosedur Pembayaran yang Jelas
Buat kebijakan internal terkait proses pembayaran invoice. Contohnya, tetapkan tenggat waktu pembayaran, seperti 30 hari sejak tanggal invoice diterbitkan.
Terapkan juga prosedur otorisasi, di mana setiap invoice harus melalui proses persetujuan terlebih dahulu. Misalnya, faktur harus ditinjau dan disetujui oleh manajer keuangan sebelum diproses untuk pembayaran.
4. Gunakan Platform Invoicing Terintegrasi
Menggunakan platform invoicing digital adalah salah satu cara paling efektif untuk menghindari penipuan. Sistem ini dapat:
- Membuat invoice profesional menggunakan template standar yang sudah disesuaikan dengan kebutuhan bisnis.
- Mengirim dan menerima invoice secara langsung dari satu dashboard, tanpa perlu proses manual yang rawan kesalahan.
- Melacak status pembayaran secara real-time, termasuk invoice yang sudah dibayar, jatuh tempo, atau belum dibuka oleh klien.
Lebih lanjut, platform invoicing modern biasanya sudah terhubung dengan payment gateway terpercaya seperti transfer bank otomatis, virtual account, kartu kredit, e-wallet, marketplace, hingga QRIS.
Beberapa sistem invoicing modern juga sudah dilengkapi dengan teknologi OCR (Optical Character Recognition) untuk membaca dan mengekstrak data dari invoice secara otomatis.
Integrasi ini meminimalkan risiko kesalahan transfer atau pengalihan dana ke rekening yang tidak sah, sehingga kemungkinan invoice palsu atau penipuan bisa ditekan secara signifikan.
Kelola Invoice Lebih Aman dengan Software Akuntansi HashMicro
Invoice palsu sering lolos begitu saja ketika bisnis masih mengandalkan proses manual atau sistem yang tidak saling terhubung. Inilah alasan mengapa semakin banyak perusahaan mulai beralih ke solusi akuntansi otomatis.
Dengan Software Akuntansi HashMicro, setiap invoice akan secara otomatis dicocokkan dengan purchase order, tanda terima barang, dan histori pembayaran. Sistem akan langsung memberi notifikasi jika ada ketidaksesuaian, sehingga risiko invoice ganda atau palsu bisa dicegah sejak awal.
Selain itu, HashMicro juga terintegrasi dengan payment gateway yang aman serta database vendor yang tervalidasi, sehingga dana hanya dikirim ke pihak yang sah. Dengan HashMicro, Anda bisa melakukan:
- Pelacakan invoice secara real-time
- Fitur three-way & four-way matching
- Proses persetujuan yang bisa disesuaikan
- Audit trail lengkap untuk setiap transaksi
HashMicro juga dilengkapi fitur-fitur berikut:
- Payment Voucher to Multiple Bills with Approval Matrix: Membuat setiap pembayaran harus melalui jalur persetujuan yang bisa disesuaikan, sehingga tidak ada invoice yang diproses tanpa otoritas yang sah.
- Easy Bank Statement Reconciliation with Auto Matching: Secara otomatis mencocokkan transaksi bank dengan jurnal internal, lengkap dengan penanda jika ada perbedaan atau transaksi tak terduga.
- Invoicing, Billing, Credit Note & Debit Note Management: Mengelola seluruh proses penagihan dalam satu sistem terpusat dengan riwayat lengkap untuk setiap perubahan dan dokumen.
- Online Payment & E-Invoice Integration: Menghubungkan invoice langsung ke kanal pembayaran resmi, hanya ke rekening vendor terverifikasi.
- Petty Cash & Expense Voucher Management with Approval: Mencatat setiap pengeluaran kas kecil lewat voucher yang wajib disetujui secara sistematis dan terdokumentasi.
- Auto Customer Statement Follow-Up via Email & WhatsApp: Mengirim ringkasan tagihan otomatis ke pelanggan, lengkap dengan detail invoice dan status pembayaran secara real-time.
Kesimpulan
Invoice fraud adalah ancaman nyata yang bisa merugikan bisnis secara finansial dan reputasi dalam jangka panjang. Penipuan ini sering terjadi akibat kelalaian verifikasi dan sistem keuangan manual yang rentan disusupi.
Dengan Software Akuntansi HashMicro, setiap invoice akan diverifikasi otomatis, dicek ulang dengan PO, GR, dan histori pembayaran. Anda tak perlu lagi khawatir dengan invoice ganda, vendor fiktif, atau pembayaran yang salah arah.
Tak hanya itu, HashMicro juga menghadirkan fitur approval, rekonsiliasi, dan e-invoice yang terintegrasi penuh. Semua proses keuangan jadi transparan, terdokumentasi, dan bebas dari celah penipuan yang mengintai diam-diam.
Jika Anda tertarik, daftarkan diri untuk demo gratisnya sekarang!

Pertanyaan Seputar Invoice Fraud
-
Bagaimana cara membuktikan invoice fraud?
Mengumpulkan bukti seperti invoice palsu, komunikasi terkait, dan perbedaan antara PO, receipt, serta jurnal pembayaran. Audit internal bisa menyoroti inkonsistensi dokumen atau penggunaan vendor yang tidak pernah disetujui secara resmi.
-
Apa saja tanda atau red flags invoice fraud?
Ciri mencolok meliputi perubahan mendadak bank vendor, invoice tanpa nomor atau informasi lengkap, serta vendor asing yang tidak dikenal. Salah satu sinyal lain adalah invoice dengan termin pembayaran mendesak yang tidak sesuai kebijakan perusahaan.
-
Langkah apa yang harus dilakukan jika menjadi korban invoice fraud?
Segera hentikan pembayaran, kumpulkan bukti, hubungi bank serta pihak berwenang untuk mengajukan laporan dan proses refund jika memungkinkan. Dalam beberapa kasus, pelaporan cepat ke bank bisa menghentikan transfer yang masih tertahan di sistem kliring.
-
Apa konsekuensi hukum dari invoice fraud?
Korban dan pelaku bisa menghadapi tuntutan hukum, penalti denda, hingga hukuman penjara tergantung skala dan niatan fraud. Di Indonesia, tindakan ini dapat dijerat Pasal 378 KUHP tentang penipuan atau bahkan UU Tindak Pidana Pencucian Uang (TPPU).