Inventory to sales ratio sering kali menjadi sumber tantangan ketika persediaan tidak sejalan dengan tingkat penjualan. Ketidakseimbangan ini dapat membuat bisnis kehilangan peluang atau terjebak dalam biaya penyimpanan yang tinggi.
Masalah tersebut berdampak langsung pada arus kas dan kepuasan pelanggan, terutama jika stok sulit dikendalikan. Di sinilah software inventaris membantu memberikan data real-time agar keputusan pembelian dan pengisian ulang lebih akurat.
Simak penjelasan mengenai inventory to sales ratio dan cara mengoptimalkannya. Pelajari bagaimana Anda bisa mengelola stok dengan lebih cerdas dan strategis!
Daftar Isi:
Key Takeaways
|
Apa Sebenarnya Inventory to Sales Ratio Itu?
Rasio persediaan terhadap penjualan adalah metrik keuangan yang mengukur jumlah inventaris dibandingkan total penjualan yang dicapai. Sederhananya, rasio ini memberitahu Anda berapa bulan persediaan yang tersedia untuk menutupi penjualan di masa depan. Metrik ini berfungsi sebagai barometer kesehatan manajemen inventaris dan efisiensi operasional bisnis Anda.
Angka rasio yang tinggi mengindikasikan kemungkinan overstocking, yang berisiko meningkatkan biaya penyimpanan dan kerugian. Sebaliknya, angka yang terlalu rendah dapat menjadi pertanda risiko stockout, yang berujung pada hilangnya peluang penjualan. Oleh karena itu, rasio ini bukan sekadar angka, melainkan sebuah indikator strategis yang krusial.
Mengapa Inventory to Sales Ratio Penting bagi Bisnis Anda?
Memantau inventory to sales ratio secara rutin merupakan aktivitas strategis yang berdampak langsung pada profitabilitas bisnis. Metrik ini memberikan wawasan mendalam tentang hubungan dinamis antara aset di gudang dengan kinerja penjualan di pasar. Dengan visibilitas ini, perusahaan dapat bergerak lebih proaktif dalam mengelola salah satu aset terbesarnya.
Berdasarkan pengalaman saya, banyak bisnis yang baru menyadari pentingnya rasio ini setelah mengalami masalah arus kas yang serius. Padahal, pemantauan cermat sejak awal dapat mencegah masalah tersebut dan membuka peluang optimasi yang signifikan. Berikut adalah beberapa alasan utama mengapa para pemimpin bisnis perlu memprioritaskan metrik penting ini.
1. Mengoptimalkan arus kas (cash flow)
Arus kas adalah fondasi utama dari operasional bisnis yang sehat, dan rasio ini memiliki dampak langsung terhadapnya. Ketika rasio ini tinggi, artinya modal kerja perusahaan terperangkap dalam bentuk inventaris yang tidak bergerak. Hal ini tentu akan mengurangi likuiditas untuk berbagai kebutuhan operasional dan investasi pertumbuhan bisnis.
Dengan menjaga rasio pada tingkat yang optimal, perusahaan memastikan bahwa uang terus berputar untuk menghasilkan pendapatan. Ini bukan hanya tentang menyimpan barang di rak gudang, tetapi tentang menjaga keberlanjutan finansial jangka panjang. Oleh karena itu, optimalisasi rasio ini adalah langkah strategis untuk kesehatan keuangan perusahaan.
2. Mengurangi biaya penyimpanan (holding costs)
Biaya penyimpanan seringkali menjadi beban finansial tersembunyi yang menggerus margin keuntungan secara perlahan. Biaya ini mencakup sewa gudang, asuransi, utilitas, hingga potensi kerusakan atau kehilangan barang. Semakin tinggi rasio persediaan Anda, semakin besar pula biaya penyimpanan yang harus ditanggung setiap bulannya.
Mengoptimalkan rasio berarti Anda hanya menyimpan stok yang benar-benar dibutuhkan. Hal ini secara signifikan mengurangi biaya-biaya terkait dan meningkatkan efisiensi operasional secara keseluruhan. Pada akhirnya, pengurangan biaya ini akan berdampak langsung pada peningkatan laba bersih perusahaan.
3. Mencegah kerugian akibat stok usang (obsolescence)
Dalam industri yang bergerak cepat seperti mode atau elektronik, produk memiliki siklus hidup yang terbatas. Rasio persediaan yang tinggi meningkatkan risiko bahwa sebagian stok akan kehilangan nilainya sebelum sempat terjual. Hal ini dapat memaksa perusahaan melakukan obral besar-besaran atau bahkan menghapus nilai buku aset tersebut.
Dengan memantau rasio ini, Anda dapat mengidentifikasi produk yang bergerak lambat (slow-moving items) lebih dini. Tindakan preventif seperti ini sangat penting untuk mencegah kerugian finansial yang signifikan. Manajemen proaktif adalah kunci untuk menghindari tumpukan barang usang di gudang Anda.
4. Meningkatkan kepuasan pelanggan
Meskipun rasio tinggi menandakan masalah, rasio yang terlalu rendah juga sangat berbahaya karena mengindikasikan risiko kehabisan stok. Ketika pelanggan tidak dapat menemukan produk yang mereka inginkan, mereka akan beralih ke kompetitor. Hal ini tidak hanya menghilangkan penjualan saat itu tetapi juga merusak loyalitas jangka panjang.
Menjaga rasio pada tingkat yang seimbang memastikan ketersediaan produk yang memadai untuk memenuhi permintaan. Ini adalah cara efektif untuk menjaga kepuasan pelanggan tanpa harus menimbun stok berlebihan. Keseimbangan ini adalah inti dari layanan pelanggan yang unggul dan berkelanjutan.
5. Fondasi pengambilan keputusan strategis
Inventory to sales ratio menyediakan data objektif yang sangat berharga untuk pengambilan keputusan di berbagai level. Data ini membantu dalam merencanakan volume pembelian yang lebih akurat hingga merancang strategi pemasaran yang tepat sasaran. Tanpa metrik ini, keputusan bisnis seringkali hanya didasarkan pada intuisi yang berisiko tinggi.
Penggunaan data rasio ini memungkinkan tim pengadaan, pemasaran, dan manajemen puncak untuk berkolaborasi secara lebih efektif. Keputusan yang didasarkan pada data yang solid akan selalu lebih andal. Hal ini sangat penting dalam lingkungan bisnis yang semakin kompetitif dan tidak menentu.
Rumus dan Cara Menghitung Inventory to Sales Ratio
Menghitung inventory to sales ratio pada dasarnya cukup sederhana, namun akurasi data adalah kuncinya. Metrik ini membandingkan nilai total inventaris Anda pada akhir periode dengan total penjualan selama periode yang sama. Dengan data yang akurat, Anda bisa mendapatkan potret kinerja bisnis yang jelas.
Perhitungan yang konsisten sangat penting untuk analisis tren yang andal, jadi pastikan Anda selalu menggunakan periode waktu yang sama. Dengan pemahaman yang jelas tentang komponennya, Anda dapat mengubah data mentah menjadi wawasan strategis. Mari kita bedah rumusnya secara detail untuk implementasi yang lebih baik.
1. Rumus inventory to sales ratio
Rumus dasar untuk menghitung rasio persediaan terhadap penjualan sangat lugas dan mudah dipahami. Anda hanya perlu membagi nilai total inventaris pada akhir periode dengan nilai total penjualan bersih selama periode yang sama. Formula matematisnya adalah: Inventory to Sales Ratio = Nilai Inventaris Akhir / Nilai Penjualan Bersih.
Hasil dari perhitungan ini menunjukkan berapa banyak persediaan yang Anda miliki untuk setiap unit penjualan. Jika dikonversi, angka ini juga dapat memberitahu berapa lama stok Anda akan bertahan. Pemahaman ini sangat fundamental untuk perencanaan inventaris di masa depan.
2. Langkah 1: Tentukan nilai inventaris rata-rata
Langkah pertama adalah menentukan nilai total dari seluruh persediaan yang Anda miliki di akhir periode analisis. Nilai ini harus mencakup semua barang siap jual, bahan baku, dan barang dalam proses. Perhitungan harus didasarkan pada biaya perolehan, bukan harga jual produk.
Untuk akurasi tertinggi, pastikan data inventaris Anda mutakhir dan mencerminkan jumlah fisik yang sebenarnya. Proses verifikasi melalui stock opname atau dengan bantuan software inventory yang andal sangat direkomendasikan. Data yang tidak akurat akan menghasilkan analisis yang menyesatkan.
3. Langkah 2: Tentukan nilai penjualan bersih
Selanjutnya, Anda perlu mengumpulkan data total penjualan bersih (net sales) untuk periode yang sama. Penjualan bersih dihitung dengan mengambil pendapatan kotor dari penjualan lalu dikurangi retur, diskon, atau potongan lainnya. Ini memberikan gambaran pendapatan aktual yang lebih akurat.
Menggunakan angka penjualan bersih sangat penting karena membuat rasio yang dihitung menjadi lebih relevan dan andal. Angka penjualan kotor dapat memberikan gambaran yang terlalu optimis. Oleh karena itu, keakuratan data penjualan bersih adalah prasyarat untuk analisis yang valid.
4. Langkah 3: Hitung rasionya
Setelah Anda memiliki kedua angka tersebut, langkah terakhir adalah membaginya sesuai dengan rumus. Sebagai contoh, jika nilai inventaris akhir Anda adalah Rp500.000.000 dan penjualan bersih bulan itu adalah Rp200.000.000. Maka, rasionya adalah 2,5 (Rp500.000.000 / Rp200.000.000).
Angka 2,5 ini berarti Anda memiliki persediaan yang cukup untuk menutupi penjualan selama 2,5 bulan ke depan. Interpretasi ini sangat penting untuk perencanaan pembelian dan produksi selanjutnya. Ini membantu Anda menghindari penumpukan stok yang tidak perlu.
5. Contoh perhitungan praktis
Mari kita ambil contoh sebuah toko ritel pakaian pada akhir bulan Maret 2025. Nilai total persediaan di gudang adalah Rp800.000.000, sementara penjualan kotor tercatat sebesar Rp420.000.000. Terdapat retur penjualan senilai Rp20.000.000, sehingga penjualan bersih menjadi Rp400.000.000.
Menggunakan rumus, inventory to sales ratio untuk bulan Maret adalah Rp800.000.000 / Rp400.000.000, yang menghasilkan angka 2,0. Ini berarti, toko tersebut memiliki stok yang cukup untuk dua bulan penjualan mendatang. Data ini memberikan dasar yang kuat untuk perencanaan pembelian di bulan April dan Mei.
Berapa Angka Inventory to Sales Ratio yang Ideal?
Menentukan angka rasio yang ideal tidaklah sesederhana menyebutkan satu angka tunggal. Rasio yang “baik” sangat bervariasi tergantung pada sifat industri, model bisnis, dan bahkan musim. Apa yang dianggap sehat untuk dealer mobil bisa menjadi bencana bagi toko kelontong.
Penting untuk diingat bahwa rasio ideal juga dapat berfluktuasi secara dinamis. Perusahaan ritel, misalnya, mungkin sengaja meningkatkan rasionya menjelang musim liburan untuk antisipasi. Kuncinya adalah memahami konteks industri Anda dan membandingkannya dengan tolok ukur yang relevan.
1. Industri retail
Untuk industri ritel, terutama yang menjual barang cepat habis, rasio yang lebih rendah umumnya lebih disukai. Angka ideal seringkali berada di kisaran 1,5 hingga 2,5 untuk menjaga kelincahan. Perputaran produk yang cepat menuntut tingkat persediaan yang ramping untuk mengurangi biaya penyimpanan.
Namun, untuk ritel barang mewah atau perabotan, rasio yang sedikit lebih tinggi dapat diterima. Siklus penjualan yang lebih panjang dan nilai barang yang lebih tinggi membenarkan periode penyimpanan yang lebih lama. Konteks sub-sektor dalam ritel sangat menentukan angka idealnya.
2. Industri otomotif
Industri otomotif cenderung memiliki inventory to sales ratio yang lebih tinggi, kadang-kadang mencapai 2,0 hingga 3,0. Hal ini disebabkan oleh nilai barang yang sangat tinggi dan variasi model yang luas. Waktu tunggu pemesanan dari pabrik yang lebih lama juga menjadi faktor penentu.
Dealer perlu memiliki stok yang cukup untuk menawarkan berbagai pilihan kepada pelanggan. Karena margin keuntungan per unitnya besar, mereka dapat menoleransi periode penyimpanan yang lebih lama. Data dari U.S. Census Bureau sering menunjukkan tren ini secara konsisten di sektor otomotif.
3. Industri makanan dan minuman (F&B)
Dalam industri F&B, terutama restoran dan kafe, rasio persediaan yang sangat rendah adalah sebuah keharusan. Rasio yang ideal seringkali dihitung dalam hitungan hari, bukan bulan. Ini penting untuk memastikan kesegaran bahan baku dan meminimalkan pemborosan.
Keterlambatan dalam perputaran persediaan di sektor ini dapat secara langsung menyebabkan kerugian finansial. Bahan baku yang terbuang berarti modal yang hilang. Oleh karena itu, manajemen inventaris yang ketat dan efisien adalah kunci sukses di industri ini.
4. Faktor lain yang memengaruhi rasio ideal
Selain jenis industri, efisiensi rantai pasok dan keandalan pemasok juga berperan penting. Perusahaan dengan pemasok yang andal dan waktu pengiriman singkat dapat beroperasi dengan rasio yang lebih rendah. Ini mengurangi kebutuhan untuk menyimpan persediaan penyangga (buffer stock) dalam jumlah besar.
Sebaliknya, jika rantai pasok tidak menentu, memiliki buffer stock yang lebih besar mungkin merupakan strategi yang bijaksana. Hal ini berarti rasio akan sedikit lebih tinggi, tetapi memberikan perlindungan terhadap risiko kehabisan stok. Akurasi peramalan permintaan juga menjadi faktor krusial dalam menentukan keseimbangan ini.
Strategi Efektif untuk Mengoptimalkan Inventory to Sales Ratio
Mengoptimalkan inventory to sales ratio adalah proses berkelanjutan yang melibatkan peningkatan penjualan atau pengelolaan persediaan yang lebih efisien. Keseimbangan antara keduanya adalah kunci untuk mencapai rasio yang sehat dan berkelanjutan. Menerapkan strategi yang tepat akan meningkatkan kesehatan finansial dan operasional perusahaan secara keseluruhan.
Kombinasi dari beberapa strategi seringkali memberikan hasil terbaik, membantu perusahaan menjadi lebih gesit dan responsif. Ingatlah bahwa optimasi bukanlah tujuan akhir, melainkan sebuah siklus perbaikan berkelanjutan. Berikut adalah beberapa strategi praktis yang telah terbukti efektif di berbagai industri.
1. Implementasikan metode just-in-time (JIT)
Metode JIT berfokus pada pemesanan inventaris hanya saat dibutuhkan, yang secara drastis mengurangi jumlah stok di gudang. Meskipun memerlukan koordinasi yang erat dengan pemasok, keberhasilan implementasi JIT dapat menurunkan rasio persediaan secara signifikan. Ini membuat operasional bisnis menjadi jauh lebih ramping.
Strategi ini sangat efektif untuk membebaskan modal kerja dan mengurangi biaya penyimpanan. Namun, JIT juga membawa risiko jika terjadi gangguan pada rantai pasok. Oleh karena itu, hubungan yang kuat dan transparan dengan pemasok adalah prasyarat mutlak untuk keberhasilannya.
2. Manfaatkan demand forecasting
Peramalan permintaan yang akurat adalah tulang punggung dari manajemen inventaris yang efektif. Dengan menganalisis data penjualan historis, tren pasar, dan faktor musiman, Anda dapat memprediksi permintaan dengan lebih baik. Ini memungkinkan Anda memesan jumlah stok yang tepat pada waktu yang tepat.
Penggunaan perangkat lunak modern yang didukung kecerdasan buatan (AI) dapat meningkatkan akurasi peramalan secara signifikan. Ini membantu Anda menghindari tebakan yang berisiko dan membuat keputusan pembelian yang lebih cerdas. Investasi pada teknologi peramalan seringkali memberikan pengembalian yang tinggi.
3. Jalankan promosi dan diskon strategis
Jika Anda mengidentifikasi adanya kelebihan stok, menjalankan promosi yang ditargetkan dapat menjadi cara efektif untuk merangsang penjualan. Strategi seperti bundling produk atau flash sale dapat membantu menghabiskan stok berlebih sebelum menjadi usang. Pendekatan ini memperbaiki rasio sekaligus meningkatkan arus kas jangka pendek.
Namun, penting untuk merencanakan promosi secara strategis agar tidak merusak citra merek atau margin keuntungan. Analisis data yang cermat diperlukan untuk menentukan diskon yang tepat. Tujuannya adalah mengosongkan gudang dari barang yang lambat bergerak tanpa mengorbankan profitabilitas secara berlebihan.
4. Tingkatkan efisiensi rantai pasok
Bekerja sama dengan pemasok untuk mempersingkat waktu tunggu pengiriman (lead time) dapat memberikan dampak besar. Rantai pasok yang lebih efisien memungkinkan Anda beroperasi dengan tingkat persediaan pengaman yang lebih rendah. Hal ini secara langsung akan menurunkan rasio persediaan Anda.
Negosiasikan jadwal pengiriman yang lebih fleksibel atau cari pemasok lokal untuk mengurangi ketidakpastian. Diversifikasi pemasok adalah strategi kunci untuk membangun rantai pasok yang tangguh. Ini adalah investasi jangka panjang untuk stabilitas operasional.
5. Otomatisasi dengan software manajemen inventaris
Mengelola semua variabel ini secara manual sangatlah rumit dan rentan terhadap kesalahan manusia. Mengadopsi software stok barang yang terintegrasi dapat mengotomatiskan banyak proses. Ini memberikan visibilitas menyeluruh atas seluruh siklus inventaris Anda dari hulu ke hilir.
Sistem seperti yang ditawarkan oleh HashMicro dapat melakukan pelacakan stok secara real-time dan perhitungan rasio otomatis. Ini memungkinkan Anda membuat keputusan berbasis data dengan cepat dan akurat. Otomatisasi adalah langkah penting untuk menjaga rasio persediaan tetap optimal di tengah kompleksitas bisnis modern.
Batasan Inventory to Sales Ratio dan Metrik Pelengkapnya
Meskipun inventory to sales ratio adalah alat analisis yang kuat, mengandalkannya secara eksklusif dapat memberikan gambaran yang tidak lengkap. Seperti metrik lainnya, rasio ini memiliki keterbatasan dan paling efektif jika digunakan bersama indikator kinerja lainnya. Memahami batasannya adalah langkah pertama untuk analisis yang lebih holistik.
Dengan menggabungkan beberapa metrik, Anda mendapatkan pandangan 360 derajat terhadap kesehatan inventaris Anda. Kombinasi ini memungkinkan Anda membuat keputusan yang lebih seimbang dan strategis. Pendekatan multi-metrik ini adalah kunci untuk manajemen inventaris yang benar-benar unggul.
1. Keterbatasan utama rasio ini
Salah satu batasan utama dari rasio ini adalah sifatnya yang merupakan potret sesaat (snapshot) pada satu titik waktu. Rasio ini dapat dipengaruhi oleh fluktuasi penjualan jangka pendek atau pembelian dalam jumlah besar. Akibatnya, data sesaat ini bisa memberikan sinyal yang salah jika tidak dianalisis dengan hati-hati.
Selain itu, rasio ini tidak membedakan antara produk yang laris dan yang tidak. Ia hanya melihat nilai total inventaris secara keseluruhan. Sebuah rasio yang tampak sehat bisa saja menyembunyikan masalah tumpukan stok mati di kategori produk tertentu.
2. Metrik pelengkap: Inventory turnover ratio
Rasio perputaran persediaan mengukur seberapa sering persediaan perusahaan terjual dan diganti selama periode tertentu. Angka perputaran yang tinggi menunjukkan penjualan yang kuat dan manajemen inventaris yang efisien. Ini memberikan konteks kecepatan pada analisis Anda.
Menggunakannya bersama inventory to sales ratio memberikan wawasan yang lebih dalam. Anda mungkin memiliki rasio penjualan yang “sehat”, tetapi jika perputarannya lambat, itu bisa menjadi tanda masalah. Menurut Investopedia, perputaran yang rendah sering kali mengindikasikan penjualan yang lemah atau kelebihan stok.
3. Metrik pelengkap: Days sales of inventory (DSI)
DSI mengukur rata-rata jumlah hari yang dibutuhkan perusahaan untuk mengubah inventarisnya menjadi penjualan. Metrik ini pada dasarnya adalah kebalikan dari perputaran persediaan. Ini memberikan gambaran likuiditas inventaris dalam satuan waktu yang mudah dipahami.
Misalnya, DSI 45 hari berarti rata-rata dibutuhkan 45 hari untuk menjual seluruh stok. Memantau DSI bersama rasio penjualan membantu Anda memahami seberapa cepat modal yang terikat dalam inventaris dapat dikonversi kembali menjadi kas. Ini sangat penting untuk manajemen arus kas.
Optimalkan Manajemen Bisnis Anda dengan Solusi dari HashMicro
Software Inventaris HashMicro membantu perusahaan memproses data lebih cepat, mengurangi human error, serta mendapatkan laporan akurat secara otomatis. Sistem ini dilengkapi dengan fitur pelacakan stok, analisis produk bergerak cepat dan lambat, serta notifikasi stok minimum untuk memastikan setiap keputusan didasarkan pada data yang valid.
Sistem HashMicro dirancang dengan integrasi penuh antar modul, sehingga data dari berbagai departemen seperti akuntansi, inventaris, pembelian, dan penjualan dapat saling terhubung. Hal ini memberikan visibilitas yang lebih baik terhadap seluruh operasional bisnis dan memastikan setiap keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan terkini.
Fitur Software Inventory HashMicro:
- Stock Forecasting: Menganalisis data historis untuk memprediksi permintaan di masa depan, membantu Anda memesan jumlah stok yang tepat dan menghindari overstock atau stockout.
- Fast Moving, Slow Moving Stocks Analysis: Mengidentifikasi produk mana yang paling laris dan mana yang tertahan di gudang, memungkinkan Anda membuat strategi promosi atau pengadaan yang lebih cerdas.
- Stock Aging Report: Memberikan laporan umur stok untuk setiap item, membantu Anda memprioritaskan penjualan produk yang mendekati masa usang atau kedaluwarsa untuk mencegah kerugian.
- Run Rate Reordering Rules: Mengotomatiskan proses pengisian ulang stok berdasarkan tingkat permintaan aktual dan fluktuasi musiman, memastikan ketersediaan barang yang optimal.
- Real-Time Reporting Dashboard: Menyediakan dasbor visual dengan data inventaris dan penjualan secara real-time, memungkinkan manajer mengambil keputusan cepat berdasarkan informasi terkini.
Dengan HashMicro, perusahaan Anda dapat meningkatkan efisiensi operasional, transparansi data, dan otomatisasi proses bisnis yang lebih baik. Untuk melihat bagaimana solusi kami dapat membantu bisnis Anda secara nyata, jangan ragu untuk mencoba demo gratis sekarang juga.
Kesimpulan
Inventory to sales ratio membantu bisnis memahami keseimbangan antara stok dan penjualan sehingga keputusan operasional lebih terarah. Metrik ini juga memudahkan Anda menilai efisiensi modal yang digunakan dalam pengelolaan persediaan.
Software Inventory HashMicro memberikan visibilitas penuh atas pergerakan stok dan membantu mengurangi risiko kelebihan atau kekurangan barang. Dengan otomatisasi dan data real-time, Anda dapat menjaga rasio tetap ideal tanpa proses manual yang memakan waktu.
Untuk hasil yang lebih maksimal, Anda dapat mencoba demo gratis dan melihat langsung bagaimana sistem ini bekerja. Langkah ini membantu Anda menilai kecocokan fitur dan manfaatnya bagi kebutuhan operasional bisnis.
Pertanyaan Seputar Inventory to Sales Ratio
-
Apa perbedaan antara inventory to sales ratio dan inventory turnover?
Inventory to sales ratio mengukur berapa banyak stok yang Anda miliki relatif terhadap penjualan (misalnya, stok untuk 2 bulan). Sementara itu, inventory turnover mengukur seberapa sering stok terjual dan diganti dalam satu periode (misalnya, 6 kali setahun).
-
Seberapa sering saya harus menghitung rasio ini?
Untuk sebagian besar bisnis, menghitung rasio ini setiap bulan adalah praktik terbaik. Ini memberikan data yang cukup sering untuk mengidentifikasi tren dan membuat penyesuaian tepat waktu tanpa terbebani oleh fluktuasi harian.
-
Bagaimana musim atau tren memengaruhi rasio ini?
Faktor musiman sangat memengaruhi rasio ideal. Sebuah toko mainan, misalnya, akan memiliki rasio lebih tinggi pada kuartal keempat. Kuncinya adalah membandingkan rasio Anda dengan periode yang sama di tahun sebelumnya untuk perbandingan yang relevan.
-
Apa peran sistem ERP dalam mengelola rasio ini?
Sistem ERP memainkan peran sentral dengan mengintegrasikan data dari penjualan, inventaris, dan akuntansi. Ini memastikan perhitungan rasio didasarkan pada data yang akurat dan real-time, serta membantu optimasi secara proaktif melalui fitur peramalan.
-
Apakah rasio yang rendah selalu berarti baik?
Tidak selalu. Rasio yang sangat rendah bisa menjadi tanda bahaya bahwa Anda berisiko mengalami kehabisan stok (stockout). Jika permintaan tiba-tiba melonjak, persediaan Anda mungkin tidak cukup, yang mengakibatkan hilangnya penjualan.








