Keterlambatan keputusan sering menghambat pertumbuhan bisnis. Tanpa alur persetujuan yang jelas, pengajuan penting seperti pembelian atau cuti bisa tertunda, menurunkan produktivitas dan menimbulkan risiko finansial serta operasional yang tidak perlu.
Approval matrix dalam sistem ERP hadir sebagai solusi strategis untuk menciptakan kejelasan, efisiensi, dan akuntabilitas dalam proses persetujuan. Sistem ini memastikan setiap permintaan diproses oleh pihak yang tepat sesuai wewenang, mempercepat alur kerja, serta mengurangi potensi hambatan birokrasi di dalam organisasi.
Simak artikel berikut untuk mengetahui bagaimana menerapkan approval matrix yang efektif untuk bisnis Anda. Artikel ini membahas konsep, manfaat, dan cara implementasi hingga otomatisasi dengan sistem ERP.
Key Takeaways
|
Daftar Isi:
Apa Itu Approval Matrix?
Approval Matrix, atau matriks persetujuan, adalah sebuah kerangka kerja terstruktur yang mendefinisikan siapa yang memiliki wewenang untuk menyetujui berbagai jenis permintaan atau transaksi dalam sebuah organisasi. Dokumen ini secara visual memetakan alur persetujuan berdasarkan hierarki jabatan, nilai transaksi, atau kategori permintaan tertentu. Tujuan utamanya adalah untuk menstandarisasi proses, memastikan bahwa setiap keputusan diambil oleh pihak yang tepat, serta menciptakan jejak audit yang jelas untuk setiap tindakan yang memerlukan otorisasi. Dengan adanya matriks ini, setiap karyawan dapat dengan mudah memahami kepada siapa mereka harus mengajukan permintaan dan batasan wewenang yang dimiliki oleh setiap level manajerial, sehingga menghilangkan ambiguitas dalam proses bisnis sehari-hari.
Kerangka kerja ini berfungsi sebagai fondasi dari sistem pengendalian internal perusahaan yang kuat, mengubah proses persetujuan dari yang bersifat informal dan verbal menjadi sebuah prosedur formal yang terdokumentasi. Alih-alih mengandalkan ingatan atau kebiasaan, perusahaan dapat merujuk pada satu sumber kebenaran yang konsisten untuk semua departemen. Hal ini tidak hanya meminimalkan potensi konflik, tetapi juga secara signifikan mengurangi risiko penyalahgunaan wewenang atau kesalahan dalam pengambilan keputusan finansial dan operasional. Pada dasarnya, approval matrix adalah alat tata kelola yang esensial untuk menjaga integritas, efisiensi, dan kepatuhan dalam setiap alur kerja bisnis, terutama saat perusahaan mulai berkembang dan volume transaksi meningkat.
Mengapa Approval Matrix Menjadi Kunci Pengendalian Bisnis Modern?
Di tengah kompleksitas operasional modern, memiliki sistem persetujuan yang solid bukan lagi sebuah pilihan, melainkan sebuah keharusan strategis. Approval matrix bertindak sebagai tulang punggung dari pengendalian internal, memastikan setiap sumber daya perusahaan, baik itu waktu, uang, maupun aset, digunakan secara bertanggung jawab dan sesuai dengan kebijakan yang berlaku. Tanpa kerangka kerja ini, perusahaan beroperasi dalam zona abu-abu yang rentan terhadap inefisiensi, penundaan, bahkan potensi penipuan. Matriks ini memberikan kejelasan yang dibutuhkan untuk bergerak cepat namun tetap terkendali, yang merupakan esensi dari manajemen bisnis yang gesit dan efektif.
Pentingnya approval matrix terletak pada kemampuannya untuk menyeimbangkan antara kecepatan dan kehati-hatian dalam operasional bisnis sehari-hari. Di satu sisi, alur yang jelas memungkinkan keputusan rutin diproses dengan cepat tanpa harus menunggu persetujuan dari level eksekutif. Di sisi lain, untuk transaksi bernilai tinggi atau keputusan strategis, matriks ini memastikan adanya lapisan verifikasi yang memadai untuk mitigasi risiko. Manfaatnya meluas ke berbagai aspek, mulai dari transparansi proses hingga standarisasi alur kerja. Berikut adalah beberapa alasan utama mengapa approval matrix menjadi komponen vital bagi bisnis yang ingin bertumbuh secara berkelanjutan dan aman.
1. Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas proses
Dengan memetakan secara jelas siapa yang bertanggung jawab atas setiap persetujuan, approval matrix menghilangkan kebingungan dan area abu-abu dalam alur kerja. Setiap keputusan dapat dilacak kembali ke individu yang memberikan otorisasi, sehingga menciptakan budaya akuntabilitas yang kuat di seluruh tingkatan organisasi. Transparansi ini juga memudahkan proses audit internal maupun eksternal, karena setiap transaksi memiliki jejak digital atau dokumentasi yang jelas dan mudah diverifikasi. Karyawan menjadi lebih sadar akan tanggung jawab mereka, dan manajemen dapat dengan mudah mengidentifikasi hambatan dalam proses persetujuan.
2. Mempercepat proses pengambilan keputusan bisnis
Salah satu penghambat terbesar produktivitas adalah waktu tunggu untuk mendapatkan persetujuan, terutama ketika tidak jelas siapa yang harus dihubungi. Approval matrix mengatasi masalah ini dengan menetapkan jalur persetujuan yang pasti, sehingga permintaan dapat langsung diarahkan ke pihak yang berwenang. Ini secara drastis mengurangi waktu siklus dari pengajuan hingga eksekusi, memungkinkan tim untuk merespons peluang pasar atau kebutuhan operasional dengan lebih cepat dan gesit. Proses yang lebih cepat ini pada akhirnya berdampak positif pada kepuasan pelanggan dan efisiensi internal.
3. Mengurangi risiko fraud dan kesalahan finansial
Approval matrix adalah garda terdepan dalam mencegah pengeluaran yang tidak sah atau di luar anggaran dengan menetapkan batasan nilai transaksi (threshold) untuk setiap level otorisasi. Hal ini memastikan bahwa pembelian bernilai tinggi atau komitmen finansial yang signifikan harus melalui tinjauan dari manajemen senior, sehingga mengurangi risiko penipuan internal. Selain itu, proses yang terstandarisasi juga meminimalkan kemungkinan terjadinya kesalahan manusia dalam pemrosesan faktur atau klaim biaya, yang dapat menyebabkan kerugian finansial yang tidak perlu. Menurut sebuah studi oleh Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), kurangnya kontrol internal adalah salah satu kontributor utama penipuan di tempat kerja, yang menyoroti pentingnya kerangka kerja seperti matriks persetujuan.
4. Menstandarisasi alur kerja operasional (workflow)
Dengan menerapkan matriks yang sama di berbagai departemen, perusahaan dapat menciptakan konsistensi dalam cara kerja operasionalnya. Baik itu proses rekrutmen di HR, pengadaan barang di departemen pembelian, atau pengajuan diskon di tim penjualan, semuanya mengikuti logika persetujuan yang serupa. Standarisasi ini tidak hanya mempermudah pelatihan karyawan baru, tetapi juga memfasilitasi kolaborasi antar departemen karena semua pihak memahami aturan main yang sama. Konsistensi proses ini juga menjadi dasar untuk otomatisasi alur kerja di masa depan, memungkinkan perusahaan untuk meningkatkan skala operasi tanpa mengorbankan kontrol.
Ingin tahu bagaimana sistem persetujuan otomatis dapat mempercepat keputusan bisnis Anda? Unduh skema harga Software ERP HashMicro sekarang dan temukan solusi terbaik untuk mengoptimalkan alur kerja serta meningkatkan efisiensi perusahaan Anda!
Panduan Lengkap Cara Membuat Approval Matrix (Step-by-Step)
Merancang approval matrix yang efektif memerlukan pendekatan yang sistematis dan pemahaman mendalam tentang struktur serta proses bisnis unik perusahaan Anda. Ini bukan sekadar membuat tabel, melainkan tentang mendefinisikan logika di balik setiap keputusan penting. Proses ini melibatkan identifikasi alur kerja krusial, pemetaan hierarki organisasi, dan penetapan batasan yang logis untuk setiap tingkat wewenang. Tujuannya adalah menciptakan dokumen yang tidak hanya komprehensif tetapi juga mudah dipahami dan diimplementasikan oleh seluruh karyawan, sehingga menjadi panduan praktis dalam operasional sehari-hari.
Sebuah matriks yang dirancang dengan baik akan menjadi dokumen hidup yang dapat beradaptasi seiring dengan pertumbuhan dan perubahan struktur organisasi. Oleh karena itu, penting untuk melibatkan para pemangku kepentingan dari berbagai departemen dalam proses pembuatannya untuk memastikan relevansi dan penerapannya di lapangan. Dengan mengikuti langkah-langkah terstruktur, Anda dapat membangun fondasi yang kokoh untuk sistem pengendalian internal yang lebih baik. Mari kita uraikan prosesnya secara bertahap untuk memastikan tidak ada detail penting yang terlewatkan dan matriks yang dihasilkan benar-benar fungsional.
1. Identifikasi semua proses bisnis yang memerlukan persetujuan
Langkah pertama adalah membuat daftar seluruh aktivitas operasional yang membutuhkan otorisasi sebelum dapat dilanjutkan, mencakup berbagai departemen. Proses ini bisa meliputi pengajuan pembelian barang atau jasa, pembayaran faktur kepada vendor, klaim biaya perjalanan dinas oleh karyawan, pengajuan cuti melalui software hrm, rekrutmen karyawan baru, hingga pemberian diskon khusus kepada pelanggan. Buatlah inventarisasi yang komprehensif dengan melibatkan kepala departemen untuk memastikan tidak ada alur kerja kritis yang terlewat dari kerangka persetujuan Anda. Kategorikan proses-proses ini berdasarkan departemen atau fungsi untuk memudahkan analisis lebih lanjut.
2. Tentukan tingkatan hierarki dan peran dalam persetujuan
Setelah proses diidentifikasi, petakan struktur organisasi Anda dan tentukan siapa saja yang memiliki peran dalam memberikan persetujuan untuk setiap proses tersebut. Definisikan peran secara jelas, seperti Staf, Supervisor, Manajer Departemen, Direktur, hingga CEO, dan tentukan alur eskalasi dari satu level ke level berikutnya. Pastikan untuk mempertimbangkan peran fungsional, misalnya, permintaan pembelian mungkin memerlukan persetujuan dari manajer departemen pengguna dan juga departemen keuangan. Kejelasan peran ini akan mencegah tumpang tindih wewenang dan memastikan setiap orang memahami tanggung jawabnya.
3. Tetapkan batasan wewenang (Threshold) untuk setiap level
Ini adalah inti dari approval matrix, di mana Anda menetapkan batasan kuantitatif atau kualitatif untuk setiap tingkat persetujuan, yang paling umum adalah batasan nilai moneter. Sebagai contoh, seorang Manajer mungkin memiliki wewenang untuk menyetujui pembelian hingga Rp10.000.000, sementara pembelian di atas nilai tersebut harus dieskalasikan ke Direktur. Penetapan threshold ini harus realistis, mempertimbangkan skala operasional dan dirancang untuk menyeimbangkan efisiensi dengan kontrol risiko. Analisis data pengeluaran historis dapat membantu menentukan batasan yang paling sesuai untuk setiap level jabatan.
4. Rancang format matriks yang jelas dan mudah dibaca
Visualisasikan semua informasi yang telah dikumpulkan ke dalam format tabel atau diagram alur yang mudah dipahami oleh seluruh karyawan. Matriks ini idealnya mencakup kolom-kolom seperti ‘Jenis Permintaan’, ‘Nilai Transaksi’, ‘Level Persetujuan 1 (Contoh: Manajer)’, ‘Level Persetujuan 2 (Contoh: Direktur)’, dan ‘Catatan Khusus’. Pastikan untuk menggunakan bahasa yang sederhana dan tidak ambigu agar matriks dapat berfungsi sebagai panduan cepat yang praktis. Penggunaan kode warna atau simbol juga dapat membantu mempercepat pemahaman dan mengurangi kesalahan interpretasi.
5. Lakukan tinjauan, sosialisasi, dan implementasi
Sebelum diresmikan, distribusikan draf matriks kepada kepala departemen dan pemangku kepentingan terkait untuk mendapatkan masukan dan memastikan tidak ada inkonsistensi. Setelah finalisasi, lakukan sesi sosialisasi dan pelatihan kepada seluruh karyawan untuk memastikan mereka memahami cara menggunakan matriks tersebut dalam pekerjaan sehari-hari. Implementasi yang sukses sangat bergantung pada komunikasi yang efektif dan pemahaman bersama di seluruh organisasi. Sediakan juga saluran untuk tanya jawab agar setiap keraguan dapat segera diatasi selama masa transisi.
6. Lakukan penyesuaian dan pembaruan secara berkala
Approval matrix bukanlah dokumen statis; ia harus dievaluasi dan diperbarui secara periodik untuk tetap relevan dengan dinamika bisnis, seperti perubahan struktur organisasi, inflasi, atau penambahan proses baru. Jadwalkan tinjauan setidaknya setahun sekali atau setiap kali ada perubahan signifikan dalam perusahaan. Dengan demikian, matriks persetujuan Anda akan terus menjadi alat yang efektif dan akurat untuk mendukung operasional bisnis yang terus berkembang. Dokumentasikan setiap perubahan dan komunikasikan pembaruan tersebut kepada seluruh tim.
Contoh Approval Matrix untuk Berbagai Kebutuhan Bisnis
Teori mengenai approval matrix akan lebih mudah dipahami ketika diilustrasikan dengan contoh-contoh praktis yang relevan dengan operasional sehari-hari. Setiap departemen memiliki kebutuhan unik, sehingga matriks persetujuan harus disesuaikan untuk mencerminkan proses spesifik tersebut. Misalnya, matriks untuk departemen pembelian akan sangat berfokus pada nilai moneter, sementara matriks untuk departemen HR lebih menekankan pada jenis permintaan seperti cuti atau pelatihan. Dengan melihat contoh konkret, Anda dapat memperoleh gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana merancang matriks yang sesuai untuk perusahaan Anda.
Contoh-contoh berikut dirancang untuk memberikan template dasar yang dapat Anda adaptasi. Perhatikan bagaimana setiap matriks memiliki struktur yang logis dengan kolom yang jelas, mendefinisikan alur persetujuan berdasarkan kriteria yang berbeda. Fleksibilitas adalah kunci, dan contoh ini dapat menjadi titik awal yang baik untuk mengembangkan kerangka kerja yang paling sesuai dengan skala dan kompleksitas bisnis Anda. Mari kita lihat beberapa implementasi approval matrix untuk berbagai skenario umum di perusahaan, mulai dari pengadaan hingga manajemen sumber daya manusia.
A. Contoh untuk persetujuan pembelian (Procurement)
Matriks ini sangat penting untuk mengontrol pengeluaran perusahaan dan memastikan setiap pembelian telah melalui verifikasi yang tepat sebelum diproses. Strukturnya biasanya didasarkan pada nilai total pesanan pembelian (Purchase Order), di mana semakin tinggi nilainya, semakin tinggi pula level jabatan yang dibutuhkan untuk memberikan persetujuan. Ini membantu departemen keuangan dan manajemen dalam menjaga anggaran serta memastikan setiap pengadaan barang atau jasa memiliki justifikasi yang kuat. Dalam proses pengadaan modern, matriks ini menjadi dasar dari otomatisasi alur kerja.
| Nilai Pembelian (IDR) | Persetujuan Level 1 | Persetujuan Level 2 | Persetujuan Level 3 |
| < 5.000.000 | Manajer Departemen | – | – |
| 5.000.001 – 25.000.000 | Manajer Departemen | Kepala Divisi | – |
| 25.000.001 – 100.000.000 | Manajer Departemen | Kepala Divisi | Direktur Keuangan |
| > 100.000.000 | Manajer Departemen | Kepala Divisi | Direktur Utama (CEO) |
B. Contoh untuk persetujuan klaim biaya (Expense Claim)
Untuk mengelola klaim reimbursement dari karyawan, seperti biaya perjalanan dinas atau pembelian kecil untuk kantor, matriks persetujuan memastikan validitas dan kewajaran setiap klaim. Biasanya, atasan langsung menjadi level persetujuan pertama untuk memverifikasi bahwa pengeluaran tersebut memang terkait dengan pekerjaan. Untuk jumlah yang lebih besar, departemen HR atau keuangan sering dilibatkan untuk memastikan kepatuhan terhadap kebijakan perusahaan. Pengelolaan ini seringkali dipermudah dengan penggunaan aplikasi HR yang terintegrasi.
| Jenis Klaim | Jumlah Klaim (IDR) | Persetujuan Level 1 | Persetujuan Level 2 |
| Transportasi Lokal | < 500.000 | Atasan Langsung | – |
| Akomodasi & Tiket | Semua Nilai | Atasan Langsung | Manajer HR |
| Entertainment Klien | < 1.000.000 | Atasan Langsung | – |
| Entertainment Klien | > 1.000.000 | Atasan Langsung | Manajer Penjualan |
Batasan Approval Matrix Manual dan Solusi Otomatisasi
Meskipun approval matrix yang dibuat secara manual, misalnya menggunakan spreadsheet seperti Microsoft Excel, merupakan langkah awal yang baik untuk menata proses bisnis, metode ini memiliki keterbatasan signifikan seiring dengan pertumbuhan perusahaan. Proses manual sangat bergantung pada intervensi manusia, yang secara inheren rentan terhadap kesalahan, keterlambatan, dan kesulitan dalam pelacakan. Dokumen yang tersimpan secara lokal dapat menyebabkan masalah versi, sementara pengiriman permintaan melalui email seringkali tersesat di antara tumpukan pesan lain, menciptakan hambatan yang memperlambat alur kerja dan mengurangi produktivitas secara keseluruhan.
Ketika volume transaksi meningkat, mengelola matriks persetujuan secara manual menjadi tidak efisien dan tidak dapat diskalakan. Tim manajemen akan menghabiskan lebih banyak waktu untuk melacak status persetujuan daripada berfokus pada keputusan strategis. Di sinilah peran teknologi menjadi krusial. Otomatisasi alur persetujuan melalui platform terintegrasi tidak hanya mengatasi kelemahan proses manual tetapi juga membuka peluang untuk efisiensi dan kontrol yang lebih besar. Mari kita bandingkan keterbatasan pendekatan manual dengan keunggulan solusi perangkat lunak modern untuk memahami mengapa transisi ke sistem otomatis menjadi langkah strategis yang penting.
A. Keterbatasan matriks manual di spreadsheet (Excel)
Menggunakan Excel untuk mengelola approval matrix memang terlihat mudah pada awalnya, namun seringkali menjadi sumber masalah seiring waktu. Dokumen menjadi sulit untuk dipelihara, rentan terhadap kesalahan formula atau input data, dan tidak menyediakan notifikasi otomatis kepada pihak terkait, yang mengakibatkan penundaan. Selain itu, tidak ada jejak audit (audit trail) yang andal untuk melacak siapa yang mengubah apa dan kapan, serta sangat sulit untuk melampirkan dokumen pendukung secara terpusat. Hal ini mempersulit proses verifikasi dan meningkatkan risiko ketidakpatuhan terhadap kebijakan internal perusahaan.
B. Keunggulan otomatisasi dengan software ERP
Sistem Enterprise Resource Planning (ERP) modern mengubah approval matrix dari dokumen statis menjadi alur kerja dinamis yang terintegrasi. Dengan otomatisasi, setiap permintaan secara otomatis diarahkan ke pemberi persetujuan yang tepat berdasarkan aturan yang telah ditentukan dalam sistem, lengkap dengan notifikasi real-time melalui email atau aplikasi. Seluruh proses, mulai dari pengajuan, persetujuan, hingga penolakan, tercatat secara sistematis, menciptakan jejak audit yang lengkap dan transparan untuk setiap transaksi. Hal ini tidak hanya meningkatkan efisiensi tetapi juga memperkuat lapisan kontrol internal secara signifikan.
C. Bagaimana sistem HashMicro menyederhanakan alur persetujuan
Sebagai penyedia solusi ERP terdepan, HashMicro menawarkan fitur Approval Matrix Configuration yang dapat disesuaikan sepenuhnya di dalam berbagai modulnya. Modul-modul tersebut termasuk Software Akuntansi, Sistem Manajemen Pembelian, dan Aplikasi HRM. Anda dapat dengan mudah mengatur alur persetujuan multi-level dengan batasan nilai yang fleksibel untuk berbagai transaksi, mulai dari purchase order, pembayaran faktur, hingga pengajuan cuti dan klaim. Sistem secara otomatis akan mengirimkan notifikasi kepada manajer terkait, memungkinkan mereka untuk menyetujui atau menolak permintaan langsung dari dasbor mereka, bahkan melalui aplikasi mobile, sehingga mempercepat siklus persetujuan dan meningkatkan efisiensi operasional secara signifikan.
Optimalkan Alur Persetujuan Bisnis Anda dengan Solusi dari HashMicro
Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, efisiensi dan kontrol adalah dua pilar utama untuk pertumbuhan yang berkelanjutan. HashMicro menyediakan sistem ERP terintegrasi yang dirancang khusus untuk mengotomatisasi dan menyederhanakan proses bisnis, termasuk pengelolaan alur persetujuan yang kompleks.
Sistem HashMicro dirancang dengan integrasi penuh antar modul, sehingga data dari berbagai departemen seperti akuntansi, inventaris, pembelian, dan penjualan dapat saling terhubung. Hal ini memberikan visibilitas yang lebih baik terhadap seluruh operasional bisnis dan memastikan setiap keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan terkini, yang merupakan fondasi dari manajemen yang efektif dan strategis.
Fitur Unggulan untuk Manajemen Persetujuan dari HashMicro:
- Flexible Approval Matrix: Atur alur persetujuan multi-level yang dapat disesuaikan untuk berbagai jenis transaksi, seperti pembelian, pembayaran, dan klaim, sesuai dengan kebijakan unik perusahaan Anda.
- Automated Notification System: Sistem secara otomatis mengirimkan notifikasi real-time kepada pihak yang berwenang untuk menyetujui permintaan, mengurangi waktu tunggu dan mempercepat siklus keputusan.
- Centralized Dashboard for Approval: Sediakan dasbor terpusat bagi manajer untuk meninjau, menyetujui, atau menolak permintaan dengan cepat, lengkap dengan akses ke dokumen pendukung yang relevan.
- Mobile Approval Capability: Berikan kemudahan bagi para pengambil keputusan untuk memberikan persetujuan dari mana saja dan kapan saja melalui aplikasi seluler, memastikan proses bisnis tetap berjalan tanpa hambatan.
- Comprehensive Audit Trail: Setiap tindakan dalam alur persetujuan, mulai dari pengajuan hingga keputusan akhir, tercatat secara otomatis untuk menciptakan jejak audit yang lengkap dan transparan.
Dengan HashMicro, perusahaan Anda dapat meningkatkan efisiensi operasional, transparansi data, dan otomatisasi proses bisnis yang lebih baik. Untuk melihat bagaimana solusi kami dapat membantu bisnis Anda secara nyata, jangan ragu untuk mencoba demo gratisnya sekarang juga.
Kesimpulan
Approval matrix adalah sistem penting yang membantu perusahaan menjaga keseimbangan antara fleksibilitas dan kontrol. Dengan menetapkan siapa yang berwenang menyetujui tiap proses, bisnis dapat meningkatkan transparansi, mempercepat keputusan, dan meminimalkan risiko penyalahgunaan.
Untuk mendukung efisiensi tersebut, HashMicro menghadirkan Software ERP terintegrasi yang mampu mengotomatisasi alur persetujuan bisnis. Sistem ini dirancang untuk mempercepat proses, mengurangi kesalahan manual, serta memberikan visibilitas penuh atas seluruh transaksi dan keputusan penting.
Coba demo gratis Software ERP HashMicro sekarang dan rasakan sendiri kemudahannya dalam mengelola approval matrix bisnis Anda. Dengan solusi otomatis dan berbasis data, perusahaan Anda dapat mengambil keputusan lebih cepat, efisien, dan terarah menuju pertumbuhan berkelanjutan.
FAQ About Approval Matrix
-
Apa fungsi utama dari approval matrix?
Fungsi utamanya adalah untuk menstandarisasi dan mendokumentasikan proses persetujuan dalam organisasi. Ini memastikan setiap permintaan, seperti pembelian atau klaim, disetujui oleh pihak yang berwenang sesuai dengan kebijakan perusahaan, sehingga meningkatkan kontrol dan akuntabilitas.
-
Siapa yang bertanggung jawab membuat approval matrix?
Biasanya, approval matrix dirancang oleh kolaborasi antara departemen Keuangan, HR, dan manajemen senior. Keterlibatan mereka penting untuk memastikan matriks mencerminkan struktur organisasi yang sebenarnya dan memenuhi kebutuhan pengendalian internal serta kebijakan perusahaan.
-
Apa perbedaan approval matrix dengan workflow?
Workflow adalah alur kerja atau serangkaian langkah yang harus diselesaikan untuk suatu proses, sedangkan approval matrix adalah bagian spesifik dari workflow tersebut. Matriks ini secara khusus mendefinisikan siapa yang memiliki wewenang untuk memberikan persetujuan pada tahapan-tahapan tertentu dalam alur kerja tersebut.
-
Seberapa sering approval matrix harus diperbarui?
Approval matrix harus ditinjau dan diperbarui secara berkala, setidaknya setahun sekali atau setiap kali ada perubahan signifikan dalam struktur organisasi, peran karyawan, atau kebijakan perusahaan. Tujuannya adalah untuk memastikan matriks tetap relevan dan efektif.






