Nadia

Nadia
Balasan dalam 1 menit

Nadia
Ingin Demo Gratis?

Hubungi kami via WhatsApp, dan sampaikan kebutuhan perusahaan Anda dengan tim ahli kami
6281222846776
×

Nadia

Active Now

Nadia

Active Now

Lihat Artikel Lainnya

Daftar Isi:

    Chapter Berikutnya:

      8 Tren Ritel Global di Tahun 2024

      Tahun 2023 membawa beragam perubahan dan tantangan baru bagi industri ritel. Perkembangan teknologi yang terus berlanjut, perubahan perilaku konsumen, dan dinamika ekonomi yang berfluktuasi semakin mempengaruhi cara perusahaan ritel beroperasi dan berinovasi.

      Dalam artikel ini, kami akan membahas tren-tren industri ritel utama yang mempengaruhi industri ritel saat ini, mengungkap peluang baru, dan memberikan wawasan tentang strategi yang dapat membantu perusahaan Anda tetap kompetitif dan sukses.

      Jadi, mari kita mulai dengan merinci tren ritel di Indonesia yang akan menjadi pusat perhatian dalam dunia retail pada tahun 2024 mendatang.

      Daftar Isi:

        DemoGratis

        Key Takeaways

        1. Tren ritel akan menjadi acuan para pebisnis ritel untuk meningkatkan bisnisnya pada 2024.
        2. Automasi adalah salah satu peluang bisnis ritel besar pada 2023 dan diperkirakan akan terus berlanjut pada 2024.
        3. Sistem retail management dapat membantu Anda untuk mempraktikkan tren ritel dalam bisnis Anda.

        1. Automation

        tren ritel

        Automasi menjadi salah satu peluang bisnis ritel pada tahun 2023 dan kemungkinan besar akan terus berlanjut pada tahun 2024. Seiring dengan tantangan terus menerus dalam hal tenaga kerja, para pelaku bisnis retail semakin meningkatkan investasi mereka dalam automasi, memanfaatkan teknologi untuk menjalankan tugas-tugas berulang dengan campur tangan manusia yang minimal.

        Transformasi besar-besaran ini mencakup berbagai aspek dalam sektor retail, mulai dari mengoptimalkan operasi gudang dan manajemen inventaris hingga mempercepat pemenuhan pesanan dan meningkatkan pengalaman pelanggan melalui fitur-fitur seperti pembayaran tanpa kontak.

        Data dari McKinsey menunjukkan bahwa sekitar 52% dari seluruh aktivitas retail dapat diotomatisasi dengan teknologi yang sudah ada. Manfaat dari automasi sangat luas, meliputi pengurangan kesalahan, peningkatan kualitas layanan, efisiensi operasional yang lebih tinggi, dan penghematan biaya.

        Contoh Automasi pada Industri Retail

        1. Otomatisasi Pembayaran Tanpa Sentuh: Sistem pembayaran yang memungkinkan pelanggan membayar hanya dengan mendekatkan ponsel atau kartu ke mesin pembayaran, tanpa perlu menyentuh apapun.
        2. Self-checkout atau Self-service: Pelanggan dapat melakukan pembayaran tanpa harus berhadapan dengan kasir, sehingga mempercepat proses pembayaran menjadi lebih sederhana dan praktis.
        3. Pengenalan Wajah untuk Keamanan: Kamera dengan teknologi pengenalan wajah yang dapat mendeteksi dan mengidentifikasi pelanggan atau staf, meningkatkan keamanan toko.
        4. Robot Penyortir Barang: Robot yang secara otomatis dapat menyortir barang berdasarkan kategori atau tanggal kedaluwarsa, membantu staf dalam pengaturan produk.
        5. Analisis Data Pelanggan Secara Real-time: Sensor yang mendeteksi gerakan pelanggan di toko dan menganalisis area mana yang paling sering dikunjungi, membantu manajemen dalam menyusun strategi penjualan.
        6. Kios Informasi Otomatis: Mesin informasi yang dapat menjawab pertanyaan pelanggan, menunjukkan lokasi produk, atau memberikan rekomendasi produk berdasarkan preferensi.
        7. Sistem Pengisian Ulang Otomatis: Jika suatu produk hampir habis di rak, sistem otomatis akan memberi tahu staf atau robot untuk segera mengisi ulang produk tersebut.

        Automation bukan hanya pilihan, tetapi menjadi kebutuhan dalam persaingan ketat dalam industri ritel. Kemajuan terbaru dalam kecerdasan buatan, pembelajaran mesin, dan robotika telah membawa masuk era baru automasi cerdas, di mana mesin mampu mengambil keputusan berdasarkan data secara mandiri, mendorong industri retail ke masa depan yang semakin canggih.

        Salah satu pilihan automasi yang dapat dipraktikkan adalah melalui sistem manajemen retail, yang mana sistem ini dapat mengoptimasi segala kebutuhan dan proses bisnis retail. Di Indonesia, sistem ini sudah banyak digunakan untuk mengelola bisnis retail. Jika Anda tertarik untuk mencoba sistem ini, Anda bisa memulai dengan mengunduh skema harga berikut.

        download skema harga software erp
        download skema harga software erp

        2. Phygital Shopping

        tren ritel

        Phygital shopping, yang merupakan singkatan dari physical (fisik) dan digital, menjadi salah satu tren ritel besar pada tahun 2023. Juga diprediksi akan terus berlanjut di tahun mendatang. Konsep ini menghadirkan pengalaman berbelanja yang instan, interaktif, mendalam, dan sangat personal, menggabungkan yang terbaik dari berbelanja di toko fisik dan online. 

        Contohnya, banyak perusahaan saat ini memberikan peluang kepada pelanggan untuk menciptakan perjalanan berbelanja mereka sendiri. Salah satunya melalui penggunaan ruang ganti pintar yang memungkinkan pelanggan menemukan ukuran mereka secara virtual.

        Selain itu, semakin banyak perusahaan yang memanfaatkan pengaruh influencer dan layanan siaran langsung (live streaming), dengan tingkat konversi mencapai hampir 30 persen, hingga 10 kali lipat lebih tinggi daripada e-commerce konvensional.

        Phygital membawa sejumlah manfaat signifikan bagi bisnis ritel. Selain meningkatkan Indeks Promotor Netto (Net Promoter Scores®) dengan memberikan pengalaman yang sangat personal bagi pelanggan, konsep ini juga memperkuat loyalitas pelanggan. Tingkat keterlibatan yang lebih tinggi dari pelanggan dapat meningkatkan konversi, dan pelanggan yang puas dengan pengalaman mereka dapat menjadi agen pemasaran mulut ke mulut yang memperluas jangkauan bisnis Anda.

        3. Artificial Intelligence (AI)

        Artificial Intelligence (AI) menjadi salah satu tren bisnis ritel terpenting. Teknologi AI dan Machine Learning (ML) telah merasuki berbagai sektor industri, termasuk ritel. Bahkan, industri ritel telah lama menjadi tempat uji coba bagi solusi AI. Salah satu penggunaan AI yang paling populer oleh peritel adalah mesin rekomendasi yang diperkenalkan oleh Amazon lebih dari dua dekade yang lalu

        Algoritma ML ini merekomendasikan produk-produk terkait kepada pelanggan berdasarkan riwayat belanja sebelumnya, lokasi, dan kebiasaan pembelian pelanggan serupa lainnya. Ke depannya, para pelaku bisnis ritel perlu meningkatkan investasi mereka dalam AI dan teknologi terkait.

        Gabriella Bock, direktur hubungan editorial di Rethink Retail, mencatat bahwa analitik canggih dan AI memungkinkan peritel untuk memperoleh wawasan berharga tentang kapan, di mana, bagaimana, dan mengapa pelanggan memilih (atau tidak memilih) untuk berbelanja dengan mereka. Kemampuan transformasional AI memiliki potensi untuk memberikan nilai tahunan sekitar $400 miliar hingga $800 miliar bagi industri ritel.

        Beberapa aplikasi AI yang penting dalam industri ritel meliputi perencanaan dan prediksi permintaan, pemasaran personalisasi, penggunaan chatbot berbasis AI, pengelolaan katalog produk, operasi di dalam toko, dan optimisasi harga dinamis.

        Selain itu, AI juga menjadi inti dari teknologi ritel generasi berikutnya. Seperti penggunaan computer vision untuk pengenalan wajah, pencarian visual, dan kendaraan pengiriman tanpa pengemudi. Serta juga pemanfaatan AI untuk pembuatan laporan dan analisis bisnis.

        “Para peritel seharusnya memanfaatkan teknologi ML (Machine Learning) dan AI (Artificial Intelligence) untuk membantu menganalisis data dari berbagai saluran. Algoritma ML dapat membantu peritel mengoptimalkan asortimen, inovasi, penetapan harga, tingkat persediaan, dan operasi rantai pasokan.”

        — Brad LaRock, Wakil Kepala Pemasaran Datassembly

        4. Hyper-personalization

        Hyper-personalisasi dalam ritel mencakup cobaan pakaian virtual, rekomendasi personal, dan tutorial yang dapat menyesuaikan pembeli tertentu. Terdapat juga peningkatan bisnis yang memanfaatkan TikTok dan kekuatan tutorial yang sedang tren serta video panduan.

        Hyper-personalisasi ini membantu pengalaman berbelanja terasa unik dan menghubungkan pelanggan dengan merek Anda. Untuk mencapai hal ini, Anda perlu mengenal pembeli Anda terlebih dahulu. Memiliki konteks pelanggan yang lengkap membantu membangun pengalaman pelanggan (CX) yang terbaik.

        Dengan platform layanan pelanggan, Anda dapat lebih memahami perilaku konsumen yang mempengaruhi persediaan, kebutuhan tenaga kerja, saluran dukungan, dan lebih banyak lagi saat Anda mengintegrasikan data dari semua sistem Anda ke dalam laporan dasbor yang mudah digunakan.

        Laporan-laporan ini membantu Anda untuk personalisasi pengalaman pembeli. Caranya dengan menggabungkan profil pembeli dari perangkat lunak e-commerce, sistem pemasaran, media sosial, program loyalitas, dan lainnya dalam satu tempat.

        5. RFID and QR Codes

        tren bisnis ritel

        DeAnn Campbell, Chief Strategy Officer di Hoobil8, menekankan bahwa salah satu prioritas utama bagi merek apapun seharusnya adalah alat untuk mengelola inventaris, termasuk radio-frequency identification (RFID) dan kode QR.

        RFID dan kode QR adalah teknologi yang membantu mengidentifikasi dan melacak suatu produk menggunakan tag dan kode. Ini sangat membantu dalam pemeriksaan inventaris secara real-time. Sebagai contoh, peritel fashion menggunakan tag RFID pada produknya. Pelanggan dapat memindai tag tersebut di ruang ganti dan mendapatkan detail produk seperti ukuran dan warna yang tersedia di layar pintar. Dengan satu klik, mereka dapat menjelajah dan meminta pakaian serupa atau terkait kepada staf layanan, semua dari ruang ganti.

        Dengan lebih dari 70% dari Generasi Z dan milenial bersedia berbelanja atau mengeluarkan lebih banyak uang dengan pengecer yang menawarkan sistem pembayaran tanpa kontak, pengecer harus menerapkan solusi self-checkout seperti mobile-POS (mPOS). Ini memberikan pengalaman yang mulus di semua titik kontak pelanggan, baik itu online, di toko, di perangkat mobile, atau di media sosial.

        6. Mobile Technologies

        Tren ritel berikutnya adalah mobile technologies. Kehadiran yang luas dari smartphone membuat teknologi mobile seperti aplikasi belanja, sistem pembayaran mobile, dan pemasaran personal melalui ponsel menjadi tak terhindarkan dalam dunia ritel. Dua pertiga dari para pembeli menggunakan ponsel mereka untuk mencari informasi produk lebih lanjut saat berbelanja di toko fisik.

        Selain itu, perdagangan melalui mobile atau m-commerce, yaitu berbelanja yang terjadi secara eksklusif melalui ponsel, diproyeksikan akan melampaui 10% dari semua transaksi ritel di Amerika Serikat pada tahun 2025.

        Sebagai contoh, teknologi mobile dapat menyoroti promosi berbasis lokasi yang retailer tawarkan melalui aplikasi mobile dan notifikasi push. Hal ini membantu retailer dalam mempromosikan acara khusus dan memberikan informasi yang relevan kepada pelanggan. Ujungnya, meningkatkan kunjungan pelanggan ke toko fisik.

        Pekerja gudang juga dapat mengandalkan smartphone untuk mengoptimalkan manajemen inventaris. Sedangkan, pekerja di bagian depan toko dapat menggunakannya untuk berinteraksi lebih mudah dengan pelanggan. Mereka dapat memeriksa ketersediaan produk, menemukan lokasi produk di dalam toko dan menemukan penawaran bagi pelanggan. Serta mencari peluang untuk menawarkan produk tambahan secara real-time dengan menggunakan perangkat teknologi.

        7. Social Commerce

        Seperti yang kita bahas sebelumnya, media sosial adalah alat penjualan yang sangat kuat. Godaan ada di mana-mana – dengan peluang untuk berbelanja yang menyatu dalam interaksi sehari-hari. Berbelanja melalui media sosial terasa seperti hal yang paling alami di dunia ini. Pengguna dapat dengan mudah melakukan proses pembelian hanya dalam beberapa klik.

        Alasan utama Generasi Z dan milenial melakukan pembelian impuls termasuk penggunaan tombol “beli” pada iklan sosial dan rekomendasi dari influencer atau selebriti. Tren bisnis ritel ini menunjukkan seberapa pentingnya peran social commerce dalam pengalaman retail omnichannel.

        Social commerce berjalan seiring dengan meningkatnya popularitas belanja melalui siaran langsung (livestream shopping), yang terus berkembang. Di seluruh dunia, konsumen di kawasan Asia Pasifik (APAC) dan Amerika Latin (LatAM) paling sering menggunakan media sosial untuk menonton siaran langsung; mereka 16% dan 17% lebih cenderung daripada konsumen rata-rata untuk mengatakan bahwa itu adalah alasan utama mereka menggunakan media sosial. 

        Tidak heran TikTok sedang mengembangkan kemampuan berbelanja dalam aplikasinya dengan “Trendy Beat” – tempat untuk membeli produk-produk yang menjadi viral.

        Fakta Unik

        8. Datafication

        Untuk sepenuhnya memanfaatkan kekuatan teknologi, para pengecer harus memanfaatkan platform analitik data ritel yang kuat. Masalah seperti data yang terisolasi, infrastruktur lama, dan ketidakmampuan untuk berbagi serta menerima data dari berbagai sumber seringkali menghambat pengecer untuk sepenuhnya memanfaatkan analitik saat ini.

        Integrasi data tingkat toko yang terperinci yang terkumpul dari toko online dan fisik memberikan pengecer wawasan yang belum pernah terjadi sebelumnya, seperti kata Brad LaRock dari Datasembly. Wawasan ini berguna untuk personalisasi, manajemen produk, optimasi harga, serta untuk menyederhanakan operasi toko dan gudang, yang semuanya dapat mendorong peningkatan penjualan.

        Meskipun pengecer terkemuka seperti Walmart dan Amazon telah mengadopsi analitik tingkat lanjut, yang lain masih menggunakan alat-alat dasar. Sehingga mereka melewatkan potensi keuntungan yang besar. Perusahaan ritel harus menganalisis kondisi mereka dengan analitik yang lebih baik dari data yang sudah ada.

        Untuk ini, retailer dapat memanfaatkan solusi integrasi data berbasis cloud dan perangkat lunak integrasi data e-commerce untuk menggabungkan data dari berbagai saluran. Juga, menggunakan platform analitik yang didukung oleh AI dan ML untuk mendapatkan wawasan yang dapat diambil tindakan.

        Kesimpulan

        Tren ritel yang telah kita bahas di atas mencerminkan bagaimana dunia ritel terus beradaptasi dengan perkembangan teknologi dan perilaku konsumen. Perkembangan teknologi, seperti AI, mobile technologies, dan social commerce, menjadi pendorong utama perubahan dalam industri ritel.

        Lalu, hyper-personalization dan social commerce memungkinkan retailer untuk berinteraksi secara lebih pribadi dengan pelanggan mereka. Ini membantu membangun keterlibatan pelanggan, meningkatkan loyalitas, dan meningkatkan penjualan.

        Datafication juga memungkinkan pengecer untuk mengumpulkan dan menganalisis data pelanggan dan operasional dengan lebih baik. Ini memberikan wawasan yang mendalam yang dapat digunakan untuk meningkatkan berbagai aspek bisnis, termasuk inventaris, harga, dan pemasaran.

        HashRetailInnovation

        Banyak sistem retail management di Indonesia yang dapat menjadi solusi tepat untuk Anda, salah satunya adalah sistem retail management dari HashMicro. Dengan solusi ini, Anda dapat mengintegrasikan data, mengoptimalkan inventaris, meningkatkan pengalaman pelanggan, dan meningkatkan efisiensi operasional Anda. Coba demo gratis-nya sekarang!

        Apakah artikel Ini bermanfaat?
        YaTidak
        Hash Retail Innovation
        Fun Fact