Turnover karyawan adalah istilah yang mengacu pada perputaran atau keluar masuknya karyawan di suatu perusahaan. Walaupun terdengar kurang efektif, turnover dianggap normal apabila angka karyawan yang berhenti bekerja dalam suatu periode tertentu masih rendah. Bahkan, turnover yang tepat akan mendatangkan efektivitas bagi perusahaan.
Turnover karyawan dapat menjadi indikator akan adanya masalah, sehingga pihak HR dapat mengatasinya lebih awal. Selain itu, ini menjadi kesempatan bagi perusahaan untuk mencari staf pengganti yang lebih profesional dan mampu bekerja lebih baik dengan menggunakan sistem HRIS. Berikut penjelasan yang lebih lengkap mengenai turnover karyawan.
Table Of Content
Apa Itu Turnover Karyawan?
Turnover karyawan adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan jumlah karyawan yang keluar dari suatu organisasi dalam periode tertentu. Fenomena ini dapat Anda hitung dalam berbagai cara, misalnya dengan menghitung persentase karyawan yang keluar dari total karyawan dalam satu tahun atau periode waktu tertentu.
Turnover karyawan dapat menjadi indikator penting kesehatan dari kesehatan perusahaan Tingkat turnover yang tinggi dapat menunjukkan masalah dalam manajemen sumber daya manusia, seperti kekurangan karyawan, kurangnya peluang pengembangan karir, atau masalah budaya kerja yang tidak memadai.
Di sisi lain, tingkat turnover yang rendah dapat menunjukkan stabilitas organisasi dan kepuasan karyawan, tetapi juga dapat menunjukkan kurangnya mobilitas karir dan perubahan yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan organisasi.
Penyebab Turnover Karyawan
Ketika ingin keluar dari suatu perusahaan, karyawan pasti memiliki alasan untuk melakukan hal tersebut. Berikut ini adalah penyebab turnover karyawan:
Kurangnya motivasi karyawan
Kurangnya motivasi adalah alasan lazim karyawan ketika ingin keluar dari suatu perusahaan. Ketika karyawan merasa tidak memiliki motivasi, umumnya mereka kehilangan minat bekerja dan merasa tidak sejalan dengan tujuan dari perusahaan. Hal ini membuat kinerja mereka menurun dan memicu untuk mencari pekerjaan lain yang lebih memotivasi.
Salah satu faktor kurangnya motivasi adalah kurangnya kesempatan untuk berkembang. Situasi yang stagnan menjadikan karyawan mudah bosan dan merasa kurang tertantang.
Terlalu banyak beban pekerjaan
Beban pekerjaan yang banyak akan membuat karyawan merasa terbebani. Hal ini akan membuat karyawan mengalami kelelahan fisik dan mental, serta kehilangan semangat untuk bekerja. Selain itu, ekspektasi yang tidak realistis dari atasan pun dapat menjadi beban bagi karyawan.
Gaji lebih rendah daripada beban kerja
Beban kerja yang tidak sesuai dengan gaji, akan membuat karyawan merasa tidak adil dan meninjau kembali motivasi bekerja di perusahaan. Karyawan pun cenderung akan mencari pekerjaan di perusahaan lain yang memberikan gaji lebih baik dan sesuai dengan tuntutan pekerjaan.
Kurangnya feedback dan pengakuan
Apabila perusahaan tidak memberikan feedback atau pengakuan akan kontribusi karyawan, maka karyawan akan cenderung merasa tidak dihargai. Hal ini akan menjadikan karyawan tidak termotivasi untuk bekerja dengan baik dan kehilangan semangat dalam bekerja.
Sistem seleksi karyawan yang kurang tepat
Ketika perusahaan tidak melakukan seleksi karyawan secara cermat dan tepat, maka kemungkinan besar karyawan yang perusahaan pekerjakan tidak sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan pekerjaan yang ada di perusahaan. Akibatnya, karyawan tersebut cenderung tidak produktif, tidak mampu memenuhi tuntutan pekerjaan, dan pada akhirnya memilih untuk keluar dari perusahaan.
Baca juga: Cara Mengendalikan Turnover yang Wajib HR Ketahui
Jenis-jenis Turnover Karyawan
Alasan karyawan keluar dari perusahaan dapat dikelompokkan menjadi keempat jenis turnover, yaitu sukarela, terpaksa, fungsional, dan disfungsional. Berikut beberapa penjelasan lengkap mengenai jenis turnover tersebut, di antaranya:
Sukarela
Karyawan yang memiliki alasan pribadi saat memutuskan keluar dari perusahaan masuk ke dalam jenis sukarela. Alasan dari karyawan ini pun bermacam-macam, seperti ingin pensiun lebih awal, mengganti karir, alasan pribadi, memutuskan melanjutkan pendidikan, pindah lokasi, dan ketidakcocokan dengan budaya perusahaan.
Terpaksa
Karyawan jenis ini biasanya berhenti karena dipaksa oleh perusahaan melalui proses pemecatan. Hal ini dapat terjadi karena berbagai alasan, seperti melanggar kebijakan. Selain itu dapat juga terjadi karena situasi yang memaksa karyawan, misalkan kondisi kesehatan yang menurun, konflik dengan rekan kerja dan atasan, hingga kebijakan perusahaan yang membuat karyawan tidak nyaman.
Fungsional
Jenis turnover karyawan sukarela terpaksa fungsional terjadi ketika seorang karyawan memilih untuk meninggalkan perusahaan karena posisi atau pekerjaan yang dilakukan tidak cocok dengan kemampuan atau minat mereka. Biasanya ketidakcocokan ada pada lingkungan, gaya kepemimpinan, gaji, atau tunjangan.
Disfungsional
Turnover karyawan disfungsional terjadi ketika karyawan meninggalkan perusahaan dalam jumlah yang tidak wajar atau berlebihan, dan dapat menyebabkan masalah dalam operasi perusahaan. Ketika hal ini terjadi, perusahaan harus mencari sumber masalah agar angka turnover tidak terus meningkat.
Biasanya disfungsional ini terjadi karena karyawan kunci meninggalkan perusahaan sehingga menyebabkan masalah dalam sistem operasi dan produktivitas perusahaan. Selain itu dapat juga terjadi karena budaya perusahaan yang tidak lagi sehat sehingga karyawan bekerja sama untuk keluar dari perusahaan.
Proses Turnover Karyawan
Turnover karyawan akan melewati beberapa proses yang melibatkan pihak perusahaan dan karyawan. Adapun ketiga proses dari turnover karyawan adalah:
Evaluasi
Pertama, dilakukan evaluasi kinerja karyawan untuk menentukan apakah karyawan memenuhi harapan atau tidak. Hal ini berlaku secara teratur atau saat perusahaan menerima pengunduran diri dari karyawan. Evaluasi kinerja ini meliputi penilaian atas pencapaian target, produktivitas, kualitas pekerjaan, sikap, dan perilaku karyawan.
Keputusan
Setelah evaluasi karyawan, manajemen dapat memutuskan apakah akan mengajukan mengeluarkan karyawan atau tidak. Keputusan ini dapat didasarkan pada beberapa faktor, seperti kinerja karyawan, kebutuhan perusahaan, dan kebijakan perusahaan terkait turnover karyawan.
Jika karyawan tidak memenuhi standar kinerja atau tidak cocok untuk terus bekerja di perusahaan, maka manajemen dapat memutuskan untuk mengajukan mengeluarkan karyawan. Namun, jika karyawan memiliki potensi untuk berkembang di perusahaan, manajemen dapat memutuskan untuk memberikan kesempatan bagi karyawan untuk meningkatkan kinerja mereka.
Pengajuan keluar
Jika keputusan telah dibuat untuk mengeluarkan karyawan, maka proses pengajuan keluar dapat dimulai. Perusahaan mulai melakukan beberapa tindakan, seperti memberikan pemberitahuan tertulis kepada karyawan, membahas tanggal keluar, membayar hak-hak karyawan, dan menyimpan catatan karyawan.
Proses pengajuan keluar dapat berbeda-beda tergantung pada alasan karyawan keluar. Jika karyawan keluar karena mengundurkan diri, maka mereka harus memberikan pemberitahuan tertulis kepada perusahaan sebelumnya. Jika karyawan dipecat oleh perusahaan, maka perusahaan harus memastikan bahwa alasan pemberhentian kerja sesuai dengan hukum yang berlaku dan kebijakan internal perusahaan.
Cara Menghitung Tingkat Turnover Karyawan
Menghitung tingkat turnover bulanan karyawan
Berikut adalah langkah-langkah untuk menghitung tingkat turnover karyawan bulanan:
- Tentukan jumlah karyawan yang keluar dalam satu bulan. Hal ini dapat mencakup karyawan yang mengundurkan diri, dipecat oleh perusahaan, atau kontrak kerja mereka berakhir.
- Tentukan jumlah karyawan akhir bulan lalu mengacu pada jumlah karyawan di akhir bulan sebelumnya.
- Gunakan rumus di atas untuk menghitung tingkat turnover karyawan bulanan dengan membagi jumlah karyawan yang keluar dalam satu bulan dengan jumlah karyawan akhir bulan lalu, kemudian kalikan dengan 100%.
Menghitung turnover tahunan karyawan
Berikut adalah langkah-langkah untuk menghitung tingkat turnover karyawan tahunan:
- Tentukan jumlah karyawan yang keluar dalam setahun. Hal ini dapat mencakup karyawan yang mengundurkan diri, dipecat oleh perusahaan, atau kontrak kerja mereka berakhir.
- Tentukan jumlah karyawan awal tahun mengacu pada jumlah karyawan pada awal tahun.
- Kemudian, gunakan rumus di atas untuk menghitung tingkat turnover karyawan tahunan dengan membagi jumlah karyawan yang keluar dalam setahun dengan jumlah karyawan awal tahun, kemudian dikalikan dengan 100%
Baca juga: Apa Itu Sistem HRIS? Kenali Fungsi dan Manfaatnya dalam Bisnis
Cara Mengatasi Turnover Karyawan
Tingkat turnover karyawan yang tinggi dapat menyebabkan banyak masalah bagi perusahaan, termasuk biaya rekrutmen dan pelatihan yang tinggi, hilangnya keahlian dan pengetahuan karyawan, dan gangguan dalam produktivitas dan efisiensi kerja. Oleh karena itu, perusahaan perlu mengambil langkah-langkah untuk mengatasi turnover karyawan, yaitu:
Beri tunjangan dan kompensasi yang pantas kepada karyawan
Memberikan tunjangan dan kompensasi yang pantas kepada karyawan adalah salah satu cara untuk meningkatkan kepuasan karyawan dan meminimalkan turnover karyawan. Tunjangan dan kompensasi yang baik dapat memotivasi karyawan untuk bekerja dengan lebih baik, mengurangi stres keuangan, serta membantu mempertahankan karyawan yang berkinerja baik dalam perusahaan.
Tunjangan dan kompensasi dapat berbentuk, gaji yang kompetitif, tunjangan kesehatan dan asuransi, cuti tahunan dan liburan, bonus dan insentif, serta tunjangan pendidikan dan pelatihan. Selain itu, perusahaan juga dapat memberikan apresiasi secara material dan nonmaterial
Pastikan keseimbangan kehidupan kerja yang baik
Keseimbangan kehidupan kerja yang baik adalah salah satu faktor kunci dalam meminimalkan tingkat turnover karyawan. Karyawan yang merasa terlalu stres dan kelelahan karena beban kerja yang berlebihan atau jam kerja yang terlalu lama cenderung akan mencari pekerjaan lain yang menawarkan keseimbangan kehidupan kerja yang lebih baik.
Oleh karena itu, perusahaan perlu memastikan bahwa karyawan memiliki keseimbangan yang baik antara pekerjaan dan kehidupan pribadi mereka. Ada beberapa cara yang dapat perusahaan lakukan, seperti membuat jam kerja yang fleksibel, menyediakan fasilitas kesehatan, hingga dukungan psikologis.
Berinvestasilah pada karyawan Anda
Menginvestasikan pada karyawan Anda adalah strategi lain yang efektif untuk meminimalkan tingkat turnover karyawan. Ini berarti memberikan pelatihan dan pengembangan yang karyawan perlukan dapat meningkatkan keterampilan mereka, dan juga memberikan peluang karir yang jelas dan berkesinambungan.
Kesimpulan
Turnover bukanlah hal asing bagi para HR di dalam perusahaan. Ada masanya, hal ini dapat menjadi masalah bagi perusahaan karena dapat mengakibatkan kurangnya produktivitas, biaya penindakan yang tinggi, hingga, kehilangan tenaga ahli. Namun, turnover karyawan juga dapat membawa manfaat seperti memberikan kesempatan bagi karyawan baru untuk bergabung dengan perusahaan. Apalagi jika Anda menggunakan sistem seperti Eva Talent Management.
Oleh karena itu, penting bagi HR untuk tetap menjaga angka turnover karyawan tetap stabil agar tidak mengganggu jalannya operasional bisnis. HR dapat menggunakan bantuan software dalam mencegah terjadinya turnover yang merugikan. Dengan Software HRIS HashMicro, HR dapat mengatur proses absensi, penggajian, hingga proses rekrutmen. Apabila Anda tertarik, Anda dapat mencoba demo gratis hanya di sini.