BerandaLearn BusinessKomunikasi Asertif adalah Bicara Tegas Tanpa Terkesan Agresif

Komunikasi Asertif adalah Bicara Tegas Tanpa Terkesan Agresif

Suatu hari, Anda sedang bekerja keras untuk menyelesaikan monthly report dan menyiapkan presentasi yang tenggat waktunya sudah dekat. Tiba-tiba, atasan menyuruh Anda untuk memeriksa dokumen. Rekan kerja yang dekat dengan Anda juga minta tolong untuk merevisi draft. Sebenarnya, Anda sudah tidak sanggup untuk mengerjakan tugas baru, tetapi Anda takut untuk menolaknya karena merasa tidak enak. Di saat seperti inilah Anda butuh komunikasi asertif.

Apa itu komunikasi asertif? Di bawah ini adalah penjelasan mengenai definisi, karakteristik, perbedaan dengan jenis komunikasi lain, keuntungan, dan tips untuk menguasainya.

asertif adalah

Pengertian Komunikasi Asertif

Komunikasi asertif adalah kemampuan untuk berbicara dan berinteraksi dengan mempertimbangkan dan menghormati hak dan pendapat orang lain sambil tetap mempertahankan hak, kebutuhan, dan batasan-batasan pribadi. (Pipas dan Jaradat, 2010) Dengan kata lain, komunikasi asertif artinya mengekspresikan kebutuhan Anda secara langsung dengan tenang dan wajar serta tetap memperhatikan kebutuhan orang lain. Ini adalah bentuk komunikasi yang penting untuk diterapkan di segala aspek kehidupan. Dengan komunikasi asertif, Anda dapat menyampaikan keinginan, kebutuhan, dan pendapat, serta membela diri saat dibutuhkan. Selain itu, Anda juga tidak akan merasa bersalah ketika berkata “tidak” atau menolak suatu hal yang tidak ingin Anda lakukan.

asertif adalah
Sumber: freepik.com

Mungkin Anda bertanya-tanya, apa ciri-ciri seseorang berkomunikasi secara asertif? Berikut adalah beberapa karakteristik komunikasi asertif yang terdiri dari verbal dan nonverbal:

  • Kontak mata. Hal ini menunjukkan bahwa pembicara memiliki mental yang kuat dan tidak mudah diintimidasi.
  • Postur asertif. Tidak terlalu kaku, tetapi tidak terlihat santai juga.
  • Nada bicara. Tegas serta selalu menjaga intonasi dan volume suara agar tidak terdengar agresif.
  • Ekspresi wajah. Tetap tenang dan tidak menunjukkan kemarahan atau kecemasan.
  • Kejelasan. Menggunakan kata-kata yang tepat agar pesan tersampaikan dengan baik.
  • Bahasa yang tidak mengancam. Jangan mengintimidasi dan memaksa orang lain, seperti berbicara “Anda harus melakukan ini, jika tidak, Anda akan menyesal.”
  • Positif. Menyampaikan permintaan dengan cara yang positif, seperti berbicara “Boleh minta tolong ambilkan baju saya?” daripada hanya “Ambilkan baju saya.”
  • Timing. Harus tahu waktu dan situasi, contohnya jangan berbicara tentang urusan pekerjaan ke orang yang sedang sibuk menjadi tuan rumah suatu acara makan malam.
  • Tidak mengkritik diri sendiri maupun orang lain. Misalnya, “Saya tahu saya orangnya terlalu sensitif, tetapi bisakah Anda tidak menggunakan kata-kata tersebut?” dan “Apakah tidak ada yang mengajarimu sopan santun?” adalah perkataan yang mengkritik, bukan asertif.

Perbedaan Komunikasi Asertif, Pasif, dan Agresif

Ketika berkomunikasi pasif, seseorang memprioritaskan keinginan, kebutuhan, dan perasaan orang lain, bahkan sampai rela berkorban. Mereka enggan untuk menyampaikan kebutuhannya atau tidak membela diri sendiri. Akibatnya, mereka mudah dimanfaatkan, bahkan oleh orang-orang baik yang memang tidak tahu dengan keinginan dan kebutuhan orang yang berkomunikasi pasif. Karakteristik komunikator pasif adalah berbicara halus, membiarkan orang lain untuk mengambil kesempatan, menghindari kontak mata, tidak mengekspresikan keinginan atau kebutuhannya sendiri, memprioritaskan kebutuhan orang lain, serta kurang percaya diri.

Melalui komunikasi agresif, seseorang menganggap bahwa hanya kebutuhan, keinginan, dan perasaannya sajalah yang paling penting. Orang lain merasa terancam dan kebutuhannya tidak diacuhkan. Ciri-ciri komunikator agresif adalah mudah frustasi, berbicara dengan lantang dan menakutkan, tidak mau berkompromi, sering mengkritik, menghina, dan mendominasi, serta tidak menghargai orang lain.

Berbeda dengan dua jenis komunikasi tersebut, komunikasi asertif mementingkan kebutuhan semua pihak. Dalam komunikasi ini, seseorang membela kebutuhan, keinginan, dan perasaannya sendiri. Namun, di saat yang sama, mereka juga mendengarkan dan menghargai kebutuhan orang lain. Seperti yang tertera sebelumnya, tanda-tanda orang yang berkomunikasi asertif adalah selalu mendengarkan tanpa menginterupsi, menyampaikan keinginan dan kebutuhannya secara jelas, mau untuk berkompromi, bisa membela dirinya sendiri, nada bicara dan bahasa tubuh yang menunjukkan kepercayaan diri, serta kontak mata yang baik.

Manfaat Komunikasi Asertif

Berkomunikasi secara asertif membawa banyak manfaat, baik untuk pribadi maupun di tempat kerja. Anda dapat menyampaikan keinginan dan kebutuhan secara otoritatif sambil tetap bersikap adil dan menunjukkan empati. Komunikasi jenis ini juga membantu Anda untuk menjadi lebih percaya diri, bahkan meningkatkan kesehatan mental Anda. Masih banyak benefit yang dapat Anda rasakan ketika menerapkan komunikasi asertif, yaitu:

  • Tujuan tercapai. Komunikasi asertif membuat Anda dan lawan bicara menjadi saling mengerti satu sama lain. Jika Anda berkomunikasi secara asertif, maka pesan Anda akan tersampaikan dengan baik dan semua pihak merasa puas.
  • Mengurangi stres. Contohnya di dunia kerja, Anda bisa menolak tugas baru karena sudah kewalahan dengan workload yang sekarang. Dengan ini, Anda tidak akan merasa stres karena sudah menyampaikan pikiran dan perasaan Anda yang sebenarnya.
  • Mudah mengambil keputusan. Komunikator asertif mampu untuk membela keinginan dan kebutuhannya serta tidak terlalu memikirkan apa kata orang lain. Biasanya, mereka adalah orang-orang percaya diri yang memiliki keyakinan dan value sendiri.
assertive communication
sumber: freepik.com
  • Menciptakan hubungan yang jujur. Kemampuan untuk mengekspresikan keyakinan dan pendapat sendiri membuat Anda jadi orang yang lebih tegas serta mampu mencegah terjadinya konflik. Ketegasan dapat meningkatkan rasa percaya dan kesetaraan dalam hubungan, baik personal maupun profesional.
  • Dapat menjadi pemimpin yang baik. Komunikator asertif memperlakukan orang lain dengan adil dan hormat. Sebagai balasannya, orang lain juga memperlakukan mereka dengan cara yang sama. Mereka dipandang sebagai pemimpin yang menyenangkan untuk diajak bekerja sama.

Artikel terkait: Komunikasi Bisnis — Pengertian, Tujuan, Jenis, Proses

Cara Menguasai Komunikasi Asertif

download skema harga software erp
download skema harga software erp

Komunikasi asertif memungkinkan Anda untuk menghormati kebutuhan dan hak semua orang, termasuk diri Anda sendiri, serta mempertahankan batasan dalam hubungan dan menghargai orang lain di waktu yang sama. Berkomunikasi secara asertif tidaklah mudah, tetapi bisa dilakukan dengan cara yang tepat. Langkah-langkah di bawah ini dapat membantu Anda dalam menerapkan jenis komunikasi yang sehat tersebut.

1. Bersikap faktual tentang hal yang tidak Anda sukai

Ketika Anda melihat seseorang melakukan kesalahan dan ingin menegurnya, bicaralah sesuai konteks dan apa yang Anda lihat daripada menggunakan label negatif atau kata-kata yang menghakimi. Contohnya, teman Anda, yang memang memiliki kebiasaan tidak tepat waktu, terlambat datang dua puluh menit untuk makan siang bersama. Daripada berkata, “Bagaimana, sih? Anda selalu terlambat!” lebih baik Anda berkata, “Kita harusnya bertemu jam 11.30, tetapi sekarang sudah jam 11.50.” Hindari pikiran negatif dan jangan berasumsi bahwa teman Anda memang sengaja datang terlambat karena mereka sebenarnya enggan untuk datang atau berperilaku egois. Dengarkan alasan mereka terlebih dahulu dan bicarakan baik-baik.

2. Jangan menghakimi atau melebih-lebihkan

Penting untuk bersikap sesuai fakta dan tidak keluar dari konteks terhadap hal yang tidak Anda sukai. Hal yang sama berlaku untuk menjelaskan dampak dari perilaku mereka. Jangan melebih-lebihkan, memberi label, atau menghakimi. Misalnya, masih menggunakan kasus terlambat makan siang tadi, hindari berbicara seperti, “Gara-gara Anda, agenda makan siang saya menjadi rusak.” Lebih baik Anda berbicara, “Sekarang, waktu makan siang saya menjadi berkurang dan saya masih harus kembali ke kantor jam satu.” Bahasa tubuh dan nada suara bersifat krusial dalam komunikasi asertif. Tunjukkan kepercayaan diri Anda dengan berdiri atau duduk tegak, menjaga kontak mata, dan tetap rileks. Gunakan nada yang tegas, tetapi masih enak didengar.

3. Gunakan pesan “saya”

Ketika memulai kalimat dengan “Kamu…”, perkataan Anda akan terdengar menghakimi atau seperti serangan yang membuat seseorang menjadi defensif. Jika Anda memulai kalimat dengan “Saya…”, maka fokusnya lebih ke perasaan Anda dan bagaimana pengaruh perilaku tersebut kepada Anda. Cara itu juga menunjukkan bahwa Anda memiliki kontrol atas reaksi Anda sendiri dan tidak menyalahkan orang lain. Hal tersebut mencegah sikap defensif orang lain, menunjukkan rasa tanggung jawab, dan sebagai langkah awal menuju perubahan positif. Contohnya, ketimbang berkata, “Anda harus berhenti melakukan itu!”, lebih baik Anda berkata, “Saya ingin Anda berhenti melakukan itu.” Ketika sedang berada dalam diskusi, jangan lupa untuk mendengarkan dan bertanya. Penting untuk memahami sudut pandang orang lain.

assertive communication
sumber: freepik.com

4. Belajar untuk berkata “tidak”

Berkata “tidak” memang sulit, terutama ketika Anda tidak terbiasa melakukannya, tetapi kemampuan untuk menolak sangat penting jika Anda ingin berkomunikasi secara asertif. Mengetahui batasan dan kapasitas kerja sendiri dapat membantu Anda dalam mengelola tugas secara efektif dan sadar jika sewaktu-waktu Anda dimanfaatkan. Ingatlah bahwa Anda tidak mungkin melakukan segala hal dan membuat semua orang senang. Jadi, jaga waktu dan workload Anda dengan berkata “tidak” jika diperlukan. Ketika Anda harus berkata “tidak”, cobalah untuk mencari win-win solution yang menguntungkan semua pihak.

Baca juga: Pahami Apa itu Media Komunikasi Untuk Memperlancar Bisnis Anda

Kesimpulan

Komunikasi asertif artinya mempertahankan kebutuhan Anda dengan mempertimbangkan kebutuhan orang lain. Anda bisa mengutarakan pendapat dengan leluasa agar tidak memendam pikiran dan perasaan. Namun, di saat yang sama, Anda juga mendengarkan dan menghargai pendapat orang lain. Jenis komunikasi ini dapat terlihat dari nada bicara, bahasa tubuh, ekspresi wajah, dan lain-lain. Berkomunikasi secara asertif tidaklah mudah, tetapi bisa Anda lakukan dengan langkah-langkah yang tepat.

asertif adalah

Salah satu cara untuk meningkatkan komunikasi di perusahaan adalah penerapan Software ERP. Software ini menyimpan data di satu tempat terpusat sehingga semua karyawan yang memiliki akses bisa mendapatkan informasi terkini tentang perusahaan. Hal ini mendukung kredibilitas dan transparansi komunikasi. Selain itu, kemampuan untuk melihat data bisnis secara real-time akan meningkatkan rasa kepemilikan karyawan kepada pekerjaan mereka.

Tertarik Mendapatkan Tips Cerdas Untuk Meningkatkan Efisiensi Bisnis Anda?

Dewi Sartika
Dewi Sartikahttps://www.hashmicro.com/id/
Dengan pemahaman mendalam tentang teknologi, Dewi berkomitmen untuk menciptakan konten yang tidak hanya informatif, tetapi juga menarik dan memotivasi untuk berpikir. Apakah itu melalui menulis tentang teknologi atau topik lain, Dewi selalu berusaha untuk menyampaikan hasil kerja berkualitas tinggi yang terhubung dengan audiens dan memiliki dampak yang tahan lama
spot_img
spot_img

Highlight

Artikel Populer

Nadia

Nadia
Balasan dalam 1 menit

Nadia
Ingin Demo Gratis?

Hubungi kami via WhatsApp, dan sampaikan kebutuhan perusahaan Anda dengan tim ahli kami
6281222846776
×
Hubungi Tim Sales